4 Anak Tangga Finansial

Seringkali tema penulisan saya berkutat pada masalah investasi dengan berbagai jenisnya, namun kali ini saya akan membahas secara detail tentang tahapan apa yang sebaiknya dilalui sebelum terjun ke dunia investasi itu sendiri. Karena dunia investasi erat kaitannya dengan yang namanya resiko, maka sebaiknya perlu dipertimbangkan dengan matang apa saja yang harus disiapkan untuk meminimalisir resiko tersebut. Kemudian baru menentukan apa langkah selanjutnya dalam mengarungi dunia finansial itu agar perjalanan kita lebih aman, terarah dan efisien.

Berdasarkan berbagai referensi yang saya temukan, setidaknya ada 4 tahap kehidupan finansial seseorang secara garis besar. Ada versi tahap lain yang lebih banyak, tapi intinya tetap 4 tahap utama saja yang poerlu diketahui. Apa saja 4 anak tangga finansial itu?

1. Sanggup Memenuhi Kebutuhan Hidup Dasar

Tahap pertama ialah kebutuhan dasar. Pada tahap ini biasanya secara nominal masih di bawah UMR, boro-boro bisa menabung, hasil kerja sehari-hari saja hanya pas-pasan untuk hidup sehari-hari. Solusi dari anak tangga pertama ini hanya satu, yakni tingkatkan pendapatan atau gaji. Bisa dengan bisnis sampingan sendiri, pindah kerja di tempat yang lebih menjanjikan, meningkatkan omzet bisnis, dan lain sebagainya.

2. Sanggup Menabung Secara Berkala

Tahap kedua sering dianggap sebagai area abu-abu sebelum lanjut ke tahap ketiga. Kebanyakan orang stuck pada tahap ini. Tahap kedua ini akan banyak berurusan dengan mental, mindset dan pola gaya hidup seseorang. Kondisi di mana secara finansial kebutuhan sehari-hari sudah tercukupi bahkan sering ada sisa uang lebih untuk ditabung. Dikatakan stabil ketika menginjak tahap 2 ini apabila sudah bisa secara rutin menabung sejumlah nominal tertentu dalam periode tertentu (per bulan, per kuartal, dan seterusnya.). Dengan jumlah ideal tabungan minimal adalah 3-6 x pengeluaran bulanan (dana darurat). 

Jika masih bolong-bolong dalam menyisihkan dana tabungan sebaiknya perlu melakukan identifikasi lebih lanjut terkait masalah ini, misalnya dengan menggunakan indikator UMR atau Upah Minimun Regional (spesifik ke kabupaten/ kota). Katakanlah hidup di Kota Bekasi dengan UMR saat ini (2022) Rp4.816.921.- lalu gabungkan total pendapatan kita dalam 1 bulan (termasuk pendapatan di luar pendapatan utama) atau jika pendapatan tidak tentu secara bulanan (biasanya pengusaha) maka dirata-rata saja pendapatan 1 tahun bersih dibagi 12 bulan. Jika misal pendapatan kita masih kurang dari Rp4.816.921.- per bulan maka ada baiknya coba cari peluang tambahan lain, karena UMR memang didesain agar seseorang dapat hidup secara layak berdasarkan standar suatu daerah.

Namun jika pendapatan sudah setara atau lebih dari UMR namun masih belum bisa menabung maka ada kemungkinan salah dalam pengelolaannya, bisa karena faktor internal seperti hedonic treadmill atau faktor eksternal karena termasuk generasi sandwich, misalnya.

Jika memang karena faktor internal, maka ada baiknya mempertimbangkan konsep hidup frugal living atau konsep hidup minimalis (intinya konsep hidup sederhana). Jika terkait faktor eksternal maka mencari side income perlu dipikirkan lebih lanjut. 

Apakah jika penghasilan bulanan kita belum sampai batas UMR maka kita tidak bisa menabung? Tidak juga. Ada banyak faktor yang memengaruhi, maka area antara tahap 1 dan tahap 2 di sini langsung ke perkara “menabung secara berkala”, alih-alih langsung ke tahapan “penghasilan = pengeluaran (impas)”. Karena kebiasaan menabung itu sangat tergantung dengan pribadi seseorang. Jika kita boros, setinggi apapun pendapatan/ gaji kita tetap saja tidak akan bisa menabung walaupun pendapatan sudah di atas UMR. Akan selalu ada alasan untuk spending daripada saving.

3. Berinvestasi

Setelah lolos menginjak anak tangga kedua maka ada baiknya segera belajar dan memulai investasi, baik itu investasi pada human capital (leher keatas) ataupun financial capital, sesuaikan saja mana yang terbaik berdasarkan situasi dan kondisi diri sendiri, salah langkah sedikit bisa kembali ke tahap pertama lagi. Kita dapat mulai belajar berinvestasi, tidak hanya investasi dana tapi juga investasi leher ke atas

4. Kebebasan Finansial

Merdeka secara finansial diartikan sebagai kondisi di mana seseorang sudah tidak mengandalkan pemasukan dari pekerjaan secara aktif. Atau dengan kata lain pemasukan untuk operasional sehari-hari sudah tercukupi dari passive income tanpa harus bekerja lagi.

Terdengar indah bagi kebanyakan orang, namun nyatanya memang fase ini sangat diminati kebanyakan orang. Fase ini paling banyak dimanfaatkan oknum tidak bertanggung jawab dengan memanfaatkan sifat serakah manusia dengan cara jualan mimpi, alih-alih seseorang bisa merdeka secara finansial tapi malah berakhir bangkrut karena terjebak investasi bodong, skema ponzi dan sejenisnya.

Fase ini memerlukan pengetahuan literasi keuangan yang matang. Jika tidak dilakukan, meski sudah mencapai financial freedom-pun, ada kemungkinan itu tidak akan bertahan lama.

Satu yang juga perlu digarisbawahi, merdeka secara finansial jangan diartikan sudah bebas hidup foya-foya, sambil tiduran uang datang sendiri. Tapi dengan merdeka finansial kita lebih leluasa untuk berkontribusi untuk masyarakat. Waktu, pikiran, tenaga dan harta bisa dikembangkan untuk sesuatu yang lebih besar, bermanfaat untuk orang lebih banyak lagi hingga akhirnya bisa mencapai apa yang dikata orang sebagai life freedom yang levelnya lebih tinggi lagi daripada sekedar financial freedom.

Oiyafinancial freedom ini juga berkorelasi dengan gaya hidup seseorang, makin tinggi gaya hidup seseorang makin besar juga pendapatan yang harus didapatkan dari pendapatan pasifnya. Merdeka secara finansial bisa juga diraih dengan hidup sederhana, bukan juga monopoli kaum pengusaha. Banyak juga eks-karyawan yang mencapai merdeka finansial walaupun setelah masuk masa pensiun dengan mengandalkan tabungan dan JHT (Jaminan Hari Tua).

Kunci dari financial freedom bukan dari berapa besar uang yang didapat secara pasif, namun lebih ke seberapa bisa mengendalikan pengeluaran dibandingkan pendapatan secara pasif. Merdeka secara finansial tidak ada hubungannya dengan konsep iming-iming ala MLM semata, hal itu lebih ke penyesuaian gaya hidup dengan pemasukan dari sumber lain yang pasif. Tidak harus punya sistem bisnis autopilot, tidak juga harus pensiunan PNS maupun karyawan perusahaan nasional dan multinasional.

Contoh penerapan financial freedom sederhana biasanya banyak terdapat di desa-desa, cukup hidup sederhana, punya sawah dikontrakkan dengan sistem bagi hasil pemilik dan pengelola sudah terpenuhi kaidah merdeka finansial jika pemasukan pasif lebih besar atau sama dengan pengeluaran rutin dalam periode yang sama.

Demikianlah sedikit pembahasan opini dari penulis tentang tahapan kehidupan finansial yang penulis ketahui. Tahap nomor 3 dan nomor 4 di atas bisa dikatakan tidak wajib, namun jika bisa terpenuhi tentu akan bagus. Siapa yang tidak berminat pada sisa umurnya dapat berkontribusi untuk kebermanfaatan banyak orang, untuk fokus mengerjakan sesuatu yang sesuai passion-nya atau mengerjakan urusan akhiratnya tanpa dipusingkan atau terkekang karena urusan finansial masih belum beres alias “gak kerja ya gak makan”.

Namun sekali lagi tahap nomor 3 dan 4 ini tidak wajib, asal berimbang antara sabar (dengan hidup sederhana), syukur dan qona’ah (menerima apa yang sudah ada) itupun sudah cukup. Tidak ada yang salah dengan kerja pergi pagi pulang petang seumur hidup, jika itu dilandasi dengan niat ibadah, menafkahi keluarga dan berguna bagi umat.

Namun akan sangat disayangkan adalah jika kita hidup hanya mengejar dunia, pergi pagi pulang petang, seminggu 5 hari kerja kadang ditambah lembur, macet dijalan hanya untuk menyambung hidup dari bulan ke bulan tanpa ada nilai ibadahnya sama sekali, tentu hidup seperti itu akan terasa sempit, capek dan membosankan.

 

Referensi:
https://www.cnbcindonesia.com/mymoney/20220912115206-72-371273/daftar-terbaru-umr-2022-tertinggi-dan-terendah-di-jabodetabek diakses pada 17-12-2022

Author

1 thought on “4 Anak Tangga Finansial

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *