Serial Hadis Adab #2: Bakti kepada Ibu, Bakti yang Paling Utama

Dalam agama Islam, berbakti kepada kedua orang tua merupakan kewajiban yang amat ditekankan. Perintah untuk berbakti kepada orang tua merupakan perintah langsung dari Allah dan Rasul-Nya. Hal ini terbukti dengan termaktubnya perintah tersebut dalam ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadis-hadis Nabi ﷺ.

Di antara sekian banyak hadis Nabi ﷺ yang memerintahkan kita untuk berbakti kepada orang tua, terdapat satu hadis yang sangat menyentuh dan memberikan penekanan khusus terhadap kedudukan seorang ibu. Diriwayatkan dari Bahaz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ: “أُمَّكَ” قَالَ: قُلْتُ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: “أُمَّكَ”، قُلْتُ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: “أُمَّكَ”، قُلْتُ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: “أَبَاكَ، ثُمَّ الْأَقْرَبَ فَالْأَقْرَبَ”.

“Wahai Rasulullah, kepada siapa aku harus berbuat baik?” Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Aku bertanya lagi, “Lalu siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Aku bertanya lagi, “Lalu siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Aku bertanya, “Lalu siapa?” Beliau menjawab, “Ayahmu, kemudian kerabat terdekat, lalu yang lebih dekat setelahnya.”

(HR. At-Tirmidzi, no. 1897. Hasan. Lihat juga: Al-Irwā`, no. 829 dan 2232)

Hadis ini menunjukkan kepada kita betapa besar kedudukan seorang ibu dalam Islam. Rasulullah ﷺ mengulang perintah untuk mendahulukan ibu dalam hal berbakti sebanyak tiga kali, kemudian menyebutkan ayah, lalu kerabat yang terdekat. Hal ini memberikan isyarat yang jelas bahwa ibu memiliki hak istimewa atas bakti anak-anaknya.

Bayangkanlah, betapa besar pengorbanan seorang ibu mulai dari mengandung, melahirkan, menyusui, menjaga, merawat, hingga membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Ibu menanggung beban fisik dan emosional yang berat demi anak-anaknya. Tidaklah mengherankan jika Islam menempatkan ibu pada posisi yang sangat mulia.

Imam Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan bahwa pengulangan kata “ibumu” sebanyak tiga kali dalam hadis ini adalah bentuk ta’kīd (penekanan) atas keutamaan ibu dibandingkan yang lainnya. Namun demikian, meskipun ayah disebut setelah ibu, bukan berarti kita boleh mengabaikan hak ayah. Justru itu menunjukkan urutan keutamaan dalam berbakti. Ayah juga memiliki peran yang sangat penting dalam keluarga. Ia bertanggung jawab dalam memberikan nafkah, pendidikan, perlindungan, serta membimbing keluarga dalam berbagai aspek kehidupan.

Kemudian, pada akhir hadis tersebut Rasulullah ﷺ menyebutkan tentang pentingnya berbuat baik kepada kerabat terdekat. Ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai silaturahmi dan kasih sayang.

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.”

(HR. Al-Bukhari no. 6138, Muslim no. 47)

Wahai sahabat-sahabat sekalian, berbuat baik kepada orang tua terutama kepada ibu adalah bentuk ketaatan yang mendatangkan keridaan Allah SWT. Di zaman yang penuh ujian dan fitnah ini, marilah kita kembali merenungi: kepada siapa bakti ini paling layak kita berikan? Mari kita mulai dari ibu kita, lalu ayah kita, dan kemudian kepada kerabat-kerabat terdekat. Seburuk apa pun perlakuan orang tua atau kerabat kepada kita, biarlah itu menjadi urusan mereka di hadapan Allah SWT. Adapun kita, bertanggung jawablah atas amal-amal kita sendiri. Dengan harapan, melalui bakti ini, Allah SWT memberikan rida-Nya kepada kita di dunia dan akhirat.

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *