Sarasehan 10 Tahun Jejak Islam untuk Bangsa
Published Date: 10 October 2023
Bertempat di Padepokan Sejarah, Desa Citali, Pamulihan, Sumedang yang juga merupakan kediaman dari sejaran muslim Dr. Tiar Anwar Bahtiar, terselenggara Sarasehan 10 Tahun Jejak Islam untuk Bangsa (JIB). Acara yang mengumpulkan sejarawan muslim dari berbagai latar belakang dan komunitas ini dilaksanakan selama 2 hari, dari tanggal 7 sampai 8 Oktober 2023.
Jejak Islam untuk Bangsa merupakan salah satu situs internet yang bergiat dalam memberikan informasi kesejarahan umat Islam. Didiririkan bersama oleh Beggy Rizkiyansyah dan Rizki Lesus, bermula dari status-status tulisan di media sosial Facebook. Sampailah pada satu kesepakatan untuk membangun situs internet bersama dengan didukung oleh kontributor lainnya. Pada awal kemunculannya, JIB yang mengambil semangat dari Jong Islamitien Bond, salah satu organisasi kepemudaan di masa pergerakan nasional tersebut menghimpun juga tulisan dari para sejarawan muslim yang peduli akan narasi keumatan. Tak kurang nama besar seperti Dr. Tiar Anwar Bahtiar, Dr. Isa Anshori, Dr. Susiyanto, Arif Wibowo, MPI hingga nama lain turut menyumbang tulisan sesuai dengan genre kesejarahannya masing-masing.

Kegiatan Sarasehan 10 Tahun JIB berlangsung dalam situasi yang santai, dimulai dari pembukaan oleh panitia, Fakhri Nurzaman dengan pembawa acara Syaidina Sapta, disusul orasi kesejarahan oleh Dr. Alwi Alatas melalui daring langsung dari tempat beliau mengajar di Malaysia, selanjutnya disampaikan juga orasi oleh Pembina JIB, Dr. Tiar Anwar Bahtiar. Setelah pemaparan orasi yang bisa diikuti oleh peserta umum, acara dilanjutkan dengan ramah-tamah dan perkenalan antar komunitas kesejarahan.
Berbagai latar belakang turut hadir meramaikan, seperti dari Sultanate Institut yang intens melakukan eskavasi arkeologi peninggalan kesultanan Islam dan pernah dipamerkan dalam perhelatan Islamic Book Fair 2023 termasuk juga mencetak beberapa buku seperti Zabaj, Kafur, dan buku teks kesejarahan lain. Dilanjutkan oleh pegiat kesejarahan dan pemikiran seperti komunitas PIMPIN di Bandung, lalu pakar kesejarahan mengenai Walisongo yakni Dr. Isa Anshori, pakar sejarah Jawa yaitu Dr. Susiyanto, Nicko Pandawa dari Jejak Khalifah di Nusantara (JKDN), Pizarro Novelian Tauhidi seorang jurnalis dan penulis buku tentang zionisme, serta para guru sejarah yang fokus menyampaikan narasi kesejarahan umat bagi para siswa. Beberapa pihak dijadwalkan hadir namun berhalangan seperti Hadi Nur Ramadhan dari Pusdok Tamaddun, Artawijaya penulis dari penerbit Pustaka Kautsar, Arif Wibowo dari Laboratorium Dakwah Ki Ageng Hernis, Ismail Al Alam dari Yayasan Bentala Indonesia namun mengirimkan buku-buku cetakannya untuk dibagikan pada para hadirin.
Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan musyawarah mengenai tindak lanjut aktifitas Jejak Islam untuk Bangsa ke depan. Berbagai usulan diajukan seperti gagasan untuk membuat buku teks sejarah yang berfokus pada sejarah-sejarah keumatan, ide untuk menyelenggarakan jelajah sejarah dari tempat-tempat yang memiliki nilai historis bagi kaum muslimin di Indonesia, inspirasi pelaksanaan diklat bagi para guru sejarah di sekolah-sekolah, proyek kolaborasi terhadap benda-benda arkeologis yang memiliki kebermanfaatan bagi umat.
Acara yang berlangsung selama dua hari ini juga dilaksanakan sharing kesejarahan dari masing-masing latar belakang. Mulai dari tantangan, peluang, kolaborasi, hingga diskusi historis tentang hal-hal yang mampu mengajak umat untuk bergairah mempelajari sejarahnya sendiri. Tak ketinggalan, ajakan untuk menggali potensi sejarah lokal yang memiliki korelasi dengan jejak Islam di masing-masing daerah juga terpikirkan untuk ditindaklanjuti. Sebab potensi sejarah lokal khususnya penelusuran naskah, babad, hikayat, dan peninggalan tulisan lain, belum banyak dipublikasikan secara masif, ditambah kurangnya pakar untuk membaca teks-teks tersebut.
Selain itu pula, JIB juga berkeinginan merambah media sosial dalam sosialisasi sejarah keumatan, melalui sarana siniar di YouTube dengan tema berseri, pembuatan meme-meme kesejarahan dengan tujuan positif dan mampu mengarahkan pembaca muda untuk menelusuri informasi lebih jauh lagi tentang tema-tema berkait, tak ketinggalan mengarahkan kembali penulisan-penulisan secara berkala yang bisa saja dicetak menjadi tulisan atau buku seperti yang pernah dilakukan JIB bersama dengan JITU tentang komunisme di Indonesia berjudul Dari Kata Menjadi Senjata.
Ada banyak harapan yang ingin dicapai, dan JIB masih terus hadir hingga waktu-waktu kedepan untuk memberikan narasi historis keummatan agar kaum muslimin di Indonesia tak lupa akan sejarahnya. Di tengah masifnya informasi dan bias pembawaan sejarah di berbagai media, JIB juga ingin eksis dan mengedukasi tentang informasi yang lebih lengkap, bernas, dan dibahas secara sistematis. Partisipasi para penulis-penulis muda tentang sejarah yang punya kecondongan untuk membela umat juga dinantikan, tentunya dengan standar penulisan yang telah ditetapkan.