Menuju Kesuksesan yang Berkelanjutan: Membedah Konsep Triple Bottom Line dalam Perusahaan

Siapa pun pasti setuju bahwa satu hal yang sangat penting di dalam bisnis adalah menghasilkan keuntungan. Tetapi, apa yang terjadi jika kita bisa menyeimbangkan antara keuntungan, kepentingan masyarakat dan lingkungan? Atau dengan kata lain mengejar keuntungan sambil melakukan kebaikan dan kebermanfaatan bagi masyarakat dan lingkungan kita.

Perkembangan zaman menuntut perusahaan untuk tidak hanya memperhatikan laba semata, namun juga kondisi sekitar di mana di dalamnya termasuk aspek masyarakat dan lingkungan hidup. Ketiga aspek ini disebut juga sebagai Triple Bottom Line (TBL). Konsep TBL mengimplikasikan bahwa perusahaan harus lebih mengutamakan kepentingan semua pihak yang terlibat dan terkena dampak dari kegiatan yang dilakukan perusahaan daripada kepentingan pemegang saham. Kepentingan ini dapat dirangkum menjadi tiga bagian yaitu kepentingan dari sisi keberlangsungan laba (Profit), sisi keberlangsungan masyarakat (People), dan sisi keberlangsungan lingkungan hidup (Planet) (Felisia, 2014).

Di tengah arus perubahan sosial, lingkungan, dan ekonomi yang terus berkembang, konsep “Triple Bottom Line” (TBL) dalam bisnis telah muncul sebagai pendekatan yang lebih holistik dan berkelanjutan. Triple Bottom Line mengajak kita untuk melihat laporan keuangan bisnis bukan hanya dari sudut pandang keuntungan finansial, tetapi juga dampak sosial dan lingkungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam tentang apa itu Triple Bottom Line dan mengapa semakin banyak bisnis yang mengadopsinya?

Apa Itu Triple Bottom Line?

Konsep Triple Bottom Line atau 3P (Profit, People, Planet) yang dikemukakan oleh John Elkington menjadi terobosan besar dalam dunia CSR. Dalam konsep tersebut jika perusahaan ingin sustain, maka perusahaan perlu memperhatikan 3P, yakni bukan hanya profit yang menjadi tujuan utama, namun juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (People) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (Planet). Kegiatan Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan oleh perusahaan harus memenuhi semua unsur dalam konsep Triple Bottom Line atau 3P (Binar Pilaradiwangsa, 2016). Ketiganya bersama-sama membentuk kerangka kerja yang lebih komprehensif untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Berikut penjelasan lebih lanjut terkait ketiga aspek triple bottom line

1. People (Masyarakat)

Masyarakat menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan dalam Triple Bottom Line. Perusahaan bertanggung jawab memberikan dampak dan manfaat positif bagi kehidupan di masyarakat. Kepedulian perusahaan dapat diwujudkan dengan cara mendukung dan membantu kebutuhan masyarakat. Tentunya dengan hal itu dapat meningkatkan citra baik perusahaan di kalangan masyarakat sekitar maupun khalayak umum.

2. Planet (Lingkungan)

Perusahaan sangat perlu memperhatikan aspek lingkungan, agar masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan tidak merasa dirugikan.  Caranya, perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya alam secukupnya, menggunakan teknologi ramah lingkungan, mengolah kembali limbah dari kegiatan produksi. Jika semua dikelola dengan optimal, maka kenyamanan, kesehatan masyarakat, dan sumber daya alam akan terjaga dengan baik.

3. Profit (Keuntungan)

Orientasi setiap perusahaan tentu untuk meraih keuntungan dalam kegiatan usahanya. Bukan hanya keuntungan saja, tetapi juga dapat menciptakan bisnis yang berkelanjutan.  Perusahaan harus mengelola biaya dengan baik dan se-efisien mungkin. Dengan cara menekan waktu kegiatan produksi, meminimalisir biaya pengeluaran yang tidak perlu, dan membangun kerja sama yang baik dengan stakeholder perusahaan.

Perusahaan Besar yang Menerapkan Triple Bottom Line

1. PT. Pertamina

Perusahaan BUMN terbesar di Indonesia ini bergerak di bidang energi, petrokimia, dan sumber daya alam lainnya. Perusahaan ini memiliki visi “Towards a Better Life”, dengan tujuan program ini tidak hanya membangun relasi bisnis saja, tetapi meningkatkan pembangunan manusia secara nasional.  Program yang dilakukan PT. Pertamina adalah membangun agrowisata bernama Camp Bell 2 Edupark di Desa Tawangsari (Rahmatika et al., 2020). PT. Pertamina memperhatikan kondisi lingkungan yang ada, sehingga perusahaan ini mengusung konsep pengelolaan air terpadu (clean water), kebun buah naga (green energy), peternakan sapi terpadu (green act), biogas (clean energy), dan zero waste.

2. PT. Unilever

Siapa yang tak kenal dengan perusahaan yang bergerak dalam penyediaan barang kebutuhan sehari-hari masyarakat di Indonesia ini? Unilever memiliki YUI (Yayasan Unilever Indonesia), sebagai misi untuk memberikan nilai tambah bagi masyarakat, memberdayakan potensi masyarakat, menyatukan mitra-mitra, dan bergerak sebagai penghubung untuk pembentukan mitra (Michael et al., 2019).  YUI memperhatikan pengelolaan sampah di Indonesia yang belum terkelola dengan baik. YUI juga menciptakan Program Sekolah Sehat dengan menanamkan perilaku hidup sehat bagi siswa sekolah dasar dan menengah.

3. PT. Antam, Tbk.

PT Antam termasuk ke dalam perusahaan BUMN yang bergerak di bidang tambang. Perusahaan ini memiliki visi mengoptimalkan sumber daya dengan mengutamakan keberlanjutan, keselamatan kerja, dan kelestarian lingkungan. PT Antam berfokus pada peningkatan ekonomi masyarakat sekitar yang terdampak dengan cara melatih kemandirian masyarakat. Selain itu perusahaan ini berfokus pada kualitas kesehatan, pendidikan (pemberian beasiswa), dan sosial budaya (bantuan sosial, program kemitraan) yang dilakukan di dalam program pengembangan masyarakat. Dalam pelestarian lingkungan, PT Antam melakukan program seperti proyek reklamasi pasca tambang

Pentingnya Triple Bottom Line dalam Bisnis

Dalam era yang semakin berubah dan kompleks, bisnis tidak lagi hanya tentang mencari keuntungan semata. Konsep Triple Bottom Line (TBL) telah muncul sebagai landasan penting dalam bisnis modern. Konsep TBL memiliki urgensi tersendiri yang akan dijabarkan sebagai berikut!

1. Menaikkan Citra dan Reputasi Perusahaan

Saat ini perusahaan sedang berlomba-lomba untuk menghadirkan program Corporate Social Responsibility yang berlandaskan konsep Triple Bottom Line secara masif dan kreatif. Semakin kreatif dan inovatif dari program yang dirancang akan meningkatkan citra serta reputasi perusahaan. Citra dan reputasi tersebut akan hadir seiring dengan pelaksanaan program-program yang berdampak baik bagi sektor sosial maupun lingkungan.

2. Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Tidak dapat dipungkiri jika tujuan utama dari CSR adalah bertanggung jawab secara sosial kepada masyarakat – terutama masyarakat yang tinggal di dekat lokasi pabrik yang melakukan kegiatan produksi. Substansi dari konsep TBL memiliki pilar yaitu people yang berarti masyarakat. Program yang diformulasikan harus berimplikasi positif terhadap masyarakat sesuai dengan asas society needs.

3. Berpartisipasi Terhadap Kelestarian Lingkungan Hidup

Secara konstitusional, perusahaan wajib untuk melaksanakan program CSR dengan asas Triple Bottom Line sebagai solusi dari kerusakan lingkungan hidup. Dengan program substansial, seperti Bantuan Pelestarian Alam, Bantuan Pengelolaan Lingkungan, dan Green Office dapat menjadi solusi menyelesaikan permasalahan yang berdampak dari kegiatan produksi perusahaan.

4. Loyalitas Stakeholder kepada Perusahaan

Ternyata beberapa stakeholder atau masyarakat yang enggan untuk membeli suatu produk dari perusahaan karena permasalahan sosial dan lingkungannya. Tentu hal tersebut menjadi faktor penting untuk dipahami oleh perusahaan. Dengan mengelaborasikan konsep Triple Bottom Line dalam setiap programnya, maka akan berkesinambungan dengan meningkatkan loyalitas pelanggan kepada perusahaan.

Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari Triple Bottom Line? Nyatanya, bisnis bukan hanya sekadar tentang uang akan tetapi lebih dari itu, ia mencakup tentang manusia dan lingkungan yang menjadi tempat tinggalnya juga. Dalam ringkasannya, Triple Bottom Line bukan hanya tentang mencari keuntungan finansial, tetapi juga menyeimbangkan antara kebermanfaatn masyarakat dan lingkungan hidup. Triple Bottom Line adalah konsep yang menggabungkan keuntungan, dampak sosial, dan dampak lingkungan dalam satu pandangan yang holistik. Triple Bottom Line tentu menjadi landasan untuk pertumbuhan berkelanjutan dan keberlanjutan perusahaan di masa depan. Dengan mempertimbangkan keuntungan, manusia dan lingkungan, bisnis dapat meraih keberhasilan jangka panjang sambil juga berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat dan lingkungan kita. Semoga Bermanfaat.

Editor: Fajrin Dzul Fadhlil

Referensi:

  • Binar Pilaradiwangsa. (2016). Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Sebagai Strategi Bisnis Pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Kantor Wilayah BRI Malang). Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 6(August), 128.
  • Felisia, A. L. (2014). Triple Bottom Line Dan Sustainability. Bina Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar, 18(1), 14–27.
  • Michael, R., Raharjo, S. T., & Resnawaty, R. (2019). Program Csr Yayasan Unilever Indonesia Berdasarkan Teori Triple Bottom Line. Focus : Jurnal Pekerjaan Sosial, 2(1), 23. https://doi.org/10.24198/focus.v2i1.23116
  • Rahmatika, N. W., Winarno, J., & Ihsaniyati, H. (2020). Implementasi Konsep Triple Bottom Line (TBL) dalam Pemberdayaan Masyarakat Lahan Kritis di Camp Bell 2 Edupark Boyolali. Prosiding, 4(1), 314–321.

Author

3 thoughts on “Menuju Kesuksesan yang Berkelanjutan: Membedah Konsep Triple Bottom Line dalam Perusahaan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *