Memaknai Hidup dengan Takwa
Published Date: 9 February 2023
Hidup terasa sulit bagi mereka yang tidak mau berusaha, hanya berpangku tangan dan tidak berhenti berkhayal. Bagi yang sudah berusaha keras tapi tidak mendapatkan seperti yang diharapkan maka dalam pandangannya hidup ini gampang-gampang susah. Lain lagi bagi mereka yang kebutuhannya telah tercukupi tidak ada kegiatan selain rutinitas hariannya, mereka memandang hidup ini biasa saja. Adapula yang sudah berlimpah harta sedikit kesibukannya dan hari-harinya dihabiskan dengan memuaskan syahwatnya, mereka menyangka kalau hidup ini sangat menyenangkan.
Sulit dan mudahnya hidup oleh sebagian besar orang ternyata hanya diukur dengan harta semata. Mereka yang mendapatkan ujian dengan kesulitan akhirnya banyak berkeluh kesah lalu menganggap Tuhannya telah menghinakannya. Sedang mereka yang diuji dengan kenikmatan yang berlimpah mereka menyangka Tuhan sedang memuliakannya.
Firman Allah Ta’ala,
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ (16)
“Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata:”Rabbku telah memuliakanku. Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata:”Rabbku menghinakanku.” (QS. Al-Fajr:15-16)
Allah telah berfirman,
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا(19) إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا (20) وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا (21)
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.” (QS. Al-Ma’arij: 19-21)
Mereka yang menemui banyak kesulitan dalam hidupnya tidak sedikit yang mengambil jalan pintas guna memperbaiki hidup dan kehidupannya. Mereka menempuh jalan kezhaliman dengan mendatangi dukun dan semisal yang diyakini dapat mengubah garis kehidupannya. Mereka berani meninggalkan Allah Ta’ala lalu menghambakan diri kepada makhluk tersebut. Ternyata hidupnya tidak berubah bahkan dia telah jatuh dalam kesyirikan. Wal ‘iyyadzu billah.
Jika manusia memaknai hidupnya hanya sebatas memenuhi kebutuhan dan melampiaskan keinginan syahwatnya semata maka tak ubahnya mereka seperti binatang bahkan lebih hina dari itu. Inilah kelakukan orang-orang kafir.
Kenapa lebih hina dari binantang? Karena manusia telah diberikan fasilitas untuk berfikir tentang kebenaran, Tuhan yang telah menciptakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah menyampaikan risalah dari-Nya, dan Al-Qur’an yang menjadi pedoman dan petunjuk hidupnya.
Firman Allah Ta’ala,
وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ (12)
“Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.” (QS. Muhammad: 12)
Firman Allah Ta’ala,
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (179)
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi nereka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergukan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 179)
Kita sebagai manusia yang banyak sekali kelemahan dan kekurangan hendaklah kita tetap bersabar menghadapi semua persoalan hidup yang datang silih berganti. Teruslah kita meningkatkan ketakwaan agar didapatkan solusi atas setiap permasalahan, dibukakan pintu rizki dari jalan yang tiada terduga, dimudahkan setiap kesulitan juga ditutupi kesalahan dan dilipatgandakan pahala baginya.
Firman Allah Ta’ala,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya.” (QS. At-Thalaq: 2-3)
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا (4)
“Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. At-Thalaq: 4)
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا (5)
“dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya.” (QS. At-Thalaq: 5)
Sebuah ketakwaan yang membuat Allah selalu mendapatimu berada pada tempat ketaatan serta tidaklah menemukanmu pada tempat kemaksiatan. Takwa yang keadaan dirimu selalu berusaha menjadikan adanya penghalang yang dapat membentengimu semua larangan Allah. Takwa yang dapat menjauhkan dirimu dari murka-Nya dan bahaya yang akan menderamu dan orang yang berada di sekitarmu.
Ketakwaan sudah semestinya menjadi bekal kita menuju akhirat. Bagaimana tidak! mereka yang hendak berhaji ke Baitullah saja diharuskan membawa bekal yang cukup. Lebih tegas lagi ketakwaan harus selalu melekat pada diri kita, kapan saja dan di mana saja. Jadikanlah ia laksana baju yang dapat menutupi kekurangan diri dan memperindah penampilan. Firman Allah Ta’ala,
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ (197)
“Dan berbekallah kamu! karena sesungguhnya sebaik-baik bekal itu adalah bekal taqwa kepada Alloh.” (QS. Al Baqarah: 197).
وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
“Itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat”. (QS. Al-A’raf: 26)
Di samping ketakwaan secara umum Allah Ta’ala telah menyebutkan dalan surat Al-Ma’arij ayat 22-35 tentang prilaku orang-orang yang tidak berkeluh kesah dalam menghadapi kehidupannya. Mereka mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mengerjakan shalat dan tetap mengerjakannya.
2. Meninfakkah sebagian hartanya.
3. Mempercayai hari pembalasan.
4. Takut terhadap azab Rabbnya.
5. Memelihara kemaluannya.
6. Memelihara amanat dan janji.
7. Memberikan kesaksiannya.
8. Memelihara shalatnya.
Semoga kita senantiasa dapat memaknai hidup ini dengan ketakwaan kepada Allah Ta’ala sehingga tetap dapat bersabar atas cobaan yang menimpa. Dan dapat bersyukur tatkala kenikmatan banyak menghampiri. Benar yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ».
Dari Shuhaib radiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. semua perkaranya baik baginya, tidaklah itu terjadi kecuali pada diri seorang mukmin. jika dirinya mendapatkan kesenangan maka ia bersyukur hal itu baik baginya dan jika dirinya ditimpa kesulitan yang menyesakkan maka ia bersabar hal itu pun baik baginya.” (HR. Muslim).
Allahu ‘alamu bisshawaab. (Nhs, 4/7/44)
Nurhadi Susriyanto, Lc.
[Alumni syariah LIPIA Jakarta]