Ayah dan Bunda, Waspadai Para Peniru Ulung!
Published Date: 2 July 2023
Hadirnya anak bagi pasangan suami istri adalah anugerah dan karunia dari Allah. Betapa banyak pasangan di luar sana yang mendambakan buah hati, akan tetapi Allah, Sang Maha Pencipta, belum menghendaki itu terjadi. Setahun, dua tahun, belasan tahun, bahkan puluhan tahun belum juga Allah titipkan anak kepada banyak pasangan. Melihat keadaan tersebut, seharusnya membuat kita sebagai pasangan yang diberi amanah berupa anak, agar lebih bersyukur dan memuji Allah dengan segala karunia yang telah dilimpahkan-Nya.
Seorang anak lahir ke dunia yang fana, bagaikan selembar kertas putih yang kosong, belum tercoret sedikitpun oleh tinta pena. Lahir dalam kondisi fitrah yang suci. Ayah dan bundanya yang kemudian membuat fitrah tersebut dapat tumbuh tegak atau bergeser dari tempat yang seharusnya. Hal ini telah disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits,
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ
“Tidaklah setiap anak kecuali dia dilahirkan di atas fitrah, maka bapak ibunyalah yang menjadikan dia Yahudi, atau menjadikan dia Nasrani, atau menjadikan dia Majusi. Sebagaimana halnya hewan ternak yang dilahirkan, ia dilahirkan dalam keadaan sehat. Apakah Engkau lihat hewan itu terputus telinganya?” (HR. Bukhari no. 1358 dan Muslim no. 2658).
Hadis di atas menjelaskan bahwa seorang anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maknanya, sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh bin Baz Rahimahullah, “Dalam lafaz hadis lain ‘di atas agama Islam’, Oleh karena itu jelas sudah bahwa maknanya terlahir sebagai muslim di atas fitrah Allah yang Allah ciptakan manusia di atas fitrah tersebut.”
Maknanya, orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mengarahkan seorang anak. Mereka menjadi garda terdepan dalam mendidik dan membimbing anak. Anak yang lahir ke dunia menjadikan orang tua sebagai teladan utama, meniru setiap gerakan, sikap, bahkan perilaku orang tuanya.
Anak Jadi Peniru Ulung
Dikutip dari Parenting.co.id, Rosdiana Setyaningrum, M.Psi, MHPEd mengatakan bahwa perilaku meniru bukanlah hal yang buruk, karena “meniru” merupakan proses belajar alami semua makhluk hidup sebagaimana yang dikatakan oleh. Anak-anak disebut peniru yang ulung, sehingga muncul istilah children see children do, apa yang anak lihat, itulah yang anak lakukan. Pernah ada sebuah video yang beredar di media sosial, tentang seorang suami yang memperlakukan istrinya dengan baik, ia selalu menyediakan kursi ketika sang istri sedang mengerjakan sesuatu. Hal itu dilihat untuk kemudian diikuti oleh anaknya di kemudian hari. Begitu mudahnya anak meniru dari apa yang didapat dari lingkungan sekitarnya. Apalagi di masa golden age anak, yaitu pada dua tahun pertama kehidupannya, bahkan ada yang mengatakan periode tersebut terjadi sejak masa kandungan.
Pada masa golden age terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat bagi sang anak, terutama dalam hal perkembangan kepribadian dan emosional anak. Perkembangan tersebut bergantung kepada orang tua yang membimbingnya, apakah kepada kebaikan atau keburukan. Maka apakah mungkin seorang anak akan memiliki kepribadian dan emosional yang baik, jika orang tua tidak peduli dan tidak membimbingnya terutama di periode emasnya? Apalagi jika orang tua tersebut membimbing ke arah keburukan, maka semakin kecil peluang seorang anak memiliki perkembangan yang baik.
Seorang anak, bahkan yang masih bayi sekalipun akan menyerap seluruh informasi dari lingkungan sekitarnya, dalam hal ini salah satu yang terbesar adalah informasi dari orang tuanya. “Bayi itu meskipun tidak bisa mengekspresikan secara verbal, mengomunikasikan secara verbal begitu ya, apa yang dia pikirkan, apa yang dia rasakan, tapi dia bisa menerima semua informasi apapun yang ditangkap oleh panca indranya,” papar Hanifah Nurul Fatimah, S.Psi., M.Sc. Dosen Psikologi di Universitas Gadjah Mada.
Seringkali kita melihat bahwa sifat dan kepribadian anak tidak jauh beda dengan orang tuanya, sehingga ada peribahasa, “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya“. Jika orang tua melakukan hal-hal baik, seperti menunjukan akhlak dan kepribadian yang baik, terutama ketika di hadapan anaknya, maka Insyaallah dia akan jadi peniru kebaikan tersebut, walaupun anak tidak langsung melakukannya. Anak akan memproses terlebih dahulu kebaikan yang ia lihat dan ketika orang tua melakukannya secara konsisten, maka anak akan menirunya. Begitu juga sebaliknya, ketika orang tua bersikap buruk, maka anak pun cepat atau lambat akan jadi peniru hal tersebut, kecuali mereka yang dirahmati Allah. Oleh karena itu, sebagai orang tua perlu banyak berdoa dan memohon kepada Allah agar diberikan petunjuk dan kemudahan dalam memperbaiki serta mendidik anaknya.
Selain berdoa, sebagai orang tua harus senantiasa belajar untuk terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas dirinya, terutama ketika di hadapan anak-anak. Karena sang peniru ulung ini, akan menyerap segala informasi dan perilaku yang ia terima dari orang tuanya, kemudian memprosesnya di otak dan jika dilakukan secara terus menerus bukan hal yang mustahil ia akan menjadikan perilaku orang tuanya sebagai standar perilaku yang harus ia lakukan. Ketika anak telah menjadikan perilaku buruk orang tua sebagai standar dirinya, maka bukan hal yang mudah untuk memperbaikinya.
Semoga banyak orang tua yang sadar akan hal ini, sehingga lebih perhatian dan peduli dengan perkembangan kepribadian anaknya sejak dini, karena kepribadian adalah salah satu faktor yang akan memengaruhi adab dan akhlak sang anak dalam bergaul dengan dunia luar.