Kalender: Antara Fungsi dan Keyakinan

Jika usiamu sudah cukup dewasa (tua) serta tahu sedikit tentang perfilman, mungkin pernah dengar judul film 2012 rilisan tahun 2009. Film tersebut cukup mencuri perhatian dunia karena mengusung tema tentang hari kiamat. Dalam sinopsis film diceritakan bahwa tahun 2012 akan menjadi akhir dari kehidupan di dunia. Diceritakan banyak orang yang tidak tahu dan mereka pun dikejutkan dengan fenomena alam dari gempa bumi sampai gunung meletus. Gambaran tentang kiamat disajikan serealistis mungkin. Segalanya hancur berantakan seolah-olah memang itulah akhir zaman yang diramalkan dalam film.

Sineas yang membuat film tersebut bukan tanpa referensi ketika menjadikan angka 2012 sebagai akhir dari perjalanan panjang alam semesta. Mereka mengambil referensi berupa prediksi Suku Maya yang dituangkan dalam kalender mereka. Suku Maya, masyarakat pedalaman yang hidup di benua Amerika, membuat kalender yang berisi perjalanan hidup mereka dimulai sejak tahun 3113 SM (Sebelum Masehi) sampai kemudian berakhir pada 2012 Masehi.

Meski kemudian ditemukan fakta baru bahwa suku tersebut memiliki kalender lebih tua yang tidak berakhir pada tahun 2012. Di dalamnya disebutkan bahwa dunia masih akan terus berjalan sampai 7.000 tahun selanjutnya. Jadi, diramalkan bahwa tahun 9012 mendatang baru akan datang kiamat. Selain itu, berbeda dengan kalender masehi yang sering kita pakai, kalender Maya hanya memiliki jumlah hari sebanyak 260 hari saja. Keyakinan terhadap kiamat terjadi di 2012 sebelumnya ada pada suku Maya saja. Namun, begitu gagasan tersebut disebarluaskan, ada saja orang yang mungkin turut berpikir tentang kebenarannya. Kalender Maya bukan hanya memberikan informasi yang mereka yakini sendiri tapi juga menjadi pedoman kehidupan mereka dalam merancang masa depan. Bisa jadi termasuk persiapan suku tersebut ketika sudah mendekati hari kiamat versinya.

Seperti halnya Suku Maya, kita pun memerlukan kalender dalam kehidupan kita. Kalender, sebuah sistem penanggalan yang dibuat manusia, membantu kita untuk dapat memahami perubahan yang terjadi di sekitar kita, entah itu terkait musim atau kebiasaan makhluk hidup lain yang melakukan aktivitas rutin tahunan seperti migrasi burung atau ikan.

Fungsi Kalender

Secara umum kita mengenal kalender sebagai sebuah sistem penanggalan untuk menentukan bilangan hari dalam satu pekan, bulan, dan tahun. Sistem kalender dikembangkan oleh manusia sejak dahulu kala berdasarkan pada pergerakan astronomi sehingga memudahkan dalam melakukan aktivitas. Kalender dapat membantu menentukan waktu yang tepat untuk bercocok tanam atau melakukan perjalanan. Sebelum konsep kalender ditemukan pun pada dasarnya manusia telah menjadikan petunjuk dari benda langit seperti bulan dan bintang (matahari) sebagai panduan dalam menentukan perubahan hari dan tahun. Hal itu juga yang dilakukan oleh suku Maya ketika menyusun kalender mereka.

Pada umumnya penentuan kalender menggunakan tiga metode pergerakan astronomi, yakni kalender solar, dibuat berdasarkan pada pergerakan matahari seperti pada kalender masehi. Kemudian kalender lunar, berdasarkan pada pergerakan bulan yang kita tahu digunakan untuk kalender hijriyah. Terakhir ada kalender lunisolar, didasarkan pada pergerakan matahari dan fase bulan, model ini bisa kita temukan pada kalender suku Jawa. Adanya pendekatan berbeda itu membuat kita sering menemukan perbedaan hitungan hari dalam kalender, terutama masehi dan hijriah. Di mana kalender masehi yang cenderung tetap berbanding dengan kalender hijriah yang selalu berubah setiap tahunnya mengikuti fase bulan purnama setiap bulannya.

Sementara ketika melihat pada pemanfaatannya kita dapat membagi kalender berdasarkan dua manfaat: kalender sosial dan kalender ibadah. Pemanfaatan fungsi sosial dapat dilihat pada kegiatan bermasyarakat berdasarkan pada hitungan harinya, seperti peringatan hari kelahiran, kematian, dan peresmian suatu tempat. Sedangkan pada pemanfaatan ibadah, maka fungsinya menjadi semakin penting karena menyangkut dengan hubungan manusia dan Tuhannya.

Tanpa kehadiran sistem kalender, manusia akan kebingungan dalam menjalani hari-harinya. Tidak hanya bingung dalam menentukan kapan waktu yang tepat dalam melakukan aktivitas tapi juga bingung dalam menimbang kemampuan diri sendiri berdasarkan pada banyak waktu yang telah ditempuh selama hidup.

Macam-macam Kalender

Kalender suku Maya menjadi salah satu sistem penanggalan yang baru penulis ketahui ketika sudah beranjak dewasa. Hadirnya film dengan latar tema kalender tersebut menjadikan penulis tertarik tentang kalender-kalender lain yang telah dibuat dalam hidup ini. Bila kita cari menggunakan search engine, akan ditemukan beragam model kalender yang dibuat manusia, baik untuk kebutuhan bercocok tanam, berburu, beternak, hingga yang lebih umum seperti yang disebutkan di atas.

Bagi kita yang hidup di Indonesia setidaknya dapat mengenal 6 jenis kalender yang sering digunakan atau paling tidak pernah kita dengar eksitensinya. Kalender tersebut antara lain kalender masehi, kalender hijriah, kalender jawa, kalender sunda, kalender saka, dan kalender saka bali.

  • Kalender Masehi

Kalender masehi digunakan sebagai sistem penanggalan resmi di Indonesia sekaligus menjadikannya pedoman dalam mendukung segala aktivitas formal di negara ini. Kalender ini merupakan hasil pengembangan dari zaman Romawi dengan nama Kalender Julius, sebelum kemudian berganti menjadi Kalender Julian, sampai disempurnakan oleh Paus Gregorius XIII yang dikenalkan pada dunia pada 15 Oktober 1582, sehingga kalender ini juga sering disebut sebagai Kalender Gregorius. Sementara perhitungan tahun yang dimulai dari kelahiran Isa al-Masih, menurut umat Kristiani, menjadikan kalender ini disebut sebagai Kalender Masehi.

Kalender Masehi memiliki jumlah 365 hari setiap tahunnya. Dengan penentuan tahun genap setiap empat tahun sekali (kabisat). Sementara itu nama-nama bulannya banyak ditentukan oleh kaisar yang berkuasa pada masa Romawi, seperti Raja Antonius dengan gelar Agustus. Dirinya memasukan gelar tersebut sebagai salah satu nama bulan menggantikan nama bulan Sextilis. Termasuk mengubah jumlah hari pada bulan ke delapan menjadi 31 hari. Lalu, menjadikan hari di bulan November serta September berjumlah 30 hari saja.

  • Kalender Jawa

Kalender Jawa masih terus dipakai hingga hari ini terutama oleh mereka yang memiliki garis keturunan dari suku Jawa. Sistem penanggalan ini lahir dari inisiasi Sultan Agung yang memerintah Kerajaan Mataram (1613 – 1645) sebagai sebuah sistem penanggalan baru menggantikan Kalender Masehi dan Hijriah yang telah ada pada saat itu. Kalender Jawa menggabungkan dua metode yakni lewat pergerakan matahari dan fase bulan sekaligus alias lunisolar. Bukan itu saja, Kalender Jawa juga mengambil sistem dari kalender Saka bergaya India.

Dalam praktiknya penggunaan Kalender Masehi tetap diterapkan sebagai keperluan administrasi kerajaan supaya selaras dengan masyarakat umum. Sementara untuk kebutuhan upacara adat bahkan kepercayaan digunakanlah Kalender Jawa. Itulah kenapa dalam banyak kesempatan, umat Islam yang masih meyakini penggunaan kalender ini sering melaksanakan kegiatan adat beriringan ibadah dengan waktu berbeda.

  • Kalender Sunda

Berbeda dengan Kalender Jawa yang lebih akrab bagi masyarakat Jawa termasuk dibuatkan dalam versi cetaknya. Kalender Sunda cenderung mulai dilupakan sehingga membuat masyarakat Sunda kurang akrab dengan istilah-istilah di dalamnya. Secara historis pun kalender ini baru ditemukan kembali pada tahun 1990-an setelah dinyatakan menghilang selama 500 tahun.

Kalender Sunda, juga dikenal sebagai Kala Sunda, menggunakan perhitungan bulan, matahari, dan bintang. Bagian kalender yang menggunakan perhitungan matahari disebut sebagai Suryakal atau Saka Sunda. Kemudian kalender berbasis bulan disebut sebagai Chandrakala atau Caka Sunda. Sementara untuk kalender dengan menggunakan kedudukan bintang disebut sebagai Sukrakala.

Perhitungan hari dalam kalender Sunda relatif rumit dengan banyak istilah yang tidak mudah dihafalkan. Seperti poe – waktu dalam satu hari, wara – hitungan hari dalam sepekan, wuku – penggalan mingguan, sampai windu – waktu selama 8 tahun. Sama seperti kalender lainnya, Kalender Sunda juga hadir untuk memudahkan masyarakat dalam beraktivitas dan melakukan kegiatan adat atau keagamaan.

  • Kalender Saka

Kalender Saka merupakan pedoman bagi umat Hindu di Indonesia dalam menentukan hari-hari peribadatan mereka. Kalender Saka telah digunakan sejak awal pertama umat Hindu datang ke Indonesia dan terus digunakan sampai saat ini. Masyarakat Bali kemudian menambahkan penanggalan lokal versi mereka sehingga disebut sebagai Kalender Saka Bali.

Kalender Saka menggabungkan peredaran mataharai dan bulan atau lunisolar untuk menentukan perubahan hari dan tahun. Dalam satu tahun kalender ini memiliki 12 bulan yang disebut sebagai Caitra, Waicakna, Jyestha, Asadna, Crawana, Bhadrawada, Asuji, Karttika, Marggasira, Fosya, Maga, dan Phalgun. Setiap pergantian tahun dirayakan sebagai Tahun Baru Saka atau Hari Raya Nyepi.

Baca juga: Batas Toleransi Sampai Mana Sih?

Kalender Hijriah Sebagai Pedoman Umat Islam

Islam juga memiliki metode sendiri dalam menentukan penanggalan untuk dijadikan pedoman utama bagi kaum muslimin di seluruh dunia. Perhitungan hari dalam kalender Islam didasarkan pada perputaran fase bulan (qomariyah), yang awalan harinya dimulai pada saat matahari terbenam. Jadi, 24 jam dalam waktu Islam dimulai dan diakhiri pada saat matahari terbenam setiap harinya. Itulah mengapa ketika kita masuk ke bulan Ramadan, maka pelaksanaan salat tarawihnya dilakukan pada saat malam pertama sebelum keesokan harinya menjalankan ibadah puasa.

Kaum muslimin menjadikan peristiwa hijrahnya Rasulullah shalallahualaihi wa sallam dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi sebagai era dimulainya penanggalan dalam Kalender Islam. Itulah mengapa kalender ini juga sering disebut sebagai Kalender Hijriah. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat zaman itu menjadikan peristiwa besar sebagai penanda tahun. Seperti Tahun Gajah hingga Tahun Kesedihan (Aamul Huzni) yang di dalamnya terdapat peristiwa meninggalnya istri Rasulullah, Ummul Mukminin Khadijah serta pamannya Abu Thalib yang memiliki jasa besar dalam pengasuhan beliau shalallahualaihi wa sallam.

Sementara keputusan untuk menjadikan Muharam sebagai bulan pertama dilakukan atas dasar konsensus dari para Sahabat yang dipimpin oleh Khalifah Umar bin Khattab radhiallahuanhu.

Fungsi Kalender Islam bagi kaum muslimin sangatlah penting. Bukan saja untuk dijadikan sebagai patokan dalam hal muamalah secara sosial tapi juga menjalankan perkara ibadah yang pelaksanaannya terikat dengan bulan-bulan dalam Islam. Seperti pelaksanaan ibadah puasa di bulan Ramadan, pelaksanaan haji di bulan Dzulhijjah, maupun pelaksanaan ibadah lainnya yang bersifat sunah untuk mencocoki apa yang dilakukan Rasulullah dan para Sahabatnya.

Berkaitan dengan waktu penting dalam Islam pun sudah diberikan panduannya. Berbeda dengan kalender lain yang sering menjadikan pergantian tahunnya sebagai waktu untuk melakukan perayaan tertentu. Dalam Islam tidak dikenal yang namanya perayaan pergantian tahun. Tidak ada kekhususan maupun contoh dari Rasulullah atau pun Sahabat dalam melakukan ritual tertentu dalam pergantian tahun. Yang ada ialah perayaan yang terikat dengan bulan dan momen tertentu seperti Idulfitri dan Iduladha.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda,

فَقَالَ « قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ يَوْمَيْنِ خَيْراً مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ النَّحْرِ

“Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari raya IdulFitri dan Iduladha (hari Nahr).” (HR. An Nasai no. 1556 dan Ahmad 3: 178, sanadnya shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim sebagaimana kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth)

Itulah sebabnya sering kita temukan seorang muslim yang kurang antusias ketika dihadapkan pada perayaan tahun baru berdasarkan kalender lainnya. Bisa jadi mereka berusaha mengaplikasikan apa yang disampaikan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam kepada umatnya. Bukankah beliau adalah sebaik-baik teladan bagi kita?

Satu hal lagi, tidak ada kalender di dunia ini yang mampu memberikan kepastian hari paling akhir dari kehidupan di dunia. Tidak ada satu orang pun, bahkan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, yang tahu kapan datangnya kiamat besar bagi seluruh makhluk di bumi.

يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا

“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah”. Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.” (QS. Al Ahzab: 63)

Jadi, tidak perlu berletih-letih mencari tahu ujung dari kalender tahunan yang dibuat manusia. Cukup sekadar tambahan informasi saja, bahwa kita selalu membutuhkan hidayah dari Allah subhanahu wa taala agar mampu terus berada di atas jalan yang lurus hingga masuk surga nanti.

Editor: Riski Francisko

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *