Membaca Buku-buku Tentang Buku
Published Date: 23 March 2022
Apa yang menarik dari buku adalah ia bisa bicara soal apa saja dengan gaya apa saja. Ada buku kumpulan cerita orang-orang pelit sepanjang sejarah (Al-Bukhalaa karya al-Jahizh), buku yang ditulis dengan 99 berbentuk berbeda (Exercises in Style karya Raymond Queneau), buku tanpa huruf ‘E’ (novel Gadsby karya Ernest Vincent Wright dan CADL karya Triskaidekaman), hingga buku tentang buku. Tipe terakhirlah yang belakangan sedang saya gandrungi. Membaca buku-buku tentang buku membuat buku menjadi terlihat lebih menarik; membuat nafsu baca menjadi lebih meluap, dan kebahagiaan serta kebanggaan membaca buku lebih tinggi.
Beberapa tahun lalu saya membaca Para Penggila Buku: Seratus Catatan di Balik Buku karya Muhidin M. Dahlan & Diana AV Sasa. Buku ini saya pinjam dari Pak Rizki Aji, guru sejarah SMA Future Gate yang enak diajak bicara tentang apa pun—terutama tentang buku. Buku itu berisi 100 tulisan yang seluruhnya berkenaan dengan buku.
Saya tidak ingat detail isi buku tersebut, tapi yang jelas membaca buku tersebut membuat saya merasa bacaan saya begitu sedikit dan kurang berwarna. Ada banyak buku yang belum (dan mungkin tidak akan pernah) kita baca dan banyak fakta menarik tentang buku yang belum kita ketahui.
Membaca buku tentang buku seperti bertemu dengan pencinta buku kelas ekstrem. Kadang-kadang ia membuat kita malu karena menyadari betapa sedikitnya buku yang kita baca; kadang-kadang ia membuat kita iri; kadang-kadang ia membuat kita berkontemplasi dan merenungi dosa-dosa—bukankah tidak menyempatkan baca buku padahal punya cukup waktu adalah suatu dosa?
Di meja saya saat ini ada Bukuku Kakiku, sebuah buku berisi 24 artikel tentang buku yang ditulis oleh tokoh-tokoh ternama Indonesia. Di antara para penulis dalam buku ini adalah Ariel Heryanto, Budi Darma, Remy Sylado, Rosihan Anwar, hingga Yohanes Surya. Para penulis dalam buku ini terdiri dari tokoh-tokoh yang berkecimpung dalam berbagai bidang; ada peneliti, sastrawan, dosen, sejarawan, fisikawan, hingga petinju.
Dengan keragaman latar belakang penulis tersebut buku ini menunjukkan bahwa siapa saja berhak memiliki kedekatan intim dengan buku. Buku bukanlah barang yang hanya boleh dikonsumsi oleh kalangan intelektual yang berdiam di menara gading. Buku boleh dan harus dibaca oleh siapa saja—buruh, pedagang kaki lima, karyawan swasta, pengusaha, guru, siapa pun itu.
Dalam “Musyawarah Buku”, esai terbaik tentang buku karya Zen RS yang pernah saya baca, ia membahas pergumulan buku dari masa ke masa di berbagai tempat. Dulu Al-Ghazali menulis kitab Tahafut al-Falasifah—buku yang merupakan serangan terhadap filsafat. Ibnu Rusyd membantah buku itu dengan buku lagi, yaitu Tahafut at-Tahafut.
Tan Malaka pernah menulis buku tipis berjudul Thesis, Alimin datang membantahnya dengan buku Analysis. Buku dibalas dengan buku, begitulah cara bercakap-cakap yang etis dan elegan, bukan disita atau dibakar. Ada perbedaan yang sangat jauh antara intelektual beradab dengan kaum barbar yang khawatir dunia akan terbenam ke dasar bumi hanya gara-gara eksistensi sebuah buku.
Dalam esai itu Zen RS juga menyebut salah satu judul buku tentang buku, yaitu Musyawarah Buku (terjemahan dari Conference of the Book: the Search for Beauty in Islam) karya Khalid Abou el-Fadl. Begini kata Zen RS tentang buku itu:
“Ini salah satu buku kesayangan saya. Tersimpan di salah satu sisi rak buku saya yang tersembunyi, agar siapa pun tak tergoda meminjam atau mengambilnya. Buku ini berkali-kali saya baca dan tak pernah merasa bosan. Tiap kali saya merasa jenuh dengan buku, saya selalu membuka kembali buku ini, dan saya selalu mendapatkan semangat baru. Ya, semangat untuk kembali mengakrabi buku-buku.”
Saya kira memang itulah faedah terpenting membaca buku-buku tentang buku: mengembalikan semangat kita untuk mengakrabi buku-buku. Di hadapan saya, Bukuku Kakiku masih tergolek dengan kokoh dan menawan. Saya tahu apa yang harus saya lakukan: menyudahi tulisan ini, mematikan laptop, dan membuka buku bersampul putih di hadapan saya.
Erwin Setia
[Kolumnis di berbagai media online, penulis cerpen, alumni SMA Future Gate.]