Meraih Keutamaan Ramadan
Published Date: 11 April 2022
Ramadan telah datang menghampiri, bulan diwajibkannya puasa, diturunkan Al-Qur’an, dan ditebarkannya ampunan. Pada bulan ini dibuka seluruh pintu jannah, ditutup semua pintu naar, dan dibelenggunya setan-setan. Di dalam bulan ini, ada 10 hari istimewa di penghujungnya. Pun di bulan ini, ada malam mulia yang setara dengan 1000 purnama.
Allah Ta’ala berfiman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah: 185)
Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
“Apabila Ramadan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR. Bukhari no. 1899 dan Muslim no. 1079)
Berbahagialah kaum muslimin yang dapat berjumpa dengan Ramadan, betapa banyak jiwa yang mendamba namun lebih dulu kembali kepada yang Mahakuasa, betapa banyak kalbu yang merindu namun rizki dan ajalnya telah sempurna. Betapa banyak hasrat yang menggebu namun pemutus kelezatan lebih duluan menyapa.
Yakinlah, mereka yang mengharap Ramadan tiba, namun daya tak kuasa merengkuhnya maka Allah telah siapkan yang terbaik baginya. Adapun mereka yang dapat bersua dengan Ramadan, manfaatkanlah kesempatan ini untuk meraih pahala dan ampunan dengan sebaik-baiknya hingga ketika Ramadhan usai dan berlalu tidaklah ia menjadi makhluk sengsara dan celaka.
Berbahagialah wahai jiwa yang lama menanti, ladang kebaikan telah terhampar, siapkan benih terbaik untuk ditebar, tanah dan medianya disiapkan, tak lupa disiangi, disirami juga dirawat dengan sepenuh hati.
Tak layak jika Ramadan mulia engkau sambut dengan shaum satu atau dua hari sebelumnya. Dua hari tersebut adalah hari yang meragukan, haram hukumnya jika shaum pada keduanya. Namun, jika ada yang istiqamah melakukan shaum, lalu ia ingin tak melewatkan satu dua hari itu untuk tetap shaum sunah maka tidaklah mengapa.
Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
لَا تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلَا يَوْمَيْنِ إِلَّا رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا، فَلْيَصُمْهُ
“Janganlah kamu mendahului Ramadan dengan shaum sehari atau dua hari kecuali seseorang yang biasa melakukan shaum, maka hendaklah ia shaum.” (HR. Muslim no. 1082)
Mulailah Ramadan dengan melihat hilalnya, jika mendung menggelayuti hingga tak terlihat maka genapkanlah bilangan Sya’ban 30 hari. Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bahwasanya beliau menyebut Ramadan lalu bersabda,
لَا تَصُومُوا حَتَّى تَرَوُا الْهِلَالَ، وَلَا تُفْطِرُوا حَتَّى تَرَوْهُ، فَإِنْ أُغْمِيَ عَلَيْكُمْ فَاقْدِرُوا لَهُ
“Janganlah kamu berpuasa sehingga melihat hilal, dan janganlah berbuka (berhari raya) sehingga melihatnya, dan jika terhalang oleh mendung maka sempurnakanlah 30 hari.” (HR. Muslim no. 1080)
Dahaganya batin akan pahala yang tak terbilang, ampunan yang diberikan atas tumpukan dosa yang sering dilakukan tentunya bukan yang diancam neraka, kelaziman dan keutamaan shiyam, berlomba dalam tilawah, qira’ah dan tarawih. Allah Ta’ala telah kumpulkan dalam Ramadhan yang mulia.
Di bulan ini, shaum dan shalat malam yang dilakukan laksana seseorang yang sedang menempa keimanannya. Sejauh mana dia meyakini wajibnya puasa, meyakini pahala puasa dan salat malamnya. Dia pun berharap keras dan cepat sekali menuju pahala dengan satu tujuan hanya Allah semata, juga dengan menepis pujian dari sesiapa.
Demikian disebutkan oleh Al Imam Ibnu Bathal rahimahullah, dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
”Barangsiapa melakukan qiyam Ramadan (tarawih) dengan dasar keimanan dan berharap pahala, maka diampuni baginya dosanya yang telah lampau.” (HR. Muslim no. 173)
Tarawih yang dilakukannya bersama imam sama halnya salat sunah semalaman, berusaha istiqamah hingga akhirnya.
Baca juga: Nasihat Diri Menyambut Ramadan
Penentuan di Ujung Ramadan
Sepuluh hari di penghujung Ramadan sangatlah menentukan. Kenapa demikian? Karena di sana terdapat malam mulia (lailatul qadar). Temukanlah dengan ibadah di dalamnya, carilah setiap malamnya terlebih jika ganjil hitungannya.
Bagi mereka yang patuh dengan shaum-nya, dia akan mendapati kebahagiaan dunia saat berbuka sebelum dapati bahagia yang tiada tara. Kebahagiaan memasuki Ar-Rayyan sebagai pintunya kemudian bertemu pemiliknya yang Mahasantun lagi Mahakuasa.
Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
“Setiap (pahala) amal keturunan Adam alaihissalam akan dilipatgandakan, sebuah kebaikan mendapat 10 kali lipat bahkan sampai 700 kali lipat. Allah Azza wa Jalla berfirman, “Kecuali Shaum, sesungguhnya ia bagi-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Dia meninggalkan keinginan shahwatnya dan makannya demi Aku.” Bagi yang shaum itu ada 2 kebahagiaan: ketika dia berbuka dan ketika berjumpa dengan Rabb-Nya.” (HR. Muslim no. 1151)
Ambillah pahala puasa seharian dengan sedekah ifthar bagi sesama. Berbagilah atas rizki yang diterima niscaya Allah mudahkan perkaranya di hari yang Dia sebagai pemiliknya.
Dari Zaid bin Khalid Al Juhany dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“من فطَّر صَائِمًا كُتِبَ لَهُ مِثْلَ أَجْرِهِ لَا ينقص من أجره شيء”
“Barang siapa memberi untuk berbuka bagi yang sedang shaum maka dicatat baginya seperti pahala puasanya dengan tidak mengurangi dari pahalanya sedikit pun.” (HR. Ibnu Hibban no. 3429)
Penuhilah hari-hari di bulan mulia ini dengan lantunan Kalamullah. Paculah jiwa yang malas dengan pahala berlimpah, ingatlah alif laam miim pahalanya bukan 10, akan tetapi sudah terhitung 30 kebaikan. Mereka yang mengeja dengan terbata, pahala yang didapat 2 kali lipatnya. Mereka yang mahir dan lancar, akan bersama Malaikat yang mulia.
Dari Abdullah bin Mas’ud radiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ , فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ , وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا , لَا أَقُولُ: {الم} حَرْفٌ ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ ، وَلَامٌ حَرْفٌ ، وَمِيمٌ حَرْفٌ .
“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu mendapat 10 pahala, aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf melainkan alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi no. 2910)
Di penghujung Ramadan, tunaikanlah zakat fitri sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga seluruh kaum muslim berbahagia di hari raya. Bergembira dengan Idul Fitri melengkapi kebahagiaan yang telah dilakukan selama Ramadhan dengan berbagai keta’atan.
Semoga Ramadan kali ini benar-benar bersemi di hati, pikiran dan amalan kita. Menjalani shaum sepenuh jiwa, mendapati keutamaan juga ampunannya.
Nurhadi Susriyanto, Lc.
[Alumni syariah LIPIA Jakarta.]