Metode Pengobatan Panas Dingin untuk Kesehatan
Published Date: 3 October 2023
Tidak ada manusia di dunia ini yang menginginkan sakit, namun ada kalanya kondisi sakit tidak bisa dihindarkan. Kita dapat mengambil pelajaran dari satu hadis dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Al-Ḥākim,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَعْرَابِيٍّ: «هَلْ أَخَذَتْكَ أُمُّ مِلْدَمٍ قَطُّ؟» قَالَ: وَمَا أُمُّ مِلْدَمٍ؟ قَالَ: «حَرٌّ بَيْنَ الْجِلْدِ وَاللَّحْمِ» . قَالَ: مَا وَجَدْتُ هَذَا قَطُّ قَالَ: «فَهَلْ أَخَذَكَ الصُّدَاعُ قَطُّ؟» قَالَ: وَمَا الصُّدَاعُ؟ قَالَ: «عِرْقٌ يَضْرِبُ عَلَى الْإِنْسَانِ فِي رَأْسِهِ» . قَالَ: مَا وَجَدْتُ هَذَا قَطُّ، فَلَمَّا وَلَّى قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا» المستدرك على الصحيحين للحاكم (1/ 498)
“Dari Abu Hurairah ia berkata: “Ada seorang arab badui menemui Rasulullah ﷺ, maka Rasulullah ﷺ bertanya: ‘Apakah kamu pernah terkena Ummu Mildam?’ Orang badui itu menjawab seraya bertanya: ‘Apa itu Ummu Mildam?” Beliau menjawab: ‘rasa panas yang ada di antara kulit dan daging.’ Orang badui itu berkata: ‘Aku tidak pernah mengalaminya sama sekali.” Beliau bertanya lagi: “Apakah kamu pernah tertimpa Ṣuda?.’ Orang badui itu bertanya: ‘Apa itu Ṣuda?’ Beliau bersabda: ‘Rasa sakit di kepala yang dirasakan oleh manusia.’ Orang badui itu berkata: ‘Aku tidak pernah mengalaminya sama sekali.’ Tatkala Orang badui itu pergi Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Barangsiapa yang ingin melihat seorang dari penghuni neraka, maka lihatlah orang ini.’ (Hadis riwayat Al-Ḥakim).
Dari hadis di atas dapat diambil sebuah pemahaman bahwa sakit merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah Ta’ala kepada hambanya. Seorang muslim tidak sepatutnya berputus asa manakala terkena penyakit karena setiap penyakit ada obatnya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Surat Yunus Ayat 57)
Pada ayat di atas, Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan bahwa setiap penyakit yang telah Ia ciptakan maka ada pula obat yang menyertainya.
Mayoritas Penyakit Berasal dari Perut
Mayoritas penyebab penyakit menurut kedokteran klasik dan modern adalah perut.
Perut adalah sarang dari penyakit. Dari al-Miqdam bin Ma’di karib dimana beliau mendengar bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
الْمِقْدَامَ بن معدي كرب الكندي قال سمعت رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يقول ما مَلأَ بن آدَمَ وِعَاءً شَرًّا من بَطْنٍ حَسْبُ بن آدَمَ أُكُلاَتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فان كان لاَ مَحَالَةَ فَثُلُثُ طَعَامٍ وَثُلُثُ شَرَابٍ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ رواه أحمد والترمذي وصححه الألباني
“Sahabat Al Miqdan bin Ma’dykareb Al Kindi mengisahkan: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Tidaklah seorang anak Adam memenuhi suatu kantung yang lebih buruk dibanding perutnya. Bila tidak ada pilihan, maka cukuplah baginya sepertiga dari perutnya untuk makanan, sepertiga lainnya untuk minuman dan sepertiga lainnya untuk nafasnya”. (Hadis riwayat Ahmad, At Tirmizy, An Nasai dan oleh Al Albani dinyatakan sebagai hadits shahih).
Adapun menurut dokter dari Yunani kuno yaitu Hippocrates atau dikenal dengan nama “Bapak Kedokteran” berkata, “Let food be the medicine and be their food” –“Jadikanlah makananmu sebagai obat, dan obat adalah makananmu”.
Baca juga: Gula, Si Manis yang Membuatmu Cepat Tua
Gapai Kesehatan dengan Konsep Panas Dingin
Dalam bukunya “La Taias, Syifauka Qarib” karya Ustaz Abdurahman Dhani, asupan makanan dan minuman yang masuk ke perut akan sangat mempengaruhi kondisi keseimbangan tubuh. Sebab asupan tersebutlah yang akan mempengaruhi maadiyah (unsur), yang berada dalam tubuh baik dari sisi imtila’iyah (penumpukan) atau mizajiyah (percampuran). Disebutkan juga dari Abu Abdillah al Mazariy dalam Kitab Zadul Ma’ad 4/51 bahwa penyakit imtila’iyah memiliki 4 unsur, yang diantaranya:
- Damawiyah (unsur hawa/udara dan organnya adalah jantung);
- Shofrawiyah (unsur api dan organnya adalah hati);
- Saudawiyah (unsur tanah dan organnya adalah limpa);
- Balghamiyah (unsur air dan organnya adalah otak).
Sedangkan dikatakan sebagian para ahli kedokteran klasik penyakit mizajiyah terangkai dari 4 unsur yang diantaranya panas, dingin, lembab dan kering, dan dari sanalah terjadi percampuran kondisi aktif yaitu panas dan dingin dan kondisi pasif lembab dan kering. Beliau mempopulerkan metode yang terkandung di dalamnya jenis-jenis pengobatan panas dingin dengan cara mengkombinasikan makanan dengan sifat yang berlawanan. Demikian juga ketika mengobati penyakit menggunakan jenis makanan yang merupakan lawan dari sifat penyakit yang di derita. Motode pengobatan ini asing dan baru bagi masyarakat muslim, khususnya di Indonesia.
Sejak dahulu, buku-buku klasik para cendekiawan berbicara tentang pentingnya terapi makanan. Di dalam Huangdi Nei-jing, sebuah buku pengobatan Cina klasik yang terkenal dengan sebutan “Kitab Pengobatan Klasik Kaisar Kuning”, ditemukan pernyataan yang sangat bijaksana, yaitu “penyakit yang tidak bisa disembuhkan dengan obat, bisa disembuhkan hanya dengan makanan”.
Dari uraian gambar 1 dijelaskan bahwa pengobatan dengan konsep kombinasi yang berlawanan, seperti makanan sifat panas dengan dingin dapat mencegah penyakit dan juga sebagai pengobatan. Adapun jika dkombinasikan secara rutin akan berdampak pada keseimbangan tubuh.
Sedangkan jika di lihat dari uraian gambar 2 jika makanan tidak dikombinasikan dengan sifat berlawanan akan menimbulkan penyakit. Seperti contohnya sifat makanan panas yaitu daging kambing bertemu dengan panas akan menyebabkan darah tinggi, demikian pun juga dari sifat makanan dingin yaitu mentimun bertemu dengan dingin akan menyebabkan darah rendah.
Makanan dan minuman yang dihalalkan pun bisa menimbulkan penyakit apabila meng-kombinasikan-nya kurang tepat. Dan hal utama dalam mengobati suatu penyakit adalah dengan pola makan. Oleh karena itu jadikanlah makananmu sebagai obat, dan jadikanlah obat sebagai makananmu. Pada pola adab dan makan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terdapat rahasia hikmah dan kesempurnaan dari semua ajaran-Nya. Termasuk metode panas dingin ini, sebagaimana yang melatar belakangi metode kombinasi berpasangan, diantaranya dari firman Allah subhanahu wa ta’ala,
وَإِذْ قُلْتُمْ يَٰمُوسَىٰ لَن نَّصْبِرَ عَلَىٰ طَعَامٍ وَٰحِدٍ فَٱدْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنۢبِتُ ٱلْأَرْضُ مِنۢ بَقْلِهَا وَقِثَّآئِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا
“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya”. (Surat Al Baqarah ayat 61)
Berikut beberapa contoh kombinasi makanan yang di konsumsi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
1. Susu Laban (yogurt) dan Kurma
Hadis Ismail bin Abi Khalid radhiyallahu’anhu dari bapaknya berkata, “aku datang pada seorang lelaki dan dia dalam keadaan menjadikan susu (laban) sekaligus dengan kurma, dan dia berkata: ‘dekatkanlah, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan kedua-duanya dengan dua yang terbaik”. (Hadis riwayat Imam Ahmad, lihat Fathul bari 9/569)
2. Labu Kuning (Dingin) dan Daging Dendeng (Panas)
Dari Anas radhiyallahu’anhu, “bahwa ada seorang penjahit pernah mengundang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk sebuah perjamuan makanan yang telah dia bikin. Anas berkata, ‘Segera aku berangkat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menuju perjamuan tersebut. Makanan roti gandum dan kuah dari labu dan daging dendeng disuguhkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencari-cari labu dalam mangkuk. Maka dari itu aku pun senantiasa menyukai labu”. (Hadis riwayat Imam Bukhari no. 5439)
Dan masih banyak contoh lainnya kombinasi sifat makanan yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam metode panas dingin dijelaskan semua protein hewani sifatnya adalah panas, kecuali ikan segar dan sapi segar dan tidak dianjurkan mengkombinasikannya dengan protein darat dan protein laut. Sedangkan mayoritas sayur sifatnya adalah dingin.
Kesimpulannya, dapat diyatakan bahwa metode pengobatan panas dingin adalah metode pengobatan yang syar’i dan islami karena tidak bertentangan dengan dalil-dalil Al-Qur`an dan As-Sunnah. Metode ini juga terbukti aman dan efektif sebagaimana dinyatakan oleh para pasien yang sudan menerima manfaat.
Prasetyo Wulandari
[Mahasiswa S1 Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Future Gate]
Referensi:
- Abrurahman Dhani, 2021. La Taias Syifayja Qarib. Cisauk Mengaji Official.
- Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah, Zadul Ma’ad 4/51-52.