Cerita Kampus: Bersyukur Kuliah di Universitas Indonesia, Meski Salah Naik Bikun

Halo teman-teman! Pada kesempatan kali ini, penulis akan menceritakan pengalaman sebagai mahasiswa UI (Universitas Indonesia). Dan pastinya kalian sudah tidak asing lagi dengan nama UI, kan? Ya, UI adalah satu-satunya universitas yang menyandang nama negara kita, Indonesia, secara tunggal. Tidak heran apabila kemudian ada tanggung jawab sosial, moral, maupun keilmuan bagi masyarakat UI agar nama negara kita tidak tecoreng oleh tingkah laku yang tidak sesuai dengan karakter bangsa. Setidaknya Itulah yang sering disampaikan oleh dosen kami pada masa awal kuliah, agar para mahasiswanya semangat untuk berprestasi dan menjaga sikap. 

Universitas Indonesia sendiri merupakan salah satu universitas terbaik di negara ini menurut beberapa lembaga penilaian kampus dunia. Dalam Webometrics dan QS World University Ranking 2023, UI menempati posisi pertama sebagai universitas terbaik di Indonesia.

Sejak di sekolah dasar, penulis sudah banyak mendengar banyak hal positif tentang UI, sehingga tumbuh cita-cita untuk dapat berkuliah di dalamnya. Tapi kala itu motivasi penulis hanya sebatas kagum mendengar nama universitasnya saja yang keren. Seiring waktu berjalan baru mulai menemukan berbagai hal lainnya yang semakin mendorong hasrat untuk menjadi mahasiswa UI. Alhamdulillah, penulis berhasil lulus SBMPTN pada tahun 2018 dan diterima masuk ke jurusan Psikologi UI. 

Berbekal pengalaman tersebut, penulis coba berbagi kesan dan apa saja yang dapat kita temukan di universitas yang terletak di wilayah Depok ini. Seperti fasilitas, lingkungan belajar, dan beberapa hal menarik lainnya. So, tanpa banyak berbasa-basi lagi, let’s dive into it right away!

Ragam Fasilitas di Universitas Indonesia

Universitas Indonesia memiliki 14 fakultas yang tersebar di lahan seluas 320 hektar di area kampus Depok. Ya, walaupun lagu Genderang UI menyatakan bahwa Universitas Indonesia ada di ibukota negara, namun kenyataannya sejak tahun 1987 kampus utama sudah tidak berada di Jakarta. Dan hingga kini aktivitas akademik berpusat di kampus Depok. 

Terdapat fasilitas yang lengkap di setiap fakultas seperti kantin, ruang kelas, perpustakaan atau ruang baca, laboratorium komputer, lapangan olahraga, ATM, bank, bahkan minimarket. Tapi, untuk minimarket hanya ada di dua tempat, yaitu Alfamart di Fakultas Psikologi dan Indomaret di Fakultas MIPA. Tapi alih-alih ke minimarket, penulis sarankan agar kalian coba datangi kantin-kantin yang ada di setiap fakultas. Setiap kantin punya ciri khasnya sendiri dengan menu makanan yang variatif. Misalnya, menu populer di kantin Fakultas Psikologi adalah ayam katsu dan soto. Saat jam makan siang, kedua kedai itu sangat ramai dikunjungi oleh mahasiswa atau dosen yang sudah lapar karena seharian berkutat dengan aktivitas akademik. 

Selain menu, setiap kantin juga memiliki namanya sendiri. Contohnya adalah kantin Psikologi yaitu “Sejiwa” atau kantin FMIPA yang dikenal dengan sebutan “Dallas”. Eits, jangan salah ya, Dallas yang dimaksud di sini bukan nama salah satu kota di Texas, tapi merupakan singkatan dari “Dalam Lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala” karena lokasi kantin ini berada tepat di bawah Musala FMIPA. Gimana? Unik, kan? 

Oh iya, walaupun tiap fakultas memiliki fasilitasnya sendiri, UI juga menyediakan fasilitas lain yang tidak kalah kerennya loh! Beberapa di antaranya adalah:

  • Crystal of Knowledge

Crystal of Knowledge atau yang lebih akrab disebut dengan “Perpusat” adalah nama perpustakaan di UI, salah satu perpustakaan terbesar di Asia Tenggara yang memiliki lebih dari 1.500.000 koleksi buku. Gedung Perpusat memiliki 4 lantai yang di dalamnya ada berbagai fasilitas penunjang kegiatan akademik, seperti Ruang Internet atau sering juga disebut sebagai “Kebun Apel” karena komputer yang digunakan semuanya dari merek Apple. Ada juga Ruang Baca dan Ruang Diskusi yang bisa disewa oleh civitas akademik untuk berbagai keperluan belajar; Kubikus (Ruang Belajar Khusus) yang biasanya digunakan oleh mahasiswa pascasarjana selama 1 semester untuk menulis Tesis/Disertasi; dan OPAC (Online Public Access Catalog). 

Selain itu, di lantai dasar perpustakaan juga terdapat beberapa kedai makanan yang bisa kalian kunjungi. Salah satu kedai yang terkenal adalah kedai ice cream Dips yang rasanya super yummy!

Tapi bagaimana nih kalau kalian tidak punya waktu untuk ngubek-ngubek koleksi buku fisik di Perpusat? Jangan khawatir guys, UI juga punya perpustakaan daring yang menyimpan koleksi gak kalah banyaknya dengan perpusatakaan luring. Kita mengaksesnya melalui remote-lib.ui.ac.id dan masuk dengan akun yang sudah dibuat. Melalui layanan online, kita dapat mengakses segudang referensi jurnal internasional dari database Sciencedirect, JSTOR, dan ProQuest secara gratis. Nah, kalau begini alasan klise seperti, “Maaf, saya gak bisa akses referensinya jadi hasilnya gak maksimal,” untuk tugas kalian tidak akan valid, ya! Hehehe

  • Stadion, Gymnasium, dan SOR UI

Bisa dibilang, UI sangat mendukung kesehatan fisik dan mental para civitas akademik. Buktinya, fasilitas olahraga yang diberikan sangat lengkap dan bisa buat kalian semakin termotivasi untuk menjalani hidup sehat. Terdapat 3 fasilitas olahraga yang bisa digunakan untuk berbagai kegiatan seperti lomba olahraga, mata kuliah, atau aktivitas UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Fasilitas outdoor yang bisa digunakan adalah Stadion UI yang memiliki lapangan sepak bola, lintasan atletik, lengkap dengan tribun untuk para penonton. Sedangkan untuk fasilitas indoor terdapat SOR dan gymnasium yang memiliki lapangan tenis, sepak bola, bulu tangkis, basket, dan voli. Tentunya setiap fasilitas tersebut sudah memenuhi standar bangunan internasional sehingga kalian bisa berkegiatan di dalamnya dengan super nyaman.

  • Klinik Satelit Makara

Klinik Satelit Makara adalah fasilitas kesehatan 1 yang ada di UI dan terbuka juga untuk masyarakat umum yang memiliki BPJS. Klinik yang terletak di seberang Fakultas Teknik ini memiliki poli umum, poli gigi, serta layanan konseling baik secara daring maupun luring. Cara agar kalian bisa mendapatkan layanan di klinik ini mudah sekali,  para mahasiswa hanya perlu memiliki Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Sedangkan untuk mendapatkan layanan konseling psikologis, kalian bisa mengakses bit.ly/layanankonselingUI untuk mendaftar. 

  • Pusgiwa

Pusgiwa merupakan singkatan dari Pusat Kegiatan Mahasiswa yang berfungsi sebagai wadah agar para mahasiswa bisa melakukan aktivitas organisasi seperti UKM, BEM, Lembaga Dakwah, dan lain-lain. Gedung Pusgiwa ini tampak keren dan arsitekturnya juga bagus banget, loh. Kalau kalian ke gedung ini, mungkin kalian akan bisa melihat para mahasiswa yang sedang melakukan beragam kegiatan seperti latihan bela diri, rapat, dan sebagainya.

  • MUI

Bukan, MUI ini bukan akronim dari Majelis Ulama Indonesia, ya. Bukan juga Masjid Universitas Indonesia. MUI adalah singkatan dari Masjid Ukhuwah Islamiyah. Lokasi masjid ini berada tepat di samping Fakultas Hukum dan Perpusat. Masjid yang dibangun di atas tanah seluas 28.000 m2 ini memiliki konsep bangunan yang cukup terbuka dan sangat teduh. Fungsi masjid ini jelas untuk salat atau melakukan kegiatan yang dicintai oleh Allah Ta’ala seperti kajian, itikaf, dan mentoring keagamaan. Banyak juga mahasiswa yang mengerjakan tugas di pelatarannya, sambil tetap menjaga adab di masjid. 

Dulu, mungkin ada cukup banyak kegiatan rapat dan diskusi Lembaga Dakwah Kampus yang dilakukan di masjid UI. Namun, sekarang aktivitas yang dikategorikan sebagai kegiatan kemahasiswaan dianjurkan untuk dipusatkan di Pusgiwa sehingga kini Masjid UI difokuskan untuk mengakomodasi kegiatan agama Islam yang bersifat ritus saja. 

  • Bis Kuning

Bis Kuning yang akrab dipanggil Bikun ini adalah transportasi resmi untuk mobilisasi di lingkungan UI. Bentuk Bikun tidak jauh berbeda dengan Transjakarta tapi dengan warna bodi kuning. Bikun ini gratis untuk dinaiki oleh civitas maupun non-civitas UI. Jadi kalian tidak perlu punya uang elektronik ataupun mempersiapkan Kartu Tanda Mahasiswa jika mau menaiki Bikun. 

Bikun memiliki dua jenis bus yang melayani rute yang berbeda. Bikun Biru (di kaca depan ditempelkan semacam kertas origami berwarna biru) melayani rute: Asrama UI – Menwa – Stasiun UI – FPsi – FE – FT – AsramaUI. Sedangkan Bikun Merah (di kaca depan ditempelkan semacam kertas origami berwarna merah) melayani rute: Asrama UI – Menwa – Stasiun UI – FH – Stasiun Pocin (Halte Balairung) – Asrama UI. 

Awalnya mungkin para mahasiswa baru akan bingung ketika membaca rute Bikun. Hal itu pernah dialami penulis saat pertama kali naik Bikun dari Klinik Satelit Makara dengan tujuan ke Stasiun Pondok Cina (niatnya setelah itu mau jalan kaki dari stasiun Pocin ke Margo City). 

Yah, namanya juga maba, boro-boro paham rute Bikun, penampakan dan nama tiap haltenya saja masih belum hafal. Akhirnya, penulis bolak-balik keliling UI tiga kali. Saat pertama kali muter, “Wih, kerennya UI ini, luas sekali.” Dua kali muter, “Kok gak sampai-sampai? Eh, tapi hijaunya UI, jadi seru menikmati pemandangan walaupun nyasar sedikit.” Tiga kali muter, “ampun bang gak kuat!” Sudah sampai terminal (Asrama UI) berkali-kali, kok Halte Stasiun Pocin gak kunjung ketemu, ya? Duh ternyata, nama haltenya bukan Halte Stasiun Pocin tapi Halte Balairung. Akhirnya karena frustrasi, penulis memilih naik ojek online dari Asrama UI ke stasiun. 🙂

Lingkungan Belajar Berkesan di Universitas Indonesia

Banyak orang yang bertanya-tanya, “Enak gak kuliah di UI?”, “Susah gak belajarnya?”, “Lingkungan pertemanannya gimana?”, dan pertanyaan lain yang sejenis. Bagi penulis, kuliah di UI merupakan salah satu berkah terbesar yang diberikan Allah dalam kehidupan. Banyak sekali hal baik yang didapatkan selain fasilitas-fasilitas penunjang belajar yang sempat diceritakan di atas.

Jadi kalau ditanya, “Enak atau tidak kuliah di UI?” Maka akan dijawab, “Alhamdulillah, enak.” Walaupun ada kekurangan dan kelebihannya, penulis tetap bersyukur karena bisa mengambil hikmah dari pengalaman-pengalaman tersebut. 

Mengenai lingkungan belajar di kampus, khususnya di Fakultas Psikologi UI, penulis merasa sangat nyaman. Walaupun ada banyak sekali materi kuliah yang perlu dihafal dan dipahami, beberapa teman dengan baiknya membagikan rangkuman dan catatan kuliah yang mereka tulis untuk umum. Selain itu, BEM juga membuat program peer tutoring atau tutor sebaya. Di program tersebut, para mahasiswa senior yang mendaftarkan diri akan mengajarkan atau membantu me-review berbagai mata kuliah untuk para junior-nya dalam sebuah kelompok belajar. Program tersebut sangat membantu terutama untuk mengahadapi kuis, ujian, dan mempersiapkan diri sebelum mengikuti kelas. Kadang kala kami sudah membahas materi yang akan dipelajari di kelas lebih dulu, sehingga mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dosen saat kelas berlangsung sehingga poin keaktifan kami jadi lebih tinggi.

Selain program khusus dari organisasi di Fakultas Psikologi, secara umum teman-teman yang penulis temui juga sangat baik dan bisa membawa kepada kebaikan entah itu untuk persoalan akademik ataupun sehari-hari. Misalnya, saat mengerjakan tugas kelompok semua orang berusaha yang terbaik untuk berkontribusi. Walaupun ada beberapa teman yang “free rider”, setidaknya mereka masih menunjukkan sedikit usaha, bukan benar-benar mengabaikan tugas kelompok.

Salah satu hal penting yang perlu di-highlight ialah hampir semua mahasiswa dan dosen Fakultas Psikologi UI menunjukkan simpati dan empati kepada sesama. Walaupun kami sering berbeda pendapat, namun semuanya saling menghormati dan berusaha bertoleransi satu-sama lain. Dosen kami pun sering mengingatkan, “Kalau kalian ada masalah, jangan dipendam sendiri. Kalian tuh banyak tempat cerita karena semua dosen kalian adalah psikolog. Atau setidaknya ceritalah ke teman kalian karena mereka semua sudah dilatih untuk memberikan tanggapan yang baik.”

Tentunya lingkungan belajar yang penulis rasakan tidak sepenuhnya berbunga-bunga. Namun secara keseluruhan penulis merasa puas dan sangat bersyukur karena pernah menjadi bagian dari keluarga besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Selain ilmu yang insyaallah bermanfaat, penulis juga mendapat teman-teman yang super baik dan pengertian. Dan bagi kalian yang pernah mendengar desas-desus bahwa lingkungan pertemanan di UI itu kurang sehat, sebaiknya jangan berasumsi dulu sebelum mengalaminya sendiri. 

After all, lingkungan yang baik itu bisa kita pilih, kok. Kenalilah diri kalian terlebih dulu sehingga ketika kalian merasa ada beberapa teman yang tidak cocok, bisa segera memutuskan apakah harus beradaptasi dengan mereka atau mencari lingkungan pertemanan yang baru. Good luck!

Author

2 thoughts on “Cerita Kampus: Bersyukur Kuliah di Universitas Indonesia, Meski Salah Naik Bikun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *