Serial Hadis Adab #3: Besarnya Nilai Jasa dan Pengorbanan Orang Tua

Dalam kitab Shahih Al-Adab Al-Mufrad karya Imam Al-Bukhari, terdapat sebuah kisah yang sangat menyentuh hati, tentang bagaimana seorang anak menunjukkan baktinya kepada ibunya. Kisah ini menjadi pelajaran berharga bagi kita tentang makna sejati dari birrul walidain (berbakti kepada orang tua).

Diriwayatkan dari Abu Burdah, bahwa ia melihat Ibnu Umar bersama seorang laki-laki dari Yaman sedang thawaf mengelilingi Ka’bah. Laki-laki itu tampak menggendong ibunya di atas punggungnya sambil berkata:

إِنِّي لَهَا بَعِيْرُهَا الْمُذَلَّلْ أُنْ أَذْعَرَتْ رُكَّابُهَا لَمْ أُذْعَرْ ثُمَّ قَالَ: يَا ابْنَ عُمَرَ! أَتَرَانِي جَزَيْتُهَا؟ قَالَ: لَا، بِزَفْرَةٍ وَاحِدَةٍ، ثُمَّ طَافَ ابْنُ عُمَرَ فَأَتَى الْمَقَامَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ قَالَ: يَا ابْنَ أَبِي مُوسَى! إِنَّ كُلَّ رَكْعَتَيْنِ تُكَفِّرَانِ مَا أَمَامَهُمَا.

“Sesungguhnya aku di hadapannya ibarat unta yang hina. Sekiranya unta itu mengejutkan penunggangnya, maka aku tidak akan mengejutkannya.”

Kemudian ia bertanya kepada Ibnu Umar:

“Wahai Ibnu Umar! Apakah menurutmu aku telah membalas jasa ibuku?”

Ibnu Umar menjawab:

“Tidak, bahkan tidak sebanding dengan satu tarikan napasnya saat melahirkanmu.”

Setelah itu Ibnu Umar melanjutkan thawafnya, lalu mendatangi maqam Ibrahim dan melaksanakan salat dua rakaat. Setelah selesai, ia berkata,

“Wahai Ibnu Abu Musa! Sesungguhnya setiap dua rakaat dapat menghapus dosa-dosa yang telah lalu.”

(Shahih Al-Adab Al-Mufrad, hal. 37)

Subhanallah, sungguh sebuah pelajaran yang luar biasa. Dalam kisah ini, meskipun sang anak telah berkorban tenaga, waktu, bahkan fisiknya dengan menggendong ibunya tawaf di Tanah Suci, itu semua belum cukup untuk membalas satu tarikan napas ibunya saat melahirkan. Ini menunjukkan bahwa jasa seorang ibu tidak dapat diukur dengan materi, tenaga, bahkan seluruh umur hidup anaknya.

Perjuangan seorang ibu sangat besar. Dimulai dari mengandung selama sembilan bulan dengan beban fisik dan emosi yang luar biasa, lalu melahirkan dengan rasa sakit yang tiada banding, menyusui, merawat, mendidik, dan membesarkan dengan penuh kasih sayang. Dari seorang anak yang papa, hingga menjadi dewasa nan mandiri semua dilalui seorang ibu dengan pengorbanan yang mungkin sampai saat ini tak pernah diminta balasannya.

Namun kadangkala, kita sebagai anak merasa sudah cukup hanya dengan memberi materi seperti uang, rumah, atau hadiah-hadiah mahal. Padahal, jika kita melakukan hal itu semua namun tidak bersikap lembut, tidak menjaga lisan, bahkan justru membentak atau menyakiti hati orang tua, maka hal itu bukanlah bentuk bakti yang sebenarnya. Berbakti bukan hanya soal pemberian lahiriah, tapi menyangkut sikap, adab, dan penghormatan secara menyeluruh.

Wahai saudara-saudaraku yang dirahmati Allah SWT, sadarilah bahwa berbakti kepada kedua orang tua, terutama ibu, bukanlah perkara remeh. Ini adalah amalan agung yang menjadi jalan meraih keridaan Allah SWT. Karena itu, berbaktilah kepadanya dalam keadaan senang maupun sulit, saat ia masih hidup maupun setelah ia wafat dengan mendoakan, bersedekah atas namanya, dan menjaga kehormatannya.

Semoga dengan terus berbakti kepada orang tua, kita mendapatkan keridaan mereka, yang menjadi wasilah untuk mendapatkan keridaan Allah SWT, dan dengannya Allah masukkan kita ke dalam surga-Nya yang penuh rahmat.

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *