Cerita Kampus: Kuliah di Kampus Jawara – Untirta, Sambil Eksplorasi Sejarah Banten!

Siapa nih yang tahun ini akan menjadi mahasiswa? Pasti sedang mencari banyak informasi seputar dunia perkuliahan dan gak sabar buat kehidupan baru sebagai mahasiswa, kan? Nah, pada kesempatan kali ini, penulis ingin berbagi cerita pengalaman kuliah di Untirta. 

Check it Out!

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) terletak di Provinsi Banten, dengan kampus utama berada di Serang, kampus Fakultas Teknik berada di Cilegon, dan Fakultas Keguruan berada di Ciwaru. Untirta memiliki 7 fakultas, di antaranya Fakultas Hukum, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, serta Fakultas Kedokteran. Selain itu, terdapat sekolah pascasarjana dan doktoral dengan berbagai macam jurusan. 

Untirta menjunjung tinggi Kejujuran, Amanah, Berwibawa, Adil, Religius, dan Akuntabel (JAWARA). Slogan tersebut menjadi identitas lokal Banten yang diimplementasikan dalam dunia pendidikan.

Selama penulis menjalani kuliah jauh dari rumah menjadi pengalaman yang luar biasa, serta banyak pelajaran berharga yang didapatkan. Namun tulisan ini hanya akan berfokus pada keseharian sebagai mahasiswa jurusan pendidikan sejarah FKIP saja, ya. Selamat menyelami and happy reading!

Sejarah dan Fasilitas Untirta

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dimulai dengan berdirinya Yayasan Pendidikan Tirtayasa pada tanggal 1 Oktober 1980. Kata Tirtayasa diambil dari nama Pahlawan Nasional yang berasal dari Banten yaitu Sultan Ageng Tirtayasa yang berarti Air Mengalir (Bahasa Sansekerta). Nama Asli Sultan Ageng Tirtayasa adalah Abul Fatih Abdul Fatah, pewaris ke-IV tahta Kesultanan Banten. Sultan Ageng Tirtayasa dianugerahi tanda jasa Pahlawan Nasional karena dengan gigih menentang penjajahan Belanda dan berhasil membawa kejayaan dan keemasan Kesultanan Banten.

Langkah awal Yayasan Pendidikan Tirtayasa mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) pada tahun 1981 disusul dengan pendirian Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) pada tahun 1982. Berbarengan dengan berdirinya STKIP, Yayasan Krakatau Steel Cilegon mendirikan Sekolah Tinggi Teknik (STT) yang selanjutnya STT bergabung dengan Yayasan Pendidikan Tirtayasa untuk persiapan berdirinya Universitas Tirtayasa Serang-Banten. Kemudian statusnya berubah seiring dengan digabungnya sekolah tinggi menjadi fakultas dibawah nama Universitas Tirtayasa Serang Banten.

Adanya perubahan sosial politik yang terjadi di Indonesia turut memengaruhi perubahan yang terjadi pada Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Didasari oleh perkembangan Untirta sebagai Perguruan Tinggi Swasta yang kurang signifikan dan spirit era reformasi telah mendorong Pimpinan Universitas dan para Pimpinan Fakultas di lingkungan Universitas Tirtayasa serta Pengurus Yayasan Pendidikan Tirtayasa dan dukungan para tokoh Banten mengusulkan mengubah status Universitas Sultan Ageng Tirtayasa menjadi universitas negeri kepada pemerintah pusat melalui Departemen Pendidikan Nasional. Alhamdulillah, atas kerja keras dan kesungguhan dari pimpinan Untirta dan pengurus Yayasan maka pada tahun 2001 berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor: 32 tanggal 19 Maret 2001, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa secara resmi ditetapkan menjadi Perguruan Tinggi Negeri Definitif.

Perubahan Untirta sebagai perguruan tinggi negeri yang baru membuatnya terus berupaya melakukan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan pendidikan tinggi di Banten. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa memiliki 7 Fakultas yang tersebar di berbagai daerah di Provinsi Banten, ada Kampus A di samping terminal Pakupatan Kota Serang, Kampus B di Cilegon, Kampus C di Ciwaru, Kota Serang, Kampus D Keperawatan di Kota Serang, dan Kampus Utama di Sindangsari, Kabupaten Serang. Sebagai mahasiswa pendidikan sejarah yang masuk dalam fakultas keguruan, penulis tidak belajar di kampus utama melainkan di Kampus Ciwaru. Menurut penulis dan kebanyakan mahasiswa Untirta, atmosfer Kampus Ciwaru beda dengan fakultas lainnya, karena penulis merasa fakultas keguruan punya style sendiri sebagai calon guru. Fasilitas di Kampus Ciwaru cukup lengkap, seperti gedung perkuliahan dan sarana akademik, perpustakaan, laboratorium terpadu, teater terbuka, pusat kegiatan mahasiswa (PKM), kantin, masjid, dan ada asrama khusus mahasiswa FKIP. 

Baca juga: Cerita Kampus: Bangga Kuliah di UPS Tegal, Universitas Parek Stasiun?

Kuliah dan Eksplorasi Banten Melalui Peninggalannya

Kuliah di Untirta membuat penulis memiliki banyak pengalaman baru, penulis merasa menjadi mahasiswa pendidikan sejarah sangat menyenangkan, banyak mata kuliah yang mengharuskan penulis dan teman-teman kampus melakukan kunjungan lapangan. Penulis dan teman-teman biasanya datang ke situs bersejarah yang ada di Banten. Pembentukan Provinsi Banten sendiri tidak terlepas dari pengaruh latar belakang sejarah, dan jika membahas sejarah berarti kita akan melihat urutan periodenya. Banten juga memiliki sejarah panjang, dari masa prasejarah, Hindu-Buddha, Kesultanan Islam, Masa Kolonial Hindia-Belanda, Kependudukan Jepang, Kemerdekaan, yang peninggalannya masih dapat kita lihat hingga saat ini. 

Jika selama kuliah nanti punya kesempatan eksplorasi Banten, penulis sarankan untuk mampir ke Banten Girang, terutama jika ingin mengetahui perkembangan agama Hindu-Buddha, khususnya di Banten. Bergeser sedikit ke daerah pesisir, kita bisa datang ke Banten Lama, di sana ada Museum Kepurbakalaan Banten. Di dalamnya terdapat macam-macam peninggalan kebendaan yang dapat membantu kita dalam menggambarkan Sejarah Banten. Peninggalan Kesultanan yang masih eksis hingga saat ini ada Keraton Surasowan, Keraton Kaibon, Situs Tasikardi, Masjid Agung Banten, Pangindelan (tempat penyaringan air masa Kesultanan Islam), Vihara Avalokitesvara sebagai lambang akulturasi Islam dan budaya Tionghoa, Keraton Tirtayasa, Pelabuhan Kuno Karangantu dan masih banyak lagi yang dapat kita nikmati.

Setelah keruntuhan Kesultanan Islam, Belanda berhasil menguasai Banten dan memindahkan kekuasaannya dari pesisir ke arah selatan yang menjadi pusat Kota Serang hari ini. Tidak jauh dari kampus Untirta Serang, kita dapat berkunjung ke alun-alun Kota Serang dan dapat melihat perkembangan kota tua masa Hindia-Belanda. Di samping alun-alun Kota Serang, terdepat gedung Kantor Bupati Serang yang bangunannya masih bergaya bangunan eropa, disisi lain alun-alun ada Gedung Joeang 45 yang saat ini dimanfaatkan sebagai perpustakaan Kota Serang, ada juga bangunan Gedung Dinas Pendapatan Daerah, Mapolres Serang, Korem Maulana Yusuf, dan Stasiun Kereta Api Serang. 

Oh iya, untuk biaya masuk ke wisata sejarah tersebut, biasanya gratis hanya bayar parkir tapi ada juga yang bayar, tenang semua pas kok di kantong mahasiswa. Ketika penulis jenuh dan butuh waktu rehat dari tugas perkuliahan, biasanya penulis dan teman-teman mengunjungi tempat-tempat tesebut. Tapi jangan khawatir, selain wisata sejarah, Banten memiliki potensi keindahan alam yang sangat bagus, masyaallah. 

Letak geografis Banten meliputi daerah pesisir dan dataran tinggi yang dapat teman-teman manfaatkan untuk refreshing, ada pantai dan gunung hingga curug sehingga kuliah di Untirta membuat penulis banyak mengunjungi tempat-tempat baru yang menyenangkan. Apalagi biaya masuknya masih aman kok di kantong, tapi coba hindari datang di hari libur nasional karena biasanya tempat-tempat wisata penuh.

Sebagai mahasiswa pendidikan sejarah, selain diberi tugas mengunjungi tempat-tempat bersejarah, penulis juga ditugaskan melakukan observasi ke sekolah. Biasanya kami melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran sejarah dan siswa, serta melakukan observasi mengenai proses pembelajaran sejarah. Tujuannya agar mengetahui permasalah pembelajaran sejarah di sekolah, kemudian membantu guru mencari solusi dari permasalahan tersebut. Kami sering sekali silaturahim ke sekolah-sekolah, sampai gak jarang gurunya jadi makin kenal kami. Alhamdulillah, guru dan sekolah yang kami kunjungi selalu mau direpotkan. Hehe

Bagi calon mahasiswa baru, penulis punya pandangan untuk tidak terjebak dengan istilah “salah jurusan” yang dapat membuat kita jadi insecure serta membenarkan tindakan-tindakan yang tidak bermanfaat. Seperti masuk kuliah semaunya, tidak mengerjakan tugas, atau berpindah-pindah jurusan yang berdampak pemborosan. 

Perguruan tinggi idealnya menjadi tempat untuk mengeksplorasi diri, baik di bidang keilmuan maupun bidang-bidang lain untuk meningkatkan kualitas diri. Apalagi saat ini udah banyak kok wadahnya. Kita dapat mencoba untuk mengikuti semua program kampus dan Kemeristekdikti. Seelama jadi mahasiswa, penulis sendiri pernah mengikuti program pertukaran mahasiswa di luar universitas asal, program pengabdian kepada masyarakat, dan pendidikan, program magang dan lain sebagainya. Apalagi sekarang ada program Kampus Merdeka, jadi kita gak perlu khawatir mencari wadah untuk aktualisasi diri.

Last but not least, jangan lupa terus berdoa dan ikhtiar untuk mengapai cita-cita ya, jangan merasa terlambat dan sia-sia melakukannya. Insyaallah akan dipermudah, fighting!

Ismi Novianti
[Pengajar Sejarah di SMA FG Putri Full Day School. Alumni Untirta]

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *