Cerita Kampus: Kisah Jaga Labkom di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta
Published Date: 10 April 2023
Universitas Sebelas Maret (UNS) terletak di Kota Surakarta sebelah timur, tidak jauh dari perbatasan Kabupaten Karanganyar. Posisinya juga bersebelahan dengan Taman Satwa Jurug pada bagian timurnya (yang bersebelahan juga dengan sungai Bengawan Solo). Sementara di sebelah barat ada kampus Institut Seni Indonesia (ISI) dan sebelah utara atau muka belakang kampus berseberangan dengan Solo Techno Park dan juga perkampungan Jebres. Sementara bagian selatan, yang merupakan muka depan komplek kampus, berbatasan dengan Jl Raya Ir Sutami 36. Secara administratif kampus utama terletak di Jl. Ir Sutami 36, Kentingan, Jebres, Surakarta.
Dalam 1 komplek kampus terdiri dari 10 fakultas, adapula kampus di luar komplek Kentingan untuk fakultas tertentu yang menyebar dan jaraknya cukup jauh. Komplek Kampus Kentingan terbilang sangat hijau dengan banyak pohon dan danau kecil yang ada di komplek seluas sekitar 60Ha itu. Sejarah dan detail lainnya dapat diperoleh dari sumber yang banyak salah satunya di situs resmi UNS, sebab tulisan kali ini berfokus pada sepenggal pengalaman alumni yang pernah menimba ilmu di Fakultas MIPA, dan telah lulus sekitar 12 tahun yang lalu (2010).
Fasilitas UNS
Fasilitas UNS bisa dikatakan sangat lengkap, mulai dari Student Center, Klinik Mahasiswa, Stadion Mini, Perpus Pusat, Pusat Komputer, Masjid, Pura, Gereja bahkan terdapat danau di komplek kampus Kentingan sehingga proses pembelajaran, maupun praktik bisa terkonsentrasi di sana. Masjid Utama Kampus bernama Masjid Nurul Huda (NH) yang letaknya ada di belakang gedung utama kampus dan dekat gerbang belakang. Kini Masjid NH sudah semakin besar dan megah dibandingkan kala penulis lulus dari UNS 2010 lalu, yang saat itu sedang diadakan renovasi besar-besaran. Seingat penulis, masjid tersebut dipenuhi dengan beragam kegiatan dakwah kampus sehingga memanjakan mereka yang aktif di kegiatan rohis/ LDK (Lembaga Dakwah Kampus) dan dipastikan mereka senang mampir di masjid ini. Selain itu, hampir setiap fakultas mempunyai masjid sendiri, termasuk Fakultas MIPA yang kala itu belum punya masjid, dan hanya ada mushola kecil di 2 gedung utama A dan B (sekarang sudah ada 3 gedung utama di FMIPA).
Secara geografis, Kampung Jebres termasuk komplek UNS relatif berkontur datarannya, sedikit berbukit di area tertentu walaupun cuma beberapa meter saja sehingga membuat jalanannya naik turun yang cukup curam dibeberapa titik. Sehingga sarana transportasi yang paling cocok adalah sepeda motor. Gowes sepeda masih bisa dilakukan walaupun lumayan bikin capek juga jika harus melewati jalanan yang nanjak dan jangan lupa persiapkan rem yang pakem untuk menghadapi turunan yang cukup curam di beberapa titik.
Pengalaman penulis dulu hampir nyungsruk ketika gowes keluar komplek FMIPA yang jalannya menurun tajam dan langsung ketemu pertigaan jalan kampus yang lumayan ramai lalu lalang kendaraan. Untung masih dapat diraih, malang masih bisa ditolak, saat detik akhir sebelum menabrak pembatas jalan langsung melakukan manuver tajam belok nyaris 90 derajat ke arah kanan saat masih dalam kecepatan tinggi hingga akhirnya tidak jadi nabrak trotoar jalan dan aman dari terlindas mobil yang detik itu juga lewat. Jantung jangan ditanya, pokoknya sensasinya luar biasa!
Kos Ramah Kantong di UNS
Masalah kos dan warung makan tidak perlu dirisaukan karena wilayah sekitar komplek kampus adalah perkampungan dengan banyak sekali pilihan kos milik warga sekitar. Harganya juga relatif terjangkau untuk ukuran saat itu (tahun 2007-2010 lalu biaya kos sekitar Rp800.000 s.d. Rp 1.400.000 per Kamar/ Tahun). Biaya itu terhitung murah jika melihat biaya hidup di Solo yang relatif terjangkau dibandingkan kota besar lainnya. Untuk pemilihan posisi kos terbaik bisa lihat peta UNS di bawah ini.
Perlu diketahui, UNS Kentingan didesain seperti komplek perumahan tertutup dan hanya dapat diakses dari 3 gerbang saja (di peta terlampir ada gerbang juga dekat gedung Javanologi, namun setahu penulis tidak ada gerbang di sana). Satu gerbang utama di depan (sebelah selatan) yang selalu buka hari Senin-Minggu. Nah, 2 gerbang lainnya ada di belakang kampus yang biasanya akan ditutup untuk akses mobil dan motor setiap akhir pekan (akses pejalan kaki masih dibuka) sehingga jika diakhir pekan mau ke kampus harus muter dulu lewat gerbang depan. Tentunya akan sangat memudahkan kita jika memilih kos yang paling dekat dengan Fakultas tempat kita belajar.
Sementara untuk FP, FT akan lebih cocok kos di sebelah selatan dan barat kampus dekat gerbang utama. FKIP, FH, FISIP, FEB lebih cocok untuk kos di sebelah utara kampus. FMIPA, FK dan Fakultas lain yang letaknya relatif di tengah bisa memilih sebelah utara, timur maupun Selatan kampus karena sekali lagi aksesnya ya cuma dari 3 gerbang utama itu tadi. Namun jika letak fakultasnya relatif dekat dengan kos maka jalan kaki pun oke saja, kok. Apalagi jika menggunakan alat transportasi sepeda motor sendiri maka lebih memudahkan lagi mobilitasnya. Ingat, tidak ada angkutan umum yang bisa mengantar kita ke depan gedung kampus kita kecuali opang dan ojol.
Sebenarnya selain kos konvensional ada juga asrama mahasiswa UNS yang berbentuk Rumah Susun (Rusun) yang letaknya tidak terlalu jauh di belakang kampus, yakni di daerah Ngoresan. Syarat ketentuan dan harga kos di sana dapat menghubungi kontak website resmi asrama mahasiswa. Ada juga Pesantren Mahasiswa (Pesma) yang ditujukan untuk mahasiswa yang ingin kuliah di UNS (dan sekitarnya) namun tetap ingin menjaga lingkungan Islami dengan kos di Pesma ini. Dua di antara yang penulis ingat adalah Pesma Tanwirul Fikr dan Pesma Arroyan, keduanya terletak di sebelah utara kampus. Jadi selain belajar ilmu umum, nuansa pesantrennya pun tetap terjaga.
Bagaimana dengan penulis dulu? Waktu itu penulis hanya kos selama 2 tahun di daerah Jebres dengan 11 kamar dalam 1 rumah, nama rumah kos-nya Al Jazeera. Namun masuk tahun ke 2, hampir tidak pernah tinggal di kos lagi karena lebih senang tinggal di kampus. Yups, mulai tahun kedua sampai lulus penulis tinggal di kampus FMIPA gedung A, tepatnya di laboratorium komputer (Labkom) FMIPA. Hal itu karena saat itu penulis dan beberapa sahabat diamanahi menjadi asisten lab komputer (aslab) yang tugasnya adalah maintenance komputer dan jaringan seluruh gedung di FMIPA.
Ada keseruan tersendiri ketika tinggal di Labkom bersama kawan-kawan aslab dan juga karena dari sisi waktu, tenaga, ekonomi lebih efisien dan bergengsi. Bayangkan saja tinggal gratis di kampus dengan fasilitas ratusan komputer yang bisa dipakai (tinggal pilih), internet full speed unlimited, ruangan ber-AC semua, makan siang gratis (sarapan dan makan malam ongkos sendiri), tidak perlu repot bolak-balik kos-kampus dan setiap tahun ada agenda refressing dan makan-makan dari Labkom. Dan satu hal yang sangat istimewa, yaitu kami punya akses 24 jam sehari, 7 hari seminggu untuk belajar mandiri menggunakan fasilitas labkom, it’s all free for us. Dengan berbagai keistimewaan itu tentu sangat disayangkan untuk dilewatkan dan akhirnya penulis memutuskan tidak nge-kos lagi mulai tahun ketiga. Tentu saja kami juga tahu diri tinggal di Labkom, yaitu masalah cuci baju kita biasa laundry kiloan di belakang kampus yang harganya sekitar Rp3.000/ kg (saat itu). Dari belasan aslab yang ada mungkin cuma 5-6 orang yang sering nginep dikampus.
Bagaimana dengan fakultas lain? Tentu saja tidak semua fakultas ada asisten Labkom-nya, tapi teman-teman dari fakultas lain biasanya punya basecamp sendiri di Pusat Komputer (Puskom) yang letaknya tidak jauh dari FMIPA. Di Puskom aslabnya lebih umum, bisa dari fakultas mana saja asal lulus seleksi menjadi aslab. Yups benar sekali, untuk menjadi aslab baik di Labkom FMIPA maupun Puskom ada prosedur seleksi terlebih dahulu sebelum dinyatakan layak menjadi asisten lab. Hanya mereka yang terpilih saja yang bisa menjadi aslab.
Demikianlah sedikit cerita tentang UNS, FMIPA dan Labkom yang pernah menjadi bagian dari catatan kehidupan penulis. Jika diceritakan semua tentu tidak ada habisnya. Jika ada pertanyaan “Horor ga tinggal dikampus gitu?” Hal itu sudah biasa, apalagi konon katanya kampus Kentingan itu sebagiannya adalah bekas kuburan Cina yang direlokasi. Mulai dari suara, penampakan, komputer dan telepon yang tiba-tiba menyala sendiri saat malam hari itu sudah biasa, tapi keseruan tinggal dengan kawan-kawan aslab dengan berbagai privilege-nya mengalahkan itu semua. Tentu saja sebagai seorang muslim, pantang untuk takut hal-hal demikian, apalagi ini MIPA yang menuntut mahasiswanya logis dan kritis terhadap fenomena alam sekitar.
Semoga menginspirasi!
2 thoughts on “Cerita Kampus: Kisah Jaga Labkom di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta”