Bulan Ramadan, Momen Tepat untuk Self Healing

Belakangan ini sering terdengar di telinga kita, kata-kata “healing” atau “self healing”, baik dari kalangan yang tua maupun kawula muda. Tapi apa sih, healing itu?

Healing secara bahasa berarti penyembuhan. Penyembuhan dari apa? Dari luka batin yang terjadi di masa lalu dan membekas dalam waktu yang lama. Contohnya, orang yang pernah disakiti oleh seseorang yang disayangi, sehingga menimbulkan rasa kecewa di hatinya dalam waktu lama. Kekecewaan mendalam di hati tersebut akhirnya dapat membuat seseorang mengalami trauma ataupun stress.

Lalu apa itu self healing? Self healing merupakan metode atau cara yang dilakukan untuk menyembuhkan rasa trauma, yang dilakukan secara mandiri oleh orang yang mengalami trauma. Dalam buku yang berjudul “Self Healing is Knowing Your Own Self” karya Dr. Diana Rahmasari, S.Psi, M.Si, disebutkan tentang macam-macam dari self healing. Ada beberapa macam self healing, di antaranya:

  • Forgiveness, proses individu untuk melepaskan kemarahan, dendam dan rasa sakit akibat orang lain.
  • Gratitude, tahap seseorang agar mampu memiliki sikap yang positif dalam kehidupan.
  • self compassion, memahami kekurangan diri sendiri sehingga dapat menimbulkan rasa empati terhadap kesusahan orang lain.
  • Mindfullness, proses peningkatan kesadaran seseorang yang berfokus pada pengalaman saat ini.
  • Positive self talk, pembicaraan positif secara internal yang berasal dari dan untuk diri sendiri.
  • Expressive writing, menulis untuk menghilangkan emosi yang negatif.
  • Relaksasi, terapi dengan cara berkonsentrasi pada pernafasan sehingga dapat tercipta suasana yang nyaman dan tenang.
  • Manejemen diri, proses individu untuk mencapai penguasaan terhadap keterampilan diri, pengetahuan diri dan sikap yang relevan terhadap kehidupannya.
  • Imagery, suatu metode yang menggunakan imajinasinya untuk menciptakan rasa senang di dalam dirinya.

Berdasarkan beberapa motode atau terapi self healing yang disebutkan di atas, kita dapat menemukan adanya kemiripan terapi tersebut dengan beberapa aktivitas di bulan Ramadan. Terutama dalam perkara ibadah yang memang dapat menjadi proses meraih ketenangan hati. Itulah sebabnya Ramadan dapat kita jadikan momen yang tepat untuk melakukan self healing.

Salah satu sebabnya, pada waktu Ramadan umat muslim memiliki lebih banyak waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla jika dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Dan selayaknya muslim yang beriman, tentu metode self healing paling utama ialah kembali kepada Rabb Yang Maha Pencipta Langit dan Bumi.

Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman,

قَالَ اِنَّمَآ اَشْكُوْا بَثِّيْ وَحُزْنِيْٓ اِلَى اللّٰهِ وَاَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Dia (Ya’qub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.”” (QS. Yusuf: 86)

Dan dalam ayat lain Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

اَمَّنْ يُّجِيْبُ الْمُضْطَرَّ اِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوْۤءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاۤءَ الْاَرْضِۗ ءَاِلٰهٌ مَّعَ اللّٰهِ ۗ  قَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَۗ  

Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat.” (QS. An-Naml: 62)

Baca juga: Resensi Buku: Insecurity is My Middle Name

Niat dan Usaha untuk Self Healing

Di bulan Ramadan waktu untuk beraktivitas seperti sekolah, kuliah, bekerja dan lainnya akan banyak berkurang. Biasanya tempat kita bekerja atau menuntut ilmu memberi pengurangan waktu beraktivitas untuk menyesuaikan keadaan di bulan Ramadan. Terutama di negara mayoritas Islam seperti Indonesia. Sebuah kondisi yang patut kita syukuri. 

Dampak baik dari dikuranginya waktu bekerja atau sekolah, membuat kita dapat lebih menyibukkan diri dengan amal salih dan mencari pahala sebanyak-banyaknya.

Dimulai dengan sebelum subuh melaksanakan sahur, salat wajib lima waktu ditambah salat sunah, puasa dari terbit fajar hingga tenggelamnya matahari. Kemudian malamnya dilanjutkan salat qiyamul lail. Dan pada hari-hari di bulan Ramadan pun, kita dapat lebih sering untuk membaca Al-Qur’an.

Tentu saja kita harus meniatkan setiap amal salih pada bulan Ramadan semata-mata hanya untuk mengharapkan pahala dari Allah. Namun seiring dengan hal itu, kita juga dapat melakukan metode self healing, dengan tujuan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Insyaallah metode tersebut dapat kita lakukan dengan mudah, sambil tetap berharap pahala dari Allah.

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tentu tidak akan mudah bagi kita untuk bisa konsisten dalam menjalankannya, kecuali karena pertolongan dari Allah ‘Azza wa Jalla. Namun jangan lekas pesimis, karena Islam juga mengajarkan kita untuk selalu berusaha dan berdoa. Apalagi bulan Ramadan adalah bulan dikabulkannya do’a. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizalimi.” (HR. Ahmad 2: 305. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadis ini sahih dengan berbagai jalan dan penguatnya)

Tentunya banyak waktu yang bisa kita gunakan untuk berdoa kepada Allah. Seperti saat makan sahur, jeda antara azan dan iqomah, saat berbuka puasa, dan lain sebagainya. Kesempatan emas yang ada di bulan Ramadan ini harusnya juga bisa kita maksimalkan untuk terapi self healing.

Self Healing = Muhasabah Diri

Di sisi lain, dalam perspektif seorang muslim, makna dari self healing sebenarnya serupa dengan muhasabah bagi diri kita sendiri. Dalam Islam sendiri, muhasabah merupakan sesuatu yang diperintahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ 

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)

Muhasabah dapat menjadikan seorang muslim lebih bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan buah manis dari takwa adalah taubat. Dengan bertaubat kita akan lebih merasa sadar diri, bahwa banyak kekurangan dan dosa yang kita lakukan, sehingga kita lebih sedikit untuk memikirkan kesalahan orang lain.

Fokuskan diri untuk memperbaiki diri sendiri, berdzikir, perbanyak istighfar, kurangi bermain gadget dan berselancar di media sosial. Hilangkan rasa ‘kepo’ terhadap orang lain karena itu bisa mengganggu terapi self healing tersebut dan terlebih lagi bisa menggagalkan fokus ibadah kita.

Mari siapkan jiwa dan raga untuk menyambut bulan Ramadan yang penuh dengan ampunan. Semoga kita dapat fokus beribadah semaksimal mungkin di bulan Ramadan kali ini, dengan tujuan memperoleh ridho, pahala dan ampunan dari Allah ‘Azza wa Jalla

Pangestu Wibisono
[Hobi bermain futsal dan jogging, saat ini mengajar Fisika di SMA FG.]

 

Referensi

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *