Katak Lompat dari Tempurung
Published Date: 12 September 2022
Katak yang merdeka sudah pasti tidak betah tinggal di dalam tempurung, baik ia katak ‘activator’ yang suka tergesa-gesa melompat tanpa menimbang akibat, ataukah katak ‘deliberative’ yang serba waspada dan berusaha bijak dalam bertindak.
Katak jenis ‘activator’ akan menciptakan momentum dan menciptakan ‘sense of urgency’, butuh sedikit diskusi dan lebih menyenangi aksi, suka memulai, enggan menunggu dan membuang-buang waktu. Meski agak ceroboh lantaran suka ‘melompat sebelum melihat’, katak jenis ini adalah katak revolusioner.
Sebaliknya katak ‘deliberative’ adalah jenis katak yang suka mengamati dan awas akan potensi risiko. Ia suka mengantisipasi segala kemungkinan masalah yang akan diterima atas setiap tindakannya. Pun halnya dengan manusia, apabila ia memiliki kemampuan ‘deliberative’ yang butuh mendengar dan berpikir sebelum bicara, sangat hati-hati mengambil keputusan lantaran kuatir ancaman. model makhluk seperti ini sering keduluan orang. Rezekinya dipatuk ayam.
Dua jenis katak ini ibarat Sukarno dan Sukarni sebelum proklamasi kemerdekaan RI. Sukarni dan kawan-kawan dari golongan pemuda adalah katak ‘activator.’ Meski gahar dan revolusioner, golongan pemuda tidak memiliki karisma sebagaimana halnya Sukarno dan Hatta, yang dalam hal ini lebih ‘deliberative’.
Revolusi Indonesia kata Ben Anderson tentu saja ‘Revolusi Pemuda’: Revolusi yang digerakkan oleh katak-katak bugar yang baru putus ekornya semenjak lahir sebagai kecebong.
Sudah pasti bahwa angkatan Sukarno, Hatta, Syahrir, Roem, Agus Salim dan Kasman semuanya adalah katak pembelajar yang melompat sampai ke Nederland. Mereka adalah katak-katak sawo matang yang dididik katak-katak bulai.
Baca juga: Ritus Kondangan
Mereka sadar bahwa negeri mereka sedang dieksploitasi. Nasionalisme adalah barang baru buat mereka dan perlu direvisi sesuai warna lokal Hindia Belanda. Nasib bangsa yang mereka dirikan setelahnya sungguh mengharu-biru. Revolusi mendapat makna baru. Rumusan demokrasi yang manjur buat orang Timur jungkir-balik tidak ketemu-ketemu: Demokrasi Liberal, Demokrasi Terpimpin, Demokrasi Pancasila, demokrasi ala reformasi tidak juga membawa kebahagiaan kolektif yang diidam-idamkan.
Pembaratan menjumpai batas-batasnya di Indonesia, seperti kata Denys Lombard dalam bukunya ‘Nusa Jawa Silang Budaya’.
Khusus Sukarno ternyata adalah katak berbakat ‘command’ dalam artian bossy dan agak diktator. Ia juga tipe ‘maximizer’ yang mudah terpikat pada ‘kekuatan-kekuatan’ hingga meramu gado-gado ideologi nasionalis, agama dan komunis (Nasakom). Selain mudah terpikat kekuatan-kekuatan Sukarno juga mudah terpikat keindahan-keindahan, hingga bininya mencapai sembilan orang.
Semua bakat memimpin dan memengaruhi orang lain ada pada diri Sukarno: ‘significance’, ‘self assurance’, ‘communication’ dan ‘winning over others’.
Katak yang merdeka melompat dari tempurung dan terpapar bahaya-bahaya. Katak jenis ini akan menjumpai alam yang sama sekali tidak ramah serta tantangan-tantangan yang membuatnya harus belajar dan menyesuaikan diri.
Sesuai tuntutan abad XXI, katak-katak dituntut untuk kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif. Katak yang merdeka belajar akan lebih lincah dan liat menghadapi perubahan zaman. Katak-katak yang merdeka boleh saja berlompatan di dalam rumah, dalam naungan Mbah Google. Namun jangan lupakan bertemu katak-katak bangkong yang lebih senior.
Katak yang merdeka ini harus hidup dalam ‘positivity’ dunia yang riang, optimis, penuh harapan dan meriah akan kesenangan: yang terbiasa melihat separuh gelas kosong sebagai separuh gelas terisi: yang ramai dengan energi, antusiasme dan kebebasan menikmati drama kehidupan.
Glosari: Katak/ka-tak/ n: binatang amfibi pemakan serangga yang hidup di air tawar atau di daratan, berkulit licin, berwarna hijau atau merah kecokelat-cokelatan, kaki belakang lebih panjang daripada kaki depan, pandai melompat dan berenang.
Referensi:
https://kbbi.web.id/katak
Abah Rama Royani, 2020 (cetakan kelima). Talents Mapping. Depok: Tosca