Mudik dan Harapan Berlebaran di Kampung Halaman
Published Date: 3 May 2022
Tiap menjelang Idul Fitri, banyak perantau yang kembali ke kampung halamannya untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga besarnya. Mereka pulang dengan bermacam moda transportasi yang dapat mengantarkan mereka ke kampung masing-masing, seperti mobil pribadi, motor, kereta api, bis, pesawat, ataupun kapal laut. Tradisi inilah yang disebut dengan mudik.
Dalam KBBI, mudik memiliki makna pulang ke kampung halaman. Kata mudik juga memiliki makna lain dalam KBBI, yakni (berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman). Melalui makna dari KBBI ini kita bisa menangkap bahwa mudik merupakan aktifitas gerak yang terjadi dari satu tempat ke tempat lainnya.
Menurut sejarawan JJ Rizal, kata mudik berasal dari kata udik, yang menurut KBBI adalah sungai yang sebelah atas (arah dekat sumber); (daerah) di hulu sungai, atau desa; dusun; kampung (lawan kota). Pada saat Jakarta masih bernama Batavia, suplai hasil bumi daerah kota Batavia diambil dari wilayah-wilayah di luar tembok kota di selatan. Karena itu, ada nama wilayah Jakarta yang terkait dengan tumbuhan, seperti Kebon Jeruk, Kebon Kopi, Kebon Nanas, Kemanggisan, Duren Kalibata, dan sebagainya. Para petani dan pedagang hasil bumi tersebut membawa dagangannya melalui sungai. Dari situlah muncul istilah hilir-mudik, yang artinya sama dengan bolak-balik. Mudik atau menuju udik saat pulang dari kota kembali ke ladangnya, begitu terus secara berulang kali.
Tradisi yang sudah lama terjadi ini masih menjadi kebiasaan hingga sekarang. Keinginan pulang setelah mengumpulkan uang dan berbagi di kampung halaman, merupakan salah satu alasan terkuat, umumnya masyarakat pendatang melakukan mudik. Selain itu, tabiat manusia yang tak pernah lepas dari kerinduan akan masa kecil dan kejadian masa lalu, membuat ingin melakukan kembali nostalgia dan napak tilas, memperkenalkannya kepada anak serta keluarga, atau pasangan yang berbeda kampung halaman dalam berbagi cerita.
Sehingga pada intinya, mudik bukan saja ritual biasa bagi kebanyakan manusia Indonesia. Tapi juga menjadi momentum perputaran ekonomi hingga penuntasan perasaan. Bila ditilik dan dicermati, tradisi mudik juga terjadi di beberapa negara Asia lainnya, seperti masyarakat India, Bangladesh, hingga tak terkecuali tetangga jiran, Malaysia.
Moda Pilihan Mudik
Berdasarkan survei Balitbang Kemenhub pada tahun 2022, 79,4 juta orang akan mudik pada tahun 2022, dengan rincian 13 juta orang berasal dari Jabodetabek dan sisanya berasal dari daerah lain. Sedangkan moda transportasi yang akan digunakan untuk mudik adalah Kendaraan pribadi sebanyak 40 juta orang, Bus dan penyeberangan sebanyak 26,7 juta orang, Pesawat sebanyak 8,9 juta orang, Kereta api sebanyak 8,2 juta orang, Kapal 1,4 juta orang, dan Angkutan lainnya 100 ribu orang.
Dari data tersebut, terlepas apapun kendaraan yang digunakan, antusiasme masyarakat pendatang di kota besar tak pernah surut untuk pulang. Mereka mengusahakan segala moda berkendara mencapai kampung halaman. Bahkan tak terkecuali pada beberapa media, sering diinformasikan, adanya para pemudik menggunakan moda sepeda. Ya! Seiring dengan baiknya perekonomian dan kualitas sepeda untuk digowes, baik secara material hingga alasan hobi. Kini bersepeda sudah menjadi pilihan tersendiri para pemudik, selain dari kendaraan-kendaraan yang disebutkan di atas.
Namun perlu menjadi catatan dan pengingat bahwa pada tahun 2016, terjadi insiden kemacetan total di pintu keluar tol Brebes Timur pada masa mudik lebaran yang mengakibatkan kemacetan parah selama 20 jam dan 12 orang meninggal dunia. Selain itu, mudik pernah dilarang oleh pemerintah pada tahun 2020 dan 2021 karena munculnya wabah Covid-19 di Indonesia, yang dapat mengakibatkan peningkatan kasus ketika terjadi mobilitas masyarakat yang masif. Meskipun banyak terjadi insiden yang berkaitan dengan mudik, hal ini tidak menyurutkan minat masyarakat untuk mudik setiap tahunnya.
Tentu kita berharap, seiring dengan pulihnya perekonomian setelah pandemi, kelak mudik yang telah diperkenankan pemerintah pada periode ini. Dapat menjadi pelepas rindu setelah sekian lama tak bertemu. Selain itu juga, merupakan sebuah kewajiban atas sesama muslim untuk saling silaturahmi dan mengunjungi sanak-saudara. Mengembalikan ingatan yang hilang, serta cerita yang belum cukp disampaikan melalui gawai.
M. Fikri Ardiansyah
[Alumni dari SMA Future Gate. Saat ini sedang magang di SMA FG, untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan dunia kerja.]