3 Teknik Analisis Pergerakan Harga Saham
Published Date: 27 April 2023
Sebab naik turunnya harga suatu saham sangat bervariatif, dinamis dan seringkali unpredictable 100% walaupun sudah dianalisis menggunakan cara yang sama/sejenis yang sebelumnya akurat di saham tertentu. Jika ada yang berkata, “Tergantung supply demand“; “Demand naik supply turun=harga naik”; “Banyak yang jual=harga turun, banyak yang beli = harga naik”; dan sebagainya. Ya, tidak ada yang salah kalau analisisnya begitu, memang aturan mainnya begitu. Namun jika analisisnya cuma begitu, maka maaf saja jika disebut kurang substansial dan masih menggantung. Harusnya dianalisis lagi, “Kenapa demand-nya naik drastis?”; “Kenapa banyak yang jualan?”. Dan sampai akhirnya faktor tersebut dapat dijadikan acuan/pedoman untuk menghadapi kasus yang sama/serupa. Dikumpulkan lagi yang sejenis menjadi suatu pola. Pola inilah yang akan menjadi acuan pelaku pasar untuk mengidentifikasi supply dan demand itu tadi.
Nah, berdasarkan pengalaman selama ini, saya kelompokan alasan kenapa harga suatu saham itu bisa naik/turun berdasarkan metode yang mendasarinya.
1. Fundamental
Konsep dasarnya ada perusahaan/bisnis dibalik lembaran saham. Perusahaan sehat, bagus, berkembang maka akan mengapresiasi harga sahamnya, begitu pun sebaliknya. Perusahaan buruk biasanya harga sahamnya pun terpuruk.
Indikator kunci yang dipakai biasanya net income, revenue, ekuitas, debt, liabilitas dan aset perusahaan.
Tipenya ada bermacam aliran juga seperti Value Investing, Growth Investing, Quality Investing namun semuanya ada kemiripan pola yaitu lebih mengutamakan aspek fundamental kualitas bisnis daripada pola lainnya.
Kelemahan dari metode ini, kadang kala sumber mereka mengolah data terdapat pemalsuan LK atau sekedar financial enginering dan salah interpretasi data yang pada akhirnya menyebabkan kesalahan dalam menganalisis perusahaan tersebut, istilahnya value trap. Sering juga harga saham tidak diapresiasi oleh pasar walaupun mungkin perusahaan sudah (dianggap) murah bagi investor fundamental. Investor fundamental biasanya juga terjebak dalam cost oportunity karena sampai titik tertentu apresiasi harga saham oleh market baru terjadi setelah sekian tahun (terlalu lama sehingga melewatkan kesempatan di saham lain yang diapresiasi market dalam periode tersebut).
2. Teknikal
Konsep dasarnya adalah dengan membaca pola harga saham dengan menggunakan grafik candle stick berbasis statistik kecenderungan polanya. Pola-pola tersebut disebut dengan berbagai istilah seperti moving average, head and shoulder, dead cat bounce dan istilah lain yang jumlahnya sangat banyak. Teknik ini biasanya digunakan untuk menganalisis pergerakan harga saham dalam jangka pendek sehingga time horizon pelaku teknik ini cenderung pendek (hitungan mingguan, harian, jam, hingga menit). Pengguna teknik ini sering disebut dengan trader dengan berbagai jenisnya (swing trader, scalper, tren follower, dan sebagainya).
Kelemahan dari analisis teknikal yang menggunakan candle stick ini biasanya terjadi karena pola yang seharusnya (biasanya) akan begini dan begitu malah tidak terjadi, padahal pola seperti itu disaham lain sudah terbukti, maka muncullah istilah false dalam analisis teknikal (false breakout), atau harusnya setelah membentuk pola ini akan terjadi bullish/bearish namun malah tidak terjadi. Adapula pemegang saham besar (bandar) yang konon bisa menggambar chart/candle stick untuk mengelabui trader sehingga memancing likuiditas saham tersebut saat bandar mau distribusi/akumulasi barangnya. Jadi, bagi saya akurasinya juga masih 50:50, tapi bagi yang sudah pro akurasinya bisa ditingkatkan lebih tinggi lagi.
Baca juga: 4 Anak Tangga Finansial
3. Bandarmology
Konsep dasar dari teknik ini adalah ketika ada satu/sekelompok pemegang saham dalam jumlah besar yang punya kepentingan untuk menaikkan/menurunkan harga saham dengan berbagai cara. Nah, pengguna teknik bandarmology ingin memanfaatkan momen tersebut dengan cara “nebeng” ketika bandar akumulasi atau hendak menggoreng harga saham ke langit lalu ikut jualan saat bandar jualan di harga tinggi. Sehingga muncullah istilah, “Bandar mah bebas,” “Terserah bandar,” “Suka-suka bandar”, dan sebagainya. Karena saking bebasnya bandar mau pakai lukis chart, goreng LK maupun tanpa alasan apapun tiba-tiba terjadi kenaikan harga saham yang signifikan, jadi jenis analisis ini paling sulit bagi saya karena alasan tersebut, parameternya terlalu random dan sangat subyektif.
Kelemahan dari metode ini adalah karena saking bebasnya bandar tersebut maka hampir mustahil mengikuti pergerakan mereka. Misal kita sudah tahu bahwa bandar lewat broker XX akumulasi saham ABCD pada harga sekian, lalu kita ikutan masuk, eh tidak tahunya bandar oper barang ke broker YY lalu didistribusikan. Sedangkan kita masih beranggapan bandar (XX) masih hold saham ABCD di harga sekian, atau bisa jadi karena kita ikutan nebeng akumulasi saham ABCD dan bandarnya gak rela maka harga saham justru malah digencet ke bawah atau malah dibuat side ways bertahun-tahun. Belum lagi ketika bandar memakai akun nominee (akun samaran) untuk meng-akumulasi dan men-distribusi saham tanpa bisa dilacak oleh ritel.
Itulah 3 teknik analisis yang menurut saya paling masuk akal dan pernah dicoba. Analisis lain biasanya gabungan, irisan atau pengembangan dari 3 teknik diatas, apakah itu terkait aksi korporasi, deviden investing, fibonacy, hingga elliot wave.
Sesuaikan Teknik Analisis Saham dengan Profil Sendiri
Akhirnya setelah sekian lama mencoba teknik ini itu, saya pun sampai pada satu kesimpulan bahwa tidak ada holy grail (metode dengan akurasi sangat tinggi) dalam teknik analisis harga saham.
Memang ada beberapa orang yang terbukti sukses dengan salah satu dari 3 teknik analisis tersebut. Namun cocok di satu orang belum tentu cocok di saya dalam hal menghasilkan return maupun sisi psikologi, begitu pun sebaliknya. Selama perjalanan berkutat di dunia saham beberapa tahun ini maka yang saya sangat setuju adalah pernyataan, “Sesuaikan dengan profil diri sendiri,” dan yang paling sesuai dengan diri saya adalah jenis analisis fundamental.
Alhamdulillah dengan teknik analisis fundamental saya berhasil mendapatkan return lumayan, dibandingkan saat menggunakan analisis teknikal maupun bandarmology. Jadi tak perlu saling menghujat dan menghakimi dan menyatakan satu teknik benar dan yang lainnya salah.
Saran saya adalah cukup pilih salah satu teknik di atas sampai benar-benar menguasainya daripada semua dicoba, semua dipakai tapi hasilnya malah kurang bagus/biasa saja. Pakai tolok ukur return sesuai hitungan NAB, jangan silau dengan profit ber-bager-bager dari 1 saham saja (padahal secara total return NAB nilainya tidak signifikan).
Sukses di saham bukan tentang seberapa sering dapat saham bager, tapi seberapa besar kenaikan modal total portofolio (NAB) dan sekonsisten apa pertumbuhannya. Tidak perlu kuasai semua jurus tapi pilih saja jurus yang paling cocok dengan diri sendiri dan itu memang terbukti.
Ingat, “Aku tidak takut dengan seseorang yang berlatih 1000 macam jurus tendangan 1 kali, tapi aku lebih takut pada orang yang berlatih 1 jurus tendangan 1000 kali,” ujar mendiang Bruce Lee.