Ada Uang Happy, Tanpa Uang Keki: Benarkah?
Published Date: 11 January 2024
Banyak yang berpendapat jika uang bisa memberikan kebahagiaan. Bahkan dengan uang manusia akan merasa senang dan tanpanya manusia akan merasa sedih. Apakah ada korelasi dari keduanya di kehidupan sehari-hari? Jika kebahagiaan bisa dibeli dengan uang, maka orang akan berbondong-bondong untuk menjadi kaya mau bagaimana pun cara mendapatkannya. Padahal dalam Al-Qur’an Allah subhanahu wa taala sudah menjanjikan kebahagiaan dengan kehidupan yang baik di dunia. Hal ini berlandaskan dari surah An-Nahl ayat 97, Allah berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Pada dasarnya manusia ingin mencari kebahagiaan untuk keberlangsungan hidupnya. Sudah hal yang wajar jika seseorang mendapatkan sesuatu hal yang diinginkan atau dicapainya pasti akan merasakan kebahagiaan. Namun, bukan berarti kebahagiaan itu sendiri dicari karena banyak uang atau semisalnya. Sebab sejatinya kebahagiaan itu adalah bentuk dari tenangnya hati, dan lapangnya dada. Maka, sudah pasti kebahagiaan tidak ditentukan karena banyaknya materi atau uang semata.
Jika manusia tidak didasari oleh keimanan, mereka akan teperdaya oleh semu dunia yang tidak selalu memberikan kebahagiaan. Jika suatu hal yang mereka inginkan tidak terwujud, biasanya mereka akan menyerah dan dan putus asa. Dari sana muncul hal-hal negatif yang mana kebahagiaan tidak akan mereka dapatkan. Begitu pula dengan uang, berapa banyak pun mereka mencarinya, jika tanpa diimbangi dengan rasa syukur, hidupnya akan selalu merasa kekurangan dan tidak pernah puas akan keadaannya. Hal ini tentu sangat mempengaruhi pikirannya bahwa kebahagiaan harus dimiliki dengan cara memilki uang yang banyak.
Bila kita renungkan, hakikat kebahagiaan tidak bisa diukur oleh uang. Berapa banyak orang yang tidak kaya (hidup sederhana), mereka hidup bahagia. Adapun orang kaya yang bergelimang harta malah hidup susah dan tidak bahagia. Beberapa di antara mereka merasa cemas, selalu memikirkan uangnya atau bahkan mereka yang tidak bisa menikmati makanan dan minuman yang nikmat karena sakit yang dideritanya. Penyebab lain bisa jadi karena sebelumnya mereka terlalu boros membelanjakan uang untuk makanan-makanan enak tanpa peduli dengan kesehatannya.
Baca juga: Mengendalikan Uang, Menciptakan Masa Depan: 5 Strategi Menabung yang Wajib Dicoba!
Beberapa hal berikut bisa menjadi kunci kebahagiaan di dunia -tentu, uang tak masuk dalam daftar. Mengaplikasikannya boleh jadi membuat Allah subhanahu wa taala rida dan memberikan kita kebahagiaan yang hakiki.
- Menyibukan diri dengan ilmu yang bermanfaat
Dikutip dari berbagai penelitian, kebahagiaan dipicu oleh hal-hal positif. Sebenarnya otak kita mampu memenuhi kebutuhan kebahagiaan tanpa diminta. Allah-lah yang menjadikan yang demikian terjadi. Maka, sudah sepatutnya sebagai seorang muslim tidak teperdaya oleh uang semata untuk mencari kebahagiaan.
Salah satu contoh mencari kebahagiaan sebagai seorang muslim adalah dengan menyibukan diri mencari ilmu yang bermanfaat. Menuntut ilmu bagi setiap muslim akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan. Berlandaskan dari hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu masjid Allah, untuk membaca Al-Qur`an dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali akan turun ketenangan, dilingkupi rahmat Allah, dikelilingi para malaikat, dan Allah memuji mereka di hadapan malaikat.” (Hadis Riwayat Muslim)
Para penuntut ilmu terdahulu, hari-hari mereka disibukan dengan menuntut ilmu. Mereka semangat dalam menunut ilmu, tak jarang dari mereka keluar rumah menuju halaqah sebelum Subuh. Jadi, hari-hari mereka diisi oleh sisi positif dan kebahagiaan mereka tak dinilai oleh sebuah materi atau pun dengan uang.
- Berzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala
Langkah lain untuk menemukan kebahagiaan bagi seorang muslim bisa dicari juga dengan berzikir kepada Allah taala. Dengan berzikir kepada Allah, ketenangan dan ketenteraman hati akan datang.
Dari Allah berfirman,
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram.” (Q.S Ar-Ra’d: 28)
Ketenangan hati adalah sebuah nikmat terbesar yang dimiliki manusia. Ketenangan hati juga bukan karena sebuah materi yang didapatkan melainkan merupakan inti dari perasaan dalam diri manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ketenangan dapat diartikan dengan tidak adanya gelisah, tidak rusuh, tidak kacau, tidak ribut, aman, dan tenteram atau tentang perasaan hati juga keadaan.
Berzikir kepada Allah taala juga merupakan kelezatan bagi orang-orang yang beriman. Berzikir di saat orang-orang sedang lalai jauh lebih baik dan dianjurkan untuk mendapatkan kebahagiaan. Seperti dikutip dari Abu ‘Ubaidah bin ‘Abdullah bin Mas’ud berkata,
“Ketika hati seseorang terus berzikir pada Allah maka ia seperti berada dalam salat. Jika ia berada di pasar lalu ia menggerakkan kedua bibirnya untuk berdzikir, maka itu lebih baik.” (Lihat Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2: 524).
Dari sini dinyatakan lebih baik, karena orang yang berzikir di pasar berarti berzikir di kala orang-orang sedang lalai. Sedangkan di tengah-tengah mereka ada para pedagang dan pembeli yang sibuk tawar-menawar dan jarang yang peduli untuk sedikit mengingat Allah walau pun sejenak.
- Bersyukur atas nikmat Allah taala
Bersyukurlah atas semua nikmat yang Allah berikan. Jika kita hitung, Allah taala memberikan kita nikmat sehat, nikmat diberikan makanan, minuman dan banyak lagi. Bayangkan saja jika kita sakit, mau bagaimana pun kondisi badan kita, beraktifitas pun akan terasa sulit. Begitu pula jika tidak ada makanan dan minuman, kita bisa saja akan terus menahan lapar dan haus tak terhingga. Allah taala memberikan kenikmatan pada setiap manusia di muka bumi ini bahkan pada orang-orang yang melalaikan-Nya. Maka, dari itu sudah sepatutnya kita bersyukur kepada Allah dalam kondisi apa pun. Dengan mengingat nikmat Allah yang nampak atau pun yang tidak nampak, kita akan selalu merasa bersyukur. Dengan syukur ini, kita akan merasakan kebahagiaan dan akan diberikan tambahan nikmat, sebagaimana firman Allah,
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”. (Q.S. Ibrahim: 7)
Bersyukur juga dapat memberikan pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala pada pelakunya. Sebagaimana perkataan dari Ibnu Katsir rahimahullah,
“Barangsiapa yang bersyukur, maka manfaat dan pahalanya akan kembali kepada dirinya sendiri.”
Sebagaimana Allah taala berfirman,
وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِأَنْفُسِهِمْ يَمْهَدُونَ
“Dan barangsiapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan).” (Q.S. Ar-Ruum: 44)
Bersyukur merupakan kunci kebahagiaan yang tidak ternilai harganya -termasuk dibandingkan dengan kebahagiaan saat memiliki banyak uang. Bersyukur pula merupakan bentuk perwujudan keimanan yang kokoh karena mereka yang bersyukur merasa selalu berkecukupan atas semua nikmat pemberian Allah taala.
Pada akhirnya, pernyataan bahwa uang bisa membeli kebahagiaan mungkin menjadi kurang tepat karena tanpa uang pun kita masih bisa bahagia. Sudah semestinya bagi umat muslim tidak terpengaruh oleh hal-hal materiel, seperti uang. Karena dengan kita meningkatkan keimanan dan bertawakal kepada Allah azza wa jalla dan mencoba berikhtiar seperti cara-cara di atas, insyaAllah kebahagiaan itu muncul dengan seizin-Nya. Barakallahu fiikum.
Prasetyo Wulan
[Mantan Barista di Malaysia dan Desainer Grafis di SMA Future Gate]
Editor: Riski Francisko
Referensi:
- https://muslimah.or.id/9029-kunci-kebahagiaan.html
- https://rumaysho.com/25391-inilah-manfaat-dzikir-yang-luar-biasa-hadits-jamiul-ulum-wal-hikam-50.html
- https://rumaysho.com/25932-manfaat-bersyukur-kembali-pada-yang-bersyukur.html