Return on Equity (ROE) dan Return on Asset (ROA), Cara Identifikasi Seberapa Efisien Perusahaan Mengelola Modal dan Aset

Dalam neraca laporan keuangan sebuah perusahan, salah dua hal penting yang perlu diperhatikan oleh investor adalah bagian modal (equity) dan aset. Modal ditambah dengan hutang (liability) akan menghasilkan total aset. Sesuai dengan kaidah akuntansi yang berlaku umum:

Total Aset = Modal + Liabilitas

Jika didapati modal lebih kecil daripada liabilitas, maka aset perusahaan tersebut lebih banyak didapatkan dengan hutang, pun begitu juga sebaliknya. Di satu sisi hal tersebut lebih beresiko jika ternyata perusahaan tidak bisa menghasilkan laba (return) dan juga cashflow yang positif untuk membayar hutang tersebut. Di sisi lain, jika perusahaan tersebut mampu menghasilkan laba yang positif dan nilainya lebih besar daripada (misalkan) hanya menggunakan modal sendiri, maka hutang tersebut dapat menjadi daya ungkit (leverage) tersendiri untuk mendongkrak laba perusahaan. Maka secara tidak langsung, banyaknya hutang perusahaan (seharusnya) berkorelasi juga dengan kemampuan menghasilkan laba sebuah perusahaan.

Selanjutnya perlu cek lebih lanjut kondisi laporan laba-rugi perusahaan tersebut. Agar lebih mudah dipahami, kita buat contoh dari laporan keuangan berikut:

Laporan Neraca Perusahaan PT. ABCD

Aset Liabilitas
Aset lancar Liabilitas jangka pendek
Persediaan 120.000.000 Hutang 80.000.000
Kas dan setara kas 250.000.000 Pendapatan diterima dimuka 112.000.000
TOTAL aset lancar 370.000.000 Liabilitas jangka panjang
Hutang 150.000.000
TOTAL LIABILITAS 342.000.000
Aset tidak lancar
Aset tetap 550.000.000 Total Ekuitas
Uang muka 65.000.000 Modal saham (5.000.000 lembar) 500.000.000
Laba ditahan 143.000.000
TOTAL  aset tidak lancar 615.000.000 TOTAL EKUITAS 643.000.000
TOTAL ASET 985.000.000 TOTAL 985.000.000

 

Laporan Laba-Rugi PT. ABCD

Laba-rugi PT. ABCD untuk periode 1 Januari – 31 Desember 2022
Pendapatan 880.000.000
Beban pokok pendapatan (400.000.000)
LABA BRUTO 480.000.000
Beban penjualan dan pemasaran (82.000.000)
Beban umum dan administrasi (45.000.000)
LABA USAHA 353.000.000
Beban pajak (73.000.000)
LABA PERIODE BERJALAN 280.000.000
Laba per-saham atau Earning per share (EPS) 56

Berdasarkan contoh laporan keuangan diatas, bisa kita dapatkan data sebagai berikut:

  1. Total aset PT. ABCD adalah 985.000.000
  2. Total ekuitas PT. ABCD adalah 643.000.000
  3. Total laba PT. ABCD adalah 280.000.000 dalam 1 tahun operasional

Return on Asset (ROA) adalah tingkat pengembalian laba bersih terhadap aset suatu perusahaan. Makin besar labanya, makin efektif aset yang dipunyai perusahaan. ROA biasa dihitung dengan rumus:

ROA = (laba bersih / total aset) x 100%

Berdasarkan data LK PT. ABCD diatas maka dapat kita hitung ROA sebagai berikut:

ROA = (280.000.000 / 985.000.000) x 100%
= 28,4 %

Sedangkan Return on Equity (ROE) adalah tingkat pengembalian laba bersih terhadap modal bersih suatu perusahaan. Kriterianya sama, semakin besar angka ROE maka semakin bagus dan berkualitas juga suatu perusahaan. Rumus dari ROE adalah sebagai berikut:

ROE = (laba bersih / total ekuitas) x 100%

Berdasarkan data neraca PT. ABCD di atas, maka bisa kita dapatkan ROE sebagai berikut:

ROE = (280.000.000 / 643.000.000) x 100%
= 43,5 %

Lalu berapakah angka ROA dan ROE yang dikategorikan bagus dan berapa yang dikategorikan jelek? Jawabannya ROE dan ROA ini harus dibandingkan juga antara perusahaan di sektor yang sejenis. Karena beda industri beda pula standar ROE dan ROAnya. Setiap bisnis punya aturan dan cara main sendiri-sendiri. Perusahaan yang ROE dan ROA-nya cenderung tipis (single digit) biasanya (walaupun tidak selalu) termasuk kategori industri yang “lahannya” sudah terlalu banyak pemain, sehingga laba yang didapat tidak bisa terlalu besar. Nah, apabila diantara perusahaan di sektor yang sejenis itu ada yang ROE dan ROA-nya cenderung lebih tinggi daripada yang lain, maka perusahaan tersebut dapat dikategorikan sebagai perusahaan yang efisien dalam mengelola aset dan modalnya. Makin besar ROE dan ROA makin efisien juga perusahaannya.

Yang perlu digarisbawahi lebih lanjut adalah aset bisa dibangun juga lewat hutang, makanya kebanyakan investor lebih suka memakai metriks ROE dibandingkan ROA. Bagaimana pun juga, pengembangan dari modal sendiri lebih aman dan minim resiko daripada harus dibantu dengan hutang. Konsistensi metriks ROE ini juga patut dipertimbangkan, setidaknya angkanya harus cenderung stabil dari tahun ke tahun. Jika ROE-nya terlalu berfluktuatif biasanya ada di perusahaan yang bersifat siklikal, seperti contohnya adalah perusahaan tambang batu-bara yang ketika harga acuannya naik tinggi, maka tinggi pula laba yang bisa diraih dalam periode tersebut. Berbanding dengan modal perusahaan yang relatif sama (tidak perlu dinaikkan) tetap bisa mendongkrak laba perusahaan. Namun saat siklus kembali berada dibawah, otomatis ROE akan kembali ke rata-rata normal saat siklusnya belum booming mengikuti penurunan laba perusahaan.

Semakin efisien suatu perusahaan semakin bagus pula perusahaan dalam operasionalnya, makanya perusahaan dengan ROE yang konsisten tinggi akan cenderung dihargai mahal oleh market, ada harga ada rupa juga berlaku dalam sebuah perusahaan. Menilik beberapa contoh dengan ROE dan ROA yang tinggi pada perusahaan terbuka yang listing di IHSG kita bisa ambil contoh beberapa perusahaan berikut:

Berdasarkan cuplikan data 3 perusahaan diatas, yaitu PT. Sidomuncul (SIDO), PT. Unilever (UNVR) dan PT. Akasha Wira International (ADES) yang diambil dari stockbit pada tanggal 25 Agustus 2023 diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan dengan ROA dan ROE yang tinggi cenderung dihargai mahal oleh market, walaupun ketiga perusahaan diatas ada perbedaan sektor. Dengan ROE double digit ADES dan SIDO dihargai 4,4 sampai dengan 5,8 kali dari nilai bukunya. Dan hampir semua perusahaan (terutama yang basisnya konsumer atau retail) yang mempunyai ROE di atas 20% selalu dihargai diatas PBV 1 x. Pengecualian untuk UNVR karena ROE-nya diatas 100% maka dihargai oleh market sebesar 36 x nilai bukunya. ROE 100% bisa berarti perusahaan sudah sangat efisien sehingga hanya dalam 1 tahun produksi sudah bisa balik modal. Perusahaan ini tergolong wonderful company  di bursa kita sehingga dihargai mahal oleh market.

Namun apakah perusahaan dengan ROE tinggi bisa kita beli tanpa melihat valuasinya? Belum tentu dan sebaiknya jangan. Jika niat kita adalah untuk investasi maka pada valuasi berapa kita membeli juga sangat perlu dipertimbangkan. Perusahaan boleh bagus, namun jika harganya sangat mahal maka resikonya juga besar. Selain faktor perusahaan yang sangat efisien, pertumbuhan laba yang konsisten-lah yang membuat valuasi UNVR selalu dihargai tinggi oleh pasar, namun bisa kita perhatikan juga bahwa jika faktor pertumbuhan laba itu menurun maka sedikit banyak akan mempengaruhi penilaian pasar juga.

Perhatikan tabel dibawah ini!

Sejak tahun 2019 laba bersih UNVR cenderung turun sampai dengan saat ini (2023), maka pasar juga menghukum harga saham UNVR yang cenderung turun mengikuti penurunan laba bersihnya. Jadi ada banyak faktor yang patut dipertimbangkan dalam berinvestasi dalam sebuah perusahaan. ROE dan ROA yang besar adalah salah satu indikasi perusahaan yang bagus dan efisien, namun banyak faktor lain yang patut dipertimbangkan. Jika misalkan dalam contoh diatas SIDO dan ADES bisa seperti UNVR dalam hal efisiensi modal dan aset yang ditandai dengan angka yang besar dan bahkan bisa mencapai 100%, maka bukan tidak mungkin SIDO dan ADES bisa dihargai sampai dengan PBV diatas 10 X seperti UNVR, siapa yang tahu? Kinerja masa lalu tidak bisa dijadikan acuan bahwa kinerja masa depan akan seperti itu.

Maka bijaksanalah dalam berinvestasi dan membaca metriks tertentu agar tidak terjadi misleading.

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *