Mengenal Computational Thinking, Berpikir Komputasi dalam Belajar
Published Date: 25 August 2023
Saat pertama kali mendengar istilah computational thinking, mungkin kita berpikir pada istilah programming. Pada nyatanya computational thinking merupakan cara berpikir yang mengedepankan problem solving. Computational thinking atau berpikir komputasi bukanlah suatu bentuk pemrograman komputer. Berpikir komputasi memerlukan pemikiran yang lebih tinggi pada berbagai tingkatan abstraksi. Cara manusia berpikir berbeda dengan komputer, Komputer menyelesaikan suatu hal dengan cara yang sudah terprogram dalam dirinya, akan tetapi cara manusia menyelesaikan suatu hal lebih menarik, imajinatif dan inovatif (Ašeriškis & Damaševiˇcius, 2017). Teknik computational thinking ini sering digunakan diberbagai bidang seperti bisnis, sains dan pendidikan.
Computational thinking telah menjadi trending topic dalam riset mengenai pendidikan dan praktik pengajaran sejak beberapa dekade terakhir. Dalam laporan Google for Education yang berjudul Future of the Classroom, tim riset Google telah mengidentifikasi computational thinking sebagai salah satu dari 8 emerging trends in K-12 education. K-12 education merupakan sistem pendidikan di beberapa negara termasuk Amerika, setara SD hingga SMA di Indonesia (Barr, 2022).
Pendidikan sains dan teknologi dalam beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan yang pesat seiring dengan berkembangnya Information and Communication Technologies (ICT) yang mendominasi hampir seluruh aspek kehidupan di abad ke-21. ICT merupakan seperangkat alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan mengolah menyimpan menganalisis. membuktikan. dan menyebarkan informasi penting secara efektif dan efisien. Berdasarkan hal tersebut tidak mengherankan bahwa banyak peneliti menyatakan bahwa penguasaan ICT sangat penting bagi guru maupun siswa untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif (Marifah & Kartono, 2023).
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam menghadapi perkembangan sains dan teknologi di abad ke-21 ini adalah berpikir komputasi. Berpikir komputasi juga menjadi salah satu aspek yang diukur dalam asesmen bidang matematika di PISA tahun 2021 (OECD, 2018). Hal ini tentunya berbeda dengan PISA pada tahun-tahun sebelumnya. Menurut Liberati et al., (2009) dengan diukurnya kemampuan berpikir komputasi siswa maka mengindikasikan bahwa pemerintah sudah mulai sadar akan pentingnya berpikir komputasi untuk diimplementasikan dalam kurikulum Pendidikan (Auld et al., 2019). Berpikir komputasi dalam kerangka kerja PISA 2021 diartikan sebagai kemampuan yang meliputi abstraksi, pemikiran algoritmik. otomasi, dekomposisi, dan generalisasi, kelima unsur tersebut dianggap penting dalam proses penalaran matematis serta penyelesaian masalah. Lebih jelasnya Langkah-langkah computational thinking atau berpikir komputasi terdiri dari 4 tahapan meliputi:
1. Decomposition (Dekomposisi)
Dekomposisi, yaitu memecah masalah kompleks menjadi beberapa bagian kecil dan sederhana. Sehingga kita bisa menemukan masalah yang terjadi dengan menyelesaikannya satu per satu.
2. Pattern Recognition (Pengenalan pola)
Pengenalan pola akan membantu dalam memecahkan masalah. Pada tahap ini, mencari pola atau persamaan tertentu dalam sebuah masalah. Pemecahan masalah di tahap ini adalah memadukan dan mencari persamaan dari pola-pola masalah tertentu agar mampu didapatkan solusi daripadanya.
3. Abstraction (Abstraksi)
Beberapa hal yang dilakukan pada tahap abstraksi antara lain, melihat permasalahan, melakukan generalisasi, dan melakukan identifikasi informasi. Dengan cara ini, harapannya dapat melihat informasi penting dan mengabaikan informasi yang kurang relevan.
4. Algorithm (Algoritma)
Algorithm (Algoritma) adalah tahapan saat kita mengembangkan sistem, membuat daftar petunjuk dan langkah-langkah pemecahan masalah secara efektif dan efisien.
System computational thinking merupakan cara berfikir yang dapat membantu para siswa di era sekarang untuk dapat berfikir lebih kreatif dan juga kritis. Hal ini merupakan hasil dari manfaat yang didapatkan dari berfikir secara komputasional, dikarenakan sistem berpikir ini membiasakan otak kita untuk dapat berfikir secara logis, kreatif dan juga terstruktur. Sehingga siswa dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menguraikan setiap masalah menjadi beberapa bagian atau tahapan yang efektif dan efisien, hal ini sangat membantu dalam meningkatkan kemampuan untuk problem solving dalam kehidupan sehari-hari hingga problem yang jauh lebih kompleks. Oleh karena itu, sistem cara berpikir ini diperlukan oleh para siswa sekarang, agar dapat mengatasi berbagai macam problem yang mereka dapati dalam kehidupan kelak.
Referensi
- Ašeriškis, D., & Damaševiˇcius, R. (2017). Computational evaluation of effects of motivation reinforcement on player retention. J. Univers. Comput. Sci., 23, 432–453.
- Auld, E., Rappleye, J., & Morris, P. (2019). PISA for Development: how the OECD and World Bank shaped education governance post-2015. Comparative Education, 55(2), 197–219. https://doi.org/10.1080/03050068.2018.1538635
- Barr, V. (2022). Computational thinking. Computing Handbook: Two-Volume Set, 1–12. https://doi.org/10.1201/b16812-3
- Liberati, A., Altman, D. G., Tetzlaff, J., Mulrow, C., Gøtzsche, P. C., Ioannidis, J. P. A., Clarke, M., Devereaux, P. J., Kleijnen, J., & Moher, D. (2009). The PRISMA statement for reporting systematic reviews and meta-analyses of studies that evaluate health care interventions: explanation and elaboration. In Journal of clinical epidemiology (Vol. 62, Issue 10). https://doi.org/10.1016/j.jclinepi.2009.06.006
- Marifah, R. A., & Kartono, K. (2023). Kemampuan Berpikir Komputasi Siswa SMP Ditinjau dari Self-Efficacy pada Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Edmodo. In PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 6, 480–489.
- OECD. (2018). The Future of Education and Skills Education 2030. New York: OECD Publishing
Ayu Asri Martinah, M.Pd
[Pengajar di SMA Future Gate Putri – Fullday School]