Mengenal Bullying dan Penyebabnya

Perundungan atau bullying akhir-akhir ini menjadi pembahasan aktual di sekitar kita. Perilaku bullying ini seringkali terjadi pada anak-anak maupun remaja karena pada fase tersebut mereka sedang senang-senangnya bermain dan bercanda hingga terkadang lupa batasan bercanda. Bila kita membuka mesin pencarian di internet dan menulis kata kunci perundungan ataupun bullying, akan kita dapati judul-judul berita yang membuat hati kita tersayat. Berdasarkan data dari KPAI, tercatat kasus bullying anak di 2023 capai 2.325 korban sedangkan kekerasan seksual mencapai 6.316 korban. Angka yang cukup fantastis untuk negara yang katanya paling ramah seperti Indonesia.

Tak hanya remaja dan anak-anak, di kalangan orang dewasa pun kejadian seperti ini juga kerap terjadi baik itu di lingkungan kampus, tempat kerja, ataupun lingkungan rumah. Beberapa waktu lalu, sempat ramai berita pada salah satu instansi pemerintah terkait perundungan oleh beberapa senior kerja kepada seorang junior yang sampai ke ranah pelecehan seksual.

Perilaku bullying ini kerap terjadi karena seorang pelaku yang ingin menunjukan kuasanya kepada orang lain yang dianggap lemah sehingga si korban menjadi sasaran empuk para pelaku bullying ini.

Bagi sebagian orang mungkin melihat kejadian seperti ini adalah sekadar lelucon yang dapat dinikmati bersama, ada pula yang miris melihat kejadian ini namun tak punya daya untuk membela. Kejadian bullying ini menjadi berkepanjangan akibat adanya pembiaran dari kasus-kasus yang terjadi sehingga pelaku semakin menikmati kekuatan semunya.

Definisi Bullying

Secara teoretis bullying dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang merupakan perilaku negatif serta berulang, yaitu disaat seseorang kesulitan untuk mempertahankan dirinya dari suatu kekuatan yang tidak seimbang dimana perlakuan tersebut dilakukan secara sengaja dan intens. Menurut O’Connell (2013), perundungan atau bullying merupakan tindakan negatif dalam bentuk verbal, fisik dan relasional yang terjadi dalam waktu yang cukup panjang dan berulang yang dilakukan oleh satu orang atau lebih terhadap orang lain, dimana terdapat ketindakseimbangan kekuatan dan korban tidak memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya.

Definisi bullying lain disampaikan oleh tokoh, Olweus (2012) yang mendefinisikan bullying sebagai tindakan negatif dalam jangka waktu cukup panjang dan berulang yang dilakukan oleh satu orang atau lebih terhadap orang lain, dimana terdapat ketidakseimbangan kekuatan dimana korban tidak memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya. Sedangkan Sullivan (2010) menjelaskan bahwa bullying merupakan bentuk perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja dan sadar oleh satu atau sekelompok orang terhadap satu atau sekelompok orang lain dengan tujuan menyakiti. Rigby (2012) menyatakan bahwa bullying merupakan penyalahgunaan kekuatan secara sistematis dalam berhubungan dengan orang lain. Steven Bee (2011) mendefinisikan bullying merupakan tindakan negatif dalam bentuk perilaku agresif, dan membaginya kedalam tiga bentuk yaitu verbal, fisik, dan relasional. Namun, pada zaman yang serba canggih dan terbuka melalui sosial media juga rawan terjadinya tindak bullying sehingga terdapat salah satu jenis bullying lagi yaitu cyberbullying.

Jenis-jenis Bullying

Dapat disimpulkan bahwa Jenis-jenis bullying terbagi menadi empat macam, yaitu bullying fisik, bullying verbal, bullying relasional serta cyberbullying.

Bullying fisik merupakan tindakan agresif pelaku terhadap korban bullying yang dilakukan secara fisik seperti pukulan, tendangan, dorongan atau bahkan perlakuan yang sampai melakui fisik seseorang. Perlakuan bullying fisik ini yang paling mudah dideteksi dan cepat terjangkau karena terlihat jelas bila ada pelaku yang sedang mengerjai korbannya. Berbeda dengan model fisik, bullying verbal terkadang menyulitkan seseorang untuk dideteksi sebagai pelaku bullying karena melalui kata-kata orang akan berdalih dan berlindung dibalik kata “bercanda” saat melakukan tindak bullying. Tak jarang pelaku Bullying verbal ini tak sadar bahwa ia sedang melakukan tindak bullying. Seseorang dapat dikatakan melakukan tindak bullying verbal apabila melakukan tindakan dengan kata-kata yang merendahkan, menghina, termasuk narasi yang mengancam korban.

Bullying fisik dan verbal yang dilakukan biasanya dampaknya langsung dirasakan oleh kobran, namun ada pula tindak bullying yang bisa dikatakan cukup kejam karena menyerang mental seseorang dan dampaknya berkepanjangan. Tindakan tersebut adalah bullying relasional. Tindakan bullying relasional ini biasanya ditujukan untuk mengucilkan atau mengecualikan seseorang atau sekelompok orang dari suatu aktivitas sosial. Biasanya keadaan seperti ini tidak disadari dan memiliki dampak yang cukup kejam karena akan mempengaruhi orang lain agar tidak berinteraksi dengan si korban sehingga si korban benar-benar merasa terisolasi dari komunitas atau kumpulan sosial tersebut. Tindakan ini termasuk juga saat seseorang menyebarkan rumor, menolak berinteraksi dengan korban, atau menarik diri dari hubungan pertemanan dengan korban.

Semua tindak bullying yang telah disebutkan merupakan tindakan yang dapat dirasakan dan dilihat secara langsung di dunia nyata, salah satu tindak bullying yang tak kalah kejam di dunia maya adalah cyberbullying. Tindakan bullying yang tak disangka-sangka sering memakan korban ini, tanpa disadari mungkin beberapa dari kita pernah melakukannya di dunia maya ketika menulis komentar atau memberi kritik kepada seseorang pada akun atau postingan di sosial media. Parahnya, cyberbullying ini memakan korban sampai seseorang memutuskan untuk bunuh diri, dan itu terjadi seringkali pelakunya tidak menyadari telah melakukan tindakan cyberbullying. 

Tindakan cyberbullying ini biasanya dilakukan dengan cara penghinaan secara online, yang dimana biasanya akibat satu orang melakukan hinaan ini pada akhirnya orang-orang yang membaca juga ikut menghina. Tindakan ini juga bisa dilakukan dengan cara menyebarkan rumor, gosip ataupun fitnah kepada seseorang dengan maksud menghancurkan reputasinya. Pelaku cyberbullying juga dapat berupa tindakan pencurian identitas seseorang dan menggunakan akun atau informasi pribadi korban untuk melakukan tindakan yang merugikan atau merendahkan. Hal-hal yang dianggap biasa saja namun berdampak fatal ini terjadi akibat wadah yang semu atau berada di dunia maya.

Faktor Menciptakan Pelaku Bullying

Kejadian bullying ini terjadi bukan tanpa sebab, seseorang dapat dikatakan menjadi pelaku bullying apabila dia melakukan perilaku negatif kepada orang lain secara berulang dalam waktu tertentu. Pelaku bullying melakukan Tindakan untuk menyakiti orang lain secara sadar dan adanya inisiatif meskipun sang korban tidak melakukan provokasi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Muhopilah dan Tentama (2019), terdapat empat faktor utama yang mempengaruhi perilaku bullying, yaitu faktor kepribadian, faktor keluarga, pengalaman buruk masa kecil dan faktor lingkungan sekolah.

Faktor kepribadian yang menyebabkan seseorang menjadi pelaku bullying yaitu tingginya tingkat hiperaktivitas dan impulsivitas, kurangnya empati, tingginya ego defensif, didapatkan juga seseorang dengan IQ yang rendah dapat menjadi penyebab ia menjadi pelaku bullying. Secara umum, faktor faktor tersebut terdapat dalam diri seseorang dan merupakan bawaan. Namun, keadaan seperti ini sebenarnya dapat dicegah apabila pendidikan dari keluarga dan keberfungsian keluarga berjalan dengan baik. Orang-orang dengan kepribadian seperti ini memang rentan menjadi pelaku bullying. Ada pula faktor kepribadian yang merujuk pada kepribadian positif, namun rentan menjadi pelaku bullying. Contohnya adalah kemampuan memimpin yang tinggi, kemampuan komunikasi dan sosialsiasi yang baik serta kemampuan adaptasi yang tinggi. Apabila kemampuan-kemampuan yang baik ini tak dimanfaatkan dan tidak diarahkan dengan baik, seseorang akan memiliki kemungkinan untuk mempengaruhi orang lain dalam bertindak jahat dan melakukan bullying.

Adanya kontrol dan arahan dari keluarga merupakan pencegahan terbaik agar seseorang tidak menjadi pelaku bullying. Maka dari itu, faktor keluarga juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter seseorang. Keluarga yang tidak berfungsi dengan baik biasanya dapat menciptakan seorang anak pelaku bullying. Penyebab seseorang menjadi pelaku bullying dari faktor keluarga diantaranya adalah dukungan sosial yang kurang dari orang tua, hubungan orang tua yang tidak aman, serta apabila seseorang pernah menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga antara orang tua. Kejadian-kejadian tak mengenakan ini akan membekas di hati dan pikiran sang anak, sehingga akan berdampak pada pembentukan karakter anak yang berpotensi menjadi pelaku bullying. Kejadian-kejadian dari keluarga yang tak mengenakan ini juga akan berdampak pada pengalaman buruk masa kecil atau biasa disebut inner child problem yang menyebabkan seseorang tidak selesai pada masa kecilnya dan menyisakan luka-luka yang dibawa sampai dewasa. Pada akhirnya seseorang akan melakukan hal yang tak semestinya seperti bullying untuk memenuhi hasrat luka masa kecilnya.

Faktor lingkungan sekolah juga dapat berdampak terhadap pembentukan seseorang menjadi pelaku bullying. Sekolah merupakan tempat para remaja banyak menghabiskan waktu kesehariannya. Bisa dibilang seseorang pada masa sekolah lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di rumahnya. Biasanya ini terjadi akibat kurangnya pengawasan sehingga mudahnya terjadi tindakan bullying karena terciptanya kesempatan bagi pelaku untuk melakukan tindakan ini dan tidak ada hambatan untuk melakukan bullying kepada korbannya. Ketidakadilan atau ketidaksetaraan dalam perlakuan di sekolah juga dapat menyebabkan terjadinya bullying. Adanya kesenjangan akan membuka celah dan kesempatan pelaku melakukan bullying kepada korban, tak jarang sang pelaku merasa mendapatkan dukungan dari sekolah karena adanya kesenjangan ini.

Tindakan bullying disadari atau tidak memang ada di sekitar kita, yang dapat kita lakukan bukan hanya peduli dan menindak si pelaku. Menindak pelaku dan mendukung korban memang hal yang sebaiknya kita lakukan ketika melihat kejadian ini. Namun, hal yang dapat kita lakukan untuk memutus rantai bullying ini adalah adanya tindak PENCEGAHAN.

Sebagai orang tua ataupun calon orang tua, baiknya kita menghidupkan keberfungsian keluarga dengan baik dan menjaga perkembangan emosional anak agar kelak tak tercipta pelaku-pelaku bullying yang baru. Sebagai pendidik juga kita harus memperhatikan keadaan sekitar kita agar tak terjadi peluang untuk menciptakan tindakan bullying. Pengawasan, pencegahan dan pengarahan dapat dilakukan oleh pendidik agar para siswa ditanamkan hal-hal baik di sekolah, dimana mereka menghabiskan hgampir separuh waktunya selama sehari penuh.

Editor: Dimas Ronggo

Referensi: 

  • Brank, E. M., Hoetger, L. A., & Hazen, K. P. (2012). Bullying. Annual Review of Law and Social Science, 8, 213-230.
  • Olweus D, Limber S, Mihalic SF. 1999. Bullying Prevention Program: Blueprints for Violence Prevention. Boulder, CO: Cent. Study Prev. Violence.

Author

1 thought on “Mengenal Bullying dan Penyebabnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *