Menengok Sejarah Biar Tak Lupa Arah

Ketika sedang mengemudikan kendaraan, kita biasanya memfokuskan pandangan ke depan. Kita perhatikan celah mana yang bisa dilalui untuk kemudian berjalan dengan gegas. Tapi tentu dalam sebuah perjalanan yang perlu kita lihat bukan hanya arah depan, bukan hanya arah yang hendak kita tuju. Penting juga untuk melihat ke samping dan tentu saja ke belakang. Itulah alasan kaca spion diciptakan. Sebagaimana dalam berkendara, begitu pulalah prinsip yang semestinya kita pegang dalam menjalani segala segi kehidupan secara umum. Sembari menetapkan langkah untuk berjalan ke depan, menyongsong tujuan hidup, kita juga perlu untuk melihat ke belakang, untuk melihat apa-apa yang telah kita lewati. Apa-apa yang ada di belakang lazim kita sebut sebagai sejarah.

Sejarah dalam pengertian yang luas bukan hanya mencakup peristiwa-peristiwa besar seperti perang melawan penjajah atau suatu revolusi. Perkara-perkara renik semacam perpindahan rumah, masa sekolah, hingga permainan yang kita tekuni semasa kecil juga termasuk sejarah. Semua jenis sejarah itu—yang kecil maupun besar—punya arti tersendiri bagi kehidupan kita. Sejarah melekat pada diri kita. Sejarah tidak bisa kita lepas begitu saja—dan memang tidak semestinya dilepas.

Dalam Surat Al-Hasyr ayat 18 Allah Ta’ala berfirman: “Wahai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya di masa lampau untuk hari esok.”

Secara implisit ayat itu mengajarkan kepada kita untuk memetik pelajaran dari sejarah. Ketika suatu peristiwa terjadi, ketika waktu berlalu, kita diharuskan untuk bersikap aktif. Kita tak boleh hanya diam menyaksikan segala peristiwa sejarah berlalu dan bergumam, “Oh, gitu ya? Ya sudahlah biarkan saja.” Sebab begitu banyak hal bermanfaat yang bisa kita ambil dari sejarah, baik sejarah diri sendiri maupun orang lain, baik sejarah negeri sendiri maupun sejarah dunia secara umum.

Dengan mempelajari sejarah, kita jadi punya bekal lebih untuk menghadapi hari-hari yang akan datang. Itulah kenapa misalnya di daerah yang rawan banjir banyak bangunan-bangunan baru yang bagian depannya sengaja ditinggikan. Sebab dengan itu kita bisa mencegah atau memperkecil potensi petaka di masa depan. Itu pulalah kenapa ada perayaan semacam Idul Adha atau Hari Kemerdekaan. Sebab dengan merayakan momen-momen itu kita bisa mengingat kembali kisah pengorbanan di masa silam yang membuat kita harus mensyukuri apa yang kita miliki hari ini.

Mempelajari sejarah bisa kita lakukan dengan berbagai cara. Kita bisa belajar sejarah lewat membaca buku. Ada banyak buku sejarah yang penting, buku-buku yang membuka mata kita lebih lebar sekaligus dapat membuat kita lebih awas dalam menyikapi fenomena-fenomena kontemporer. Kita juga bisa belajar sejarah dengan mendengarkan cerita para pendahulu. Kita bisa menyimak apa-apa yang dikatakan oleh orang tua, sesepuh, dan guru kita. Sebab ada bagian-bagian sejarah yang tak tertulis dalam teks (karena alasan tertentu) dan hanya bisa kita dapatkan dari penuturan individu. Kita juga bisa belajar sejarah dengan menapaktilasi tempat-tempat tertentu yang menjadi saksi bisu terjadinya suatu peristiwa besar di masa lampau.

Di masa sekarang, akses untuk mempelajari sejarah memang lebih luas. Ada internet, ada ribuan buku, ada ribuan ahli, ada tempat-tempat bersejarah. Akan tetapi, masa sekarang juga memiliki kutukannya sendiri. Bersamaan dengan terbukanya akses untuk mempelajari apa pun, terbuka pula celah-celah di mana hoax dan berita palsu gampang menyebar luas. Oleh karena itu, dalam mempelajari sejarah penting juga bagi kita untuk memelihara kritisisme, untuk tidak terlalu mudah percaya pada apa-apa yang kita lihat atau dengarkan. Kita harus pandai-pandai memilah informasi agar tidak tercebur dalam jurang misinformasi.

Pada akhirnya kita punya banyak tugas terkait dengan sejarah. Kita harus mempelajari sejarah lewat berbagai sumber dan berbarengan dengan itu kita juga harus terus memelihara nalar kritis supaya tidak gampang termakan omong kosong yang dianggap sebagai sejarah. Dengan paduan belajar sejarah dan merawat nalar kritis, barulah kita bisa berharap sejarah akan mendatangkan manfaat bagi kita maupun orang-orang di sekeliling kita, di masa kini maupun di masa akan datang. (*)

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *