Peran Ayah dalam Mendidik Anak-Anak demi Menghalau Penyakit LGBT
Published Date: 20 November 2023
قَبَّلَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم الْحَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ، وَعِنْدَهُ الأَقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ التَّمِيميُّ، جَالِسًا فَقَالَ الأَقْرَعُ: إِنَّ لِي عَشَرَةً مِنَ الْولَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: مَنْ لاَ يَرْحَمُ لاَ يُرْحَمُ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mencium cucunya, Al-Hasan bin ‘Ali di dekat Al-Aqra’ bin Haabis At-Tamimi yang sedang duduk. Lalu Al-Aqra’ mengatakan, “Sungguh aku memiliki 10 orang anak, namun aku tidak pernah mencium salah seorang pun dari mereka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menatapnya lalu bersabda, “Siapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhori no. 5997 dan Muslim no. 2318)
Dalam Islam, peran orang tua, khususnya ayah, sangat penting dalam mendidik dan mengarahkan anak-anaknya agar tumbuh menjadi pribadi yang baik dan kuat secara mental dan spiritual. Terlebih lagi di era globalisasi seperti sekarang ini, isu seperti Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) menjadi salah satu tantangan besar yang harus dihadapi oleh generasi muda Muslim. Oleh karena itu, fungsi ayah dalam menghalau penyakit LGBT pada anak dalam Islam perlu ditekankan dan difahami dengan baik.
Menurut Sunaryo (2002: 243), homoseksual adalah ketertarikan melakukan hubungan seks dengan sesama jenis (pria dengan pria atau wanita dengan wanita). Lazim disebut homoseksual (gay) apabila dilakukan antara pria dan pria, sedangkan pada wanita disebut lesbian. Sedangkan Gus Arifin (2010: 313) menyatakan bahwa homoseksual adalah kata sifat yang digunakan untuk hubungan intim atau hubungan romantis di antara orang-orang yang berjenis kelamin yang sama atau lebih dikenal dengan istilah gay bagi sesama laki-laki, dan lesbi bagi sesama perempuan.
Ayah memiliki peran yang sangat penting dalam keluarga guna menghindarkan keluarganya dari penyakit LGBT, Menurut Reni Akbar-Hawadi dalam bukunya (2001: 15) tugas seorang ayah secara tradisional adalah melindungi keluarga (protection) dan mencari nafkah (breadwinning) namun kemudian diperluas dalam hal-hal yang menyangkut child management dan pendidikan. Termasuk didalam melindungi keluarganya dari paham menyimpang, dan mendidik keluarganya dengan baik sehingga dapat terhindar dari penyakit-penyakit mental seperti LGBT. Sebagai seorang ayah kita wajib memberikan hal-hal dibawah ini kepada keluarga kita khususnya anak-anak kita, agar mereka dapat terlindungi dari paham LGBT.
Kewajiban Ayah Mengajarkan Agama sebagai Dasar Keimanan
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ
Artinya: “Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu,” (HR Ahmad).
Ayah memiliki peran dalam Pendidikan anak-anaknya di rumah. Pendidikan agama merupakan fondasi penting bagi kehidupan setiap Muslim, baik orang tua maupun anak-anak. Seorang ayah harus memastikan bahwa anak-anaknya mendapatkan pemahaman yang baik mengenai ajaran Islam, sehingga mereka dapat membedakan mana yang baik dan buruk, termasuk mengenai masalah seksualitas. Mengajarkan anak-anak tentang keimanan kepada Allah Ta’ala dan keyakinan pada setiap ketentuan yang sudah diatur dalam Al-Qur’an dan Hadis serta amalan-amalan ibadah yang baik akan menjadi benteng yang melindungi mereka dari penyakit LGBT.
Ayah Wajib Memberikan Perhatian dan Kasih Sayang yang Melimpah Pada Anak
جَاءَ أَعْرَابِى إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : تُقَبِّلُونَ الصِّبْيَانَ ، فَمَا نُقَبِّلُهُمْ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَأَمْلِكُ لَكَ أَنْ نَزَعَ اللَّهُ مِنْ قَلْبِكَ الرَّحْمَةَ
“Datang seorang arab badui kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu berkata, “Apakah kalian mencium anak-anak laki-laki? Kami tidak mencium mereka”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau Allah mencabut rasa rahmat atau kasih sayang dari hatimu”. (HR. Al-Bukhari No. 5998 dan Muslim No. 2317)
Saat ini banyak sekali seorang ayah yang merasa “gengsi” untuk menunjukkan ekspresi rasa kasih sayangnya kepada sang anak, khususnya anak laki-laki. Seribu satu alasan dapat dilontarkan hanya untuk membenarkan sikap dingin atau jaga image (jaim) yang ia tampakkan pada anak laki-lakinya. Padahal rasulullah mengajarkan kita untuk menunjukkan rasa kasih sayang kita kepada anak-anak agar mereka tidak tumbuh menjadi pribadi yang haus rasa kasih sayang, lalu akhirnya mencari rasa kasih sayang tersebut kepada orang yang salah atau tempat yang salah.
Seorang ayah memegang peranan penting dalam memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak-anaknya. Dalam konteks menghalau penyakit LGBT, ayah harus senantiasa menjaga hubungan emosional yang baik dan harmonis dengan anak agar mereka merasa nyaman dan tidak merasa tertekan. Anak yang mendapatkan cinta dan perhatian dari keluarga biasanya akan tumbuh menjadi pribadi yang seimbang secara emosional dan juga kuat keagamaannya, sehingga barang tentu sang anak mampu untuk mengahalau segala macam penyakit kejiawaan atau mental, khususnya penyakit LGBT.
Ayah Wajib Memastikan Anaknya Menjalin Hubungan Sosial di Dalam Lingkungan yang Baik
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian”. (HR. Abu Daud no. 4833, Tirmidzi no. 2378, Ahmad 2/344, dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shohihul Jaami’ 3545).
Banyak kesalahpahaman yang terjadi di kalangan orang tua masa kini, khususnya seorang ayah menyangka bahwa kewajiban seorang ayah kepada anaknya hanyalah ada dalam konteks material saja, misalnya memberi uang jajan, perangkat elektronik, kendaraan, sekolah favorit, dan lain-lain. Padahal peran ayah tidak sampai situ saja. Seorang ayah wajib memenuhi kebutuhan akal, dan jiwa anaknya, termasuk didalamnya seorang ayah wajib dan perlu untuk memastikan dengan siapa anaknya bergaul, karena ini menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi nilai-nilai akhlak sang anak ke depannya.
Karena lingkungan sosial dan pergaulan menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam perkembangan pribadi anak. Sebagai ayah, perlu memastikan bahwa anak terlibat dalam lingkungan yang positif dan sejalan dengan prinsip-prinsip Islam. Hal ini termasuk memastikan anak-anak berinteraksi dengan teman-teman yang memiliki kualitas moral yang baik, serta menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga pendidikan dan komunitas muslim yang dapat membantu dalam mendukung pemahaman dan penerapan ajaran Islam dalam kehidupan anak.
Ayah Wajib Mendukung dan Mengembangkan Bakat Anak
Mengembangkan potensi dan bakat anak sangat penting untuk membantu mereka mencapai kebahagiaan dan keberhasilan dalam hidup. Ayah perlu menyadari dan menghargai bakat yang dimiliki anak, serta mendukung mereka dalam mengembangkan bakat tersebutsecara maksimal. Dalam konteks pencegahan penyakit LGBT, mendukung dan mengembangkan bakat anak akan membuat mereka lebih fokus pada pengembangan diri dan memiliki kegiatan yang positif, sehingga mereka lebih terhindar dari pengaruh negatif lingkungan yang mendukung LGBT.
Seorang anak yang bakatnya didukung oleh keluarganya terkhusus ayahnya, dapat dipastikan anak tersebut dapat tumbuh menjadi anak yang jauh lebih percaya diri, kepercayaan diri inilah yang nantinya menjadi modal baginya untuk bisa menerima kondisi kepribadiannya sehingga akan jauh lebih sulit pemahaman-pemahaman tentang penyakit mental seperti LGBT dapat masuk dan merusak kepribadian anak – anak tersebut.
Ayah Perlu Mengedukasi Anak tentang Bahaya LGBT
Selain mendidik anak-anak mengenai ajaran Islam yang benar, ayah juga harus mengedukasi mereka tentang bahaya dan konsekuensi dari perilaku LGBT. Dengan membuat anak sadar terhadap dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh perilaku seksual menyimpang ini, mereka akan lebih mampu untuk mengambil keputusan yang bijaksana dalam menghadapi isu ini.
Untuk dapat mengedukasi anak tentang bahaya penyimpangan LGBT menurut syariat Islam, ada beberapa cara yang dapat dilakukan seorang ayah.
- Pertama, ayah dapat memberikan sosialisasi secara jelas tentang LGBT menurut Islam.
- Kedua, ayah dapat menjelaskan bahaya penyimpangan LGBT pada anak ketika mereka sudah berusia pre-teen, yaitu ketika mereka mulai penasaran tentang gender dan eksplorasi seksual.
- Ketiga, ayah dapat memberikan pemahaman tentang konsep fitrah laki-laki dan perempuan dalam Islam.
- Keempat, ayah dapat memberikan informasi tentang seksualitas secara terbuka dan memberikan edukasi seksual sejak dini. Selain itu, pendekatan dan keterbukaan juga dapat membantu dalam menjelaskan penyimpangan LGBT kepada anak.
Dalam memberikan edukasi, orang tua dapat menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak dan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan memberikan edukasi yang tepat, anak dapat memahami bahaya penyimpangan LGBT menurut Islam dan dapat menghindari perilaku tersebut.
Ayah Dapat Menerima Curhatan Anak tentang Problem Seksual
Ketika anak menginjak usia dewasa akan ada dimana ia berusaha untuk dapat mengenal jati dirinya, banyak dari mereka yang berhasil melewati fase tersebut dengan selamat sesuai dengan fitrah keislamannya, akan tetapi banyak pula yang gagal. Salah satu faktor besar yang mempengaruhi kegagalan tersebut adalah kurangnya kedekatan dengan orang tua khususnya ayah sehingga anak tersebut berusaha mencari jawabannya kepada orang lain ataupun sumber-sumber lain. Maka penting sekali bagi seorang ayah untuk dapat membersamai fase tersebut hingga anak-anak kita tidak salah dalam menentukan.
Ayah juga harus siap untuk memberikan bimbingan dan konseling kepada anak-anaknya, terutama jika anak tersebut mengalami perasaan bingung atau tertekan karena isu-isu yang berkaitan dengan seksualitas. Menyediakan dukungan dan pemahaman yang tulus akan membantu anak menghadapi perasaan mereka dan mencari solusi sesuai dengan tuntunan Islam.
Ayah Harus Selalu Mengerjakan Amalan Yang Baik dan Mendoakan Anak-anaknya
(من فُتح له منكم باب الدعاء فتحت له أبواب الرحمة، وما سُئل الله شيئاً يُعطى أحب إليه من أن يُسأل العافية، إن الدعاء ينفع مما نزل وما لم ينزل، فعليكم عباد الله بالدعاء)) (رواه الترمذي وحسنه الألباني)
“Barang siapa diantara kalian telah dibukakan baginya pintu doa, pasti dibukakan pula baginya pintu rahmat, dan tidaklah Allah SWT diminta sesuatu yang Dia berikan lebih Dia senangi dari pada diminta kekuatan, sesungguhnya doa itu bermanfaat baik terhadap apa yang terjadi maupun belum terjadi, maka hendaklah kalian berdoa.” (HR: tirmizi, dihasankan oleh Al-Albani).
Perlu diingat bahwa doa adalah salah satu senjata orang-orang mukmin, walaupun seorang ayah telah berusaha keras dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya, pada akhirnya, segala keputusan dan pilihan yang mereka ambil ada di tangan mereka sendiri. Jangan lupa, sebagai seorang ayah agar senantiasa mendoakan yang terbaik bagi anak-anak, agar mereka dapat terhindar dari penyakit LGBT dan tumbuh menjadi pribadi yang baik, menjalani kehidupan yang sesuai dengan tuntunan agama Islam. Perlu diperhatikan juga amalan-amalan ibadah dan kebaikan yang perlu dikerjakan oleh seorang ayah, karena amalan tersebut dapat menjadi bantalan agar dapat diterimanya doa kita semua.
Peranan ayah sangat penting dalam menghadapi masalah LGBT yang menjadi tantangan besar pada masa kini. Dalam Islam, ayah memiliki peran besar dalam mendidik dan mengarahkan anak-anaknya agar tumbuh menjadi pribadi yang baik dan kuat secara mental dan spiritual. Banyak sekali seorang ayah dizaman ini yang tidak dekat dengan anaknya, sehingga banyak dari mereka yang pada akhirnya mencari rasa kasih sayang, perhatian, dan lainnya diluar rumah, kita beruntung jika mereka mencari perhatian ke tempat yang tepat, akan tetapi bagaimana jika mereka salah tempat atau seseorang dalam mencari hal-hal tersebut?
Semoga kita dan keluarga kita dihindarkan dari perbuatan buruk diluar sana, terkhusus perbuatan LGBT. Dengan upaya yang maksimal dan didukung oleh keikhlasan hati, serta amalan ibadah dan doa yang mumpuni, ayah dapat menjalankan peran mereka dengan baik dalam melindungi anak-anak dari penyakit LGBT. Wallahu a’lamu Bishawaab
Editor: Dimas Ronggo