Mengenal Beberapa Jenis Metode Pembelajaran
Published Date: 14 March 2022
Mendengar kata belajar, pasti terasa lelah, capek, bosan dan hal-hal menyebalkan lainnya. Belajar biasanya disematkan pada kewajiban para pelajar yang sedang menuntut ilmu. Lalu, apabila telah lulus sebagai pelajar, kita berhenti belajar? Tergantung, apakah kita mau berhenti disitu saja dan tertinggal oleh zaman, atau kita mau terus beradaptasi dan berinovasi agar dapat bertahan hidup di masa yang tak mudah ini?
Menahan lelahnya belajar memang sangat berat, apalagi bagi orang-orang dewasa yang sudah melewati fase sekolah sampai kuliah. Metode pembelajaran haruslah menyesuaikan umur dan juga keadaan para peserta didik. Bagi orang dewasa memang sangat berbeda dengan metode-metode pembelajaran untuk anak sekolah, karena banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menjaga motivasi dan kesadaran belajar kepada orang yang sudah menyelesaikan wajib belajar 9 tahun, sesuai program pemerintah.
Ada beberapa metode pembelajaran yang bisa diimplementasikan oleh pengajar dengan melihat pada latar belakang usianya, yaitu ; Pedagogi, Andragogi dan juga Heutagogi. Apa saja pengertian dari itu semua? Mari kita bahas!
Pedagogi
Pedagogi berasal dari bahasa Yunani paedagogeo, terdiri dari pais genetif, paidos yang berarti anak dan agogo berarti memimpin, sehingga secara harfiah pedagogi, berarti memimpin anak. Kata pedagogi juga diturunkan dari bahasa latin yang bermakna mengajari anak, sementara dalam bahasa Inggris istilah pedagogi (pedagogy) digunakan untuk merujuk kepada teori pengajaran, dimana guru berusaha memahami bahan ajar, mengenal siswa dan menentukkan cara mengajarnya.
Berdasarkan makna-makna diatas, bisa disimpulkan bahwa pedagogi merupakan metode atau Teknik mengajar untuk anak-anak. Di Indonesia, biasanya sekolah-sekolah dari TK,SD,SMP sampai dengan SMA, karena pada fase ini para peserta didik masih sangat membutuhkan arahan dan juga bimbingan dari pendidik, biasanya proses pengajaran di TK sampai SMA berpusat pada guru sebagai satu-satunya sumber belajar dari para peserta didik.
Metode ini sangat menekankan pada proses pengajaran, dimana pengajar berandil besar dalam proses transfer ilmu. Tugas pengajar pada metode pedagogi antara lain adalah mentranformasikan konten pengetahuan, merangsang mengawasi dan menfasilitasi pengembangan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, metode ini menempatkan guru pada posisi sentral atau pusat pembelajaran.
Pada umumnya, pedagogi digunakan untuk metode pembelajaran TK sampai SMP saja, karena usia SMA sudah memasuki umur pra-dewasa dan umur dewasa. Beberapa sekolah, biasanya sekolah swasta menggunakan metode andragogi atau semi andragogi untuk membentuk para pelajar SMA agar siap menjadi orang dewasa dan menjadi pembelajar mandiri.
Metode Pedagogi yang efektif adalah metode yang mencoba menggabungkan alternatif strategi pembelajaran yang mendukung keterlibatan intelektual, memiliki keterhubungan dengan dunia yang lebih luas, lingkungan kelas yang koduksif dan pengakuan atas perbedaan penerapan pada semua pelajaran.
Andragogi
Istilah andragogi melekat pada proses pembelajaran orang dewasa. Metode ini biasanya akan ditemui pada proses pembelajaran non-formal ( Pendidikan Luar Sekolah ) maupun pendidikan formal. Dugan (1995) mendefinisikan andragogi lebih kepada asal katanya, andragogi berasal dari Bahasa Yunani. Andra berarti manusia dewasa, bukan anak-anak, menurut istilah, andragogi berarti ilmu yang mempelajari bagaimana orang tua belajar. Definisi tersebut sejalan dengan apa yang diartikan Sudjana dalam Bukunya Pendidikan Non-Formal Wawasan Sejarah Perkembangan Filsafat Teori Pendukung Azas (2005), disebutkan bahwa, andragogi berasal dari bahasa Yunani ”andra dan agogos”. Andra berarti orang dewasa dan Agogos berarti memimpin atau membimbing, sehingga andragogi dapat diartikan ilmu tentang cara membimbing orang dewasa dalam proses belajar. Atau sering diartikan sebagai seni dan ilmu yang membantu orang dewasa untuk belajar (the art and science of helping adult learn).
Berdasarkan definisi-definisi andragogi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa andragogi merupakan metode pengajaran yang digunakan untuk mendidik dan membimbing orang dewasa. Lantas, dewasa yang seperti apa yang cocok menggunakan metode andragogi? Kedewasaan pada diri seseorang meliputi beberapa faktor, yaitu ; umur, psikologis, Maturity ( Kematangan ), dan juga peran sosial.
Yang dimaksud dengan dewasa menurut usia adalah ketika seseorang memasuki umur 21 tahun, sedangkan dewasa berdasarkan psikologis terbagi menjadi beberapa kategori yaitu dewasa awal ( early adults ) 16-20 tahun , dewasa menengah ( middle adults ) 20-40 tahun , dan juga dewasa akhir ( late adults ) 40-60 tahun . Kategori umur dewasa yang berbeda-beda menjadi tolak ukur metode yang diambil untuk proses pembelajaran, itulah mengapa ada beberapa sekolah SMA yang masih menggunakan metode pedagogi dan ada juga yang menggunakan metode andragogi, karena bagi sebagian orang, umur SMA belum masuk dalam kategori dewasa sehingga masih menggunakan metode pedagogi.
Metode andragogi sangat berbeda dengan pedagogi, bila pedagogi berpusat pada guru, maka pada metode andragogi peran guru atau tutor hanya sebatas memfasilitasi dan lebih berpusat pada diri pembelajar atau biasa disebut self directed learning. Dalam proses mendidik orang dewasa, sistem pembelajaran yang digunakan berbeda dengan metode pedagogi. Biasanya, kegiatan belajarnya meliputi kelompok diskusi, bermain peran, simulasi, pelatihan.
Proses pembelajaran pedagogi dirasa kurang cocok untuk pembelajaran orang dewasa yang dimana orang dewasa sudah menemukan kebutuhan belajar mereka dan biasanya mampu memilah yang mana yang mau mereka tekuni dan yang mana yang mereka rasa tidak butuh. Apabila metode pedagogi digunakan, biasanya orang dewasa sering merasa bosan bila hanya mendengar ceramah dan kurang antusias bila tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran.
Mendidik orang dewasa memang tak mudah, mereka adalah orang-orang yang sudah memiliki banyak pengalaman, bahkan mungkin lebih banyak daripada tutor atau fasilitatornya. Dalam mendidik orang dewasa, acap kali kita harus memperhatikan lisan kita, karena mereka akan mudah tersinggung apabila kita terkesan menggurui dan menyalahkan mereka. Maka dari itu, butuh teknik pendekatan yang baik untuk menjaga semangat belajar para orang dewasa.
Heutagogi
Heutagogi merupakan lanjutan dari konsep andragogi, pada metode ini pendidik dan juga peserta didik dapat saling bertukar pikiran untuk membentuk sistem/kurikulum belajar yang akan diselenggarakan. Pada metode ini, peserta didik dipaksa untuk menjadi pembelajar aktif ataupun konsultan pembelajaran yang dimana nantinya akan diterapkan Bersama pendidik.
Pada praktiknya, heutagogi mengutamakan kemandirian peserta didik. Metode ini memang dibilang sangat bagus untuk menunjang berbagai sistem pembelajaran, tetapi yang sangat dibutuhkan dalam metode ini adalah inisiatif dan juga kemandirian peserta didik untuk ikut andil pada proses pembelajaran. Dalam penerapan pedagogi peran pembelajar masih sangat dominan dibandingkan peran pebelajar. Selanjutnya, peran pembelajar menjadi semakin berkurang dalam penerapan andragogi dan menjadi sangat sedikit sekali dalam heutagogi, dimana pembelajar bukan lagi sebagai pendamping pembelajaran, namun lebih sebagai konsultan pembelajaran.
Sebelum peserta didik ikut andil pada metode pembelajaran heutagogy, mereka mesti memahami dahulu apa visi mereka dalam mengikuti proses pembelajaran dan apa-apa saja yang akan mereka capai dan dilakukan di masa depan. Metode ini dianggap cukup cocok untuk diterapkan pada Pendidikan awal atau pada jenjang SMP dan juga SMA, untuk memaksa mereka menentukan capaian-capaian dan bagaimana proses pembelajaran yang mereka sukai.
Metode heutagogi juga menjadi tantangan bagi para pendidik apabila ingin menerapkan sistem belajar mandiri seperti ini, karena memang sulit untuk memaksa para peserta didik baik pada Pendidikan awal maupun Pendidikan orang dewasa untuk andil dan merancang sistem belajarnya. Akan tetapi, apabila metode ini berhasil digunakan, bisa dibilang inilah terobosan metode belajar yang efektif.
Hubungan Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi, menurut Mezirow, dalam Lisa Marie Blaschke (2012), dilihat dari kematangan dan autonomi serta peran dari pendidik, dapat digambarkan dengan menggunakan pyramid sebagai berikut:
Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa hubungan antara pedagogi, andragogi maupun heutagogi, dapat dilihat dari tingkat kematangan peserta didik serta syarat kemandirian belajar, bahwa semakin bertambah umur maka akan matang dan bertambah kemandirian belajarnya, sementara dilihat dari peran pendidik atau instruktur, maka semakin bertambah usia maka peran instruktur serta materi yang terstruktur semakin berkurang, dan sebaliknya semakin muda (anak-anak) dengan pendekatan pedagogi, maka peran instruktur dan materi yang terstruktur semakin dominan.
Itulah beberapa metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran, semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dari tulisan yang telah penulis rangkai dan dapat menjadi sumber ilmu baru tentang proses pengajaran serta dapat diterapkan dalam proses mendidik siapapun dan dimanapun.
Referensi
Dinamika Pendidikan Vol XXII No. 01 Mei 2017 – 66 Hariyanto