Resensi Buku: Filosofi Jalan Kaki

A Philosophy of Walking – Filosofi Jalan Kaki (2008) dapat disebut karya Frédéric Gros paling berhasil sepanjang 55 tahun usia kehidupannya. Penulis Perancis kelahiran tahun 1965 ini memang terus membuat karya setelahnya, semisal The Security Principle: From Serenity to Regulation (2019) dan Disobey! A Philosophy of Resistance (2020). Namun keduanya tidak pernah mendapat penerimaan besar di banyak tempat seperti halnya Filosofi Pejalan Kaki.

Bagi seorang filsuf serta pemerhati politik seperti Gros, berjalan kaki dalam buku ini digambarkan sebagai kegiatan yang mampu menggugah inspirasi. Dirinya melihat aktivitas tersebut bukan sekadar menggerakan satu kaki di depan kaki yang lain. Ada banyak analisis serta asumsi termaktub bahwa berjalan kaki dapat menjadi sebuah ritual tersendiri bagi sebagian orang. Sebagai sarana pelepas kepenatan, pergi meninggalkan hiruk pikuk dunia yang mulai penat dengan rutinitas.

Frédéric Gros bahkan merasa perlu membuka bukunya dengan bab berjudul “Jalan Kaki itu Bukan Olahraga.” Sebagai sebuah ajakan dan usaha menyadarkan pembaca bahwa berjalan kaki tidak perlu waktu khusus seperti halnya kegiatan olahraga. Tidak ada unsur penilaian, target pencapaian, atau rute khusus yang diperlukan ketika berjalan kaki. Cukup diawali dengan melangkahkan satu kaki di depan kaki yang lain. Begitu terus-menerus sampai pada satu titik menemukan pemberhentian. Meski begitu, Gros juga tidak menyangkal bahwa ada aktivitas olahraga dalam berjalan kaki. Karena memang berjalan kaki pada akhirnya membuat badan lebih bugar dibandingkan berdiam diri. Bab per bab dalam buku berlanjut membicarakan hal lain yang dapat ditemukan dari berjalan kaki. Kesendirian, kebebasan, hingga kesenyapan.

Berjalan kaki di alam selalu dilakukan dalam kesenyapan. Kesenyapan akan hadir begitu Anda meninggalkan jalan besar, jalan berpenghuni, dan ruang publik.

Gros berulang kali mendorong agar pembaca menyadari bahwa hanya dengan berjalan kaki, maka banyak hal dapat tercapai. Terutama soal terbukanya pikiran, bertambahnya pengalaman, meningkatnya perhatian pada keadaan di sekitar orang yang berjalan kaki.

Gros sendiri dikenal sebagai seorang penggemar Michel Foucault. Meski tidak membawa kisahnya dalam buku ini, namun tetap membawa gagasan pemikiran Foucault terutama dalam mengenai kekuasaan. Hal itu dapat terlihat lewat bab yang memuat kisah Mahatma Gandhi pada bagian akhir dari buku ini. Gros menyiratkan tentang perlunya relasi sosial, interaksi dengan sekitar, agar seseorang dapat mendapat dukungan dari lingkungan. Dan untuk itu, salah satunya dapat diperoleh lewat berjalan kaki.

Pusaran pemikiran Gros tentang manfaat dari berjalan kaki turut disandingkan dengan riwayat para pemikir yang memberinya inspirasi. Sosok pemikir seperti Jean-Jacques Rousseau, Henry David Thoreau, serta Arthur Rimbaud turut hadir untuk ditulis perjalanan hidupnya. Gros menuliskan sisi lain dari hidup mereka, yang dapat hadir ke permukaan dan dikenal lewat karya besarnya, setelah melakukan aktivitas berjalan kaki. Gros membangun narasi bahwa mereka mampu memikirkan segala sesuatu lebih dalam dan bermakna dalam perjalanan dari satu tempat ke tempat. Yang di masa lampau memang masih lazim dilakukan banyak orang.

Filosofi Jalan Kaki memang bukan buku ringan seperti yang saya harapkan saat pertama kali melihat sampul buku ini. Apalagi Frédéric Gros juga berusaha menjejalkan banyak pendekatan lain dari sisi sosial, ekonomi, hingga budaya berjalan kaki dari masa yang berbeda. Di sisi lain, buku ini tidak juga terlalu berat sebagaimana buku filsafat lain yang mengambil bahasan seputar kehidupan secara mendalam. Buku ini cukup menarik untuk dijadikan pembuka bagaimana sebuah pemikiran atau filosofi itu dapat lahir menjadi gagasan utuh untuk diperdebatkan. Dibangun melalui narasi menarik antar bab, sehingga pembaca dapat terus bertahan hingga bab akhir buku. Padahal bahasan tentang berjalan kaki, seperti disebut Gros di bagian akhir buku, begitu terasa monoton dan membosankan.

Di sisi lain, rangkaian pemikiran dari Gros maupun sosok yang hadir dalam buku ini, mendorong saya untuk melihat dalam perspektif lebih luas. Terutama dari kacamata seorang muslim seperti saya. Ada beberapa gagasan dekat dengan tuntuntan syariat Islam. Terutama mengenai berjalan kaki itu sendiri. Seorang muslim mungkin dapat menemukan contoh serupa dari beragam kisah riwayat kenabian. Bahwa berjalan kaki pada situasi dan kondisi tertentu memiliki keutamaan yang besar, semisal pergi dan pulang dari menghadiri salat berjamaah di masjid.

Bagi pelajar di sekolah menengah atas, buku semacam ini dapat menjadi agak berat jika dibaca dan dipahami seorang diri. Mencari teman diskusi dari pihak lain dengan wawasan dan pemikiran lebih luas, akan sangat membantu memahami makna di balik tiap pemikiran yang dituliskan. Sehingga dapat memaknai berjalan kaki dalam beragam perspektif dan bukan sekadar aktivitas gerak badan untuk menari kesegaran semata.

Identitas Buku

Penulis    : Frederic Gros

Penerbit   : Renebook

Ukuran    : 14 x 21 cm

Halaman  : 284 halaman

Cetakan   : Februari 2020

Author

3 thoughts on “Resensi Buku: Filosofi Jalan Kaki

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *