Bagaimana Islam Melihat Perilaku Bullying?
Published Date: 31 October 2023
Akhir-akhir ini Indonesia diramaikan dengan beredarnya kasus-kasus bullying, baik berupa video ataupun berita media. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam budaya, adat, bahasa, dan suku. Memiliki keanekaragaman yang berlebih ini mempunyai banyak sekali dampak positif, akan tetapi ada juga dampak negatif yang bermunculan, salah satunya adalah bullying. Bullying adalah sebuah kata kerja yang menggambarkan tindakan penindasan, pengucilan, intimidasi, ejekan, dan lain-lain. Terlebih lagi di era digital seperti sekarang, teknologi yang ada saat ini malah digunakan untuk dapat mem-bully seseorang tanpa mengenal waktu dan tempat. Dalam menghadapi fenomena bullying ini perlu bagi kita untuk memahami apa maksud dari istilah bullying tersebut, lalu bagaimana islam memandang perilaku bullying itu dan apa solusi yang ditawarkan. Sehingga kita dapat mengambil sikap yang tepat dalam menanggapi kasus prilaku bullying tersebut.
Apa Itu Bullying?
Bullying secara istilah dapat diartikan sebagai sebuah prilaku agresif yang bermaksud untuk menjahati atau membuat seorang individu merasa kesusahan secara berulang dari waktu kewaktu, atau kekerasan berulang yang dilakukan seorang individu atau lebih kepada orang lain yang lebih lemah dari segi kekuatan atau kekuasaan.[1] Secara umum bullying juga diartikan sebagai prilaku perploncoan, penindasan, pengucilan, pemalakan, dan sebagainya.[2] Fikria Chandrawati mengatakan bullying adalah sikap mengejek, menghina, mengancam, memukul, dan serangan langsung lainnya yang dilakukan satu individu atau lebih kepada individu lainnya, prilaku ini menyebabkan pengaruh jangka pendek atau Panjang pada korbannya.[3]
Dalam sejarahnya kasus bullying sudah dilakukan sejak zaman dahulu kala, sebagai contoh adalah kisah tentang prilaku kekerasan mengancam nyawa yang dilakukan saudara-saudara dari Nabi Yusuf AS. Pada zaman sekarang prilaku bullying bukan hanya dilakukan secara langsung (face to face) akan tetapi bisa dilakukan secara online juga, media sosial merupakan merupakan media online yang bisa dengan mudah diakses oleh semua orang, namun media social dapat digunakan secara positif ataupun negatif. Bullying merupakan salah satu contoh dari prilaku negatif penggunaan media social, cyberbullying merupakan sebutan bagi penggunaan teknologi informasi media sosial sebagai alat untuk kegiatan negatif seperti menggertak, mengancam, atau mengintimidasi orang lain dengan pesan teks, ataupun postingan yang memiliki sifat dari kegiatan negatif tersebut.[4]
Dapat disimpulkan bahwa bullying merupakan prilaku yang bermuatan negatif atau dalam istilah keislamannya adalah berdosa, namun seringkali banyak dari masyarakat yang mengindahkan ataupun menormalkan sebagian atau keseluruhan dari perbuatan bullying, contohnya seperti verbal bullying (mengejek, menghina, dll) sering dianggap sebagai hal yang normal karena masih dalam batas kewajaran, padahal perbuatan verbal bullying ini bisa menjadi sebuah pintu masuk untuk perbuatan bullying yang lebih parah lainnya.
Sebagai sebuah agama yang syamil dan kamil, Islam pun memiliki pandangan terkait dengan perilaku bullying tersebut, dan kita sebagai hamba yang mengimani agama Allah Ta’ala ini, diharuskan untuk merujuk solusi dan pemahaman terkait bullying ini kepada Islam, sehingga tujuan untuk terhindar dari prilaku bullying atau ter-bully dapat kita hindari, serta mendapatkan keberkahan disisi Allah Ta’ala.
Bullying dalam Islam
Islam tidak secara langsung menyebutkan kata bullying dalam Al-Quran ataupun hadis, namun dalam Al-Quran terdapat kata-kata yang secara tidak langsung menunjukkan perbuatan-perbuatan terkait bullying, seperti yaskhar, dan istihdza, dalam maknanya yaskhar berarti merendahkan, dan istihdza dapat diartikan mengejek, mengolok-olok, berlaku sewenang-wenang, atau menyusahkan orang lain. Dalam pengertian lainnya kata istihdza dan yaskhar dapat diartikan menyebutkan kekurangan orang lain dengan maksud merendahkan atau menghina baik menggunakan ucapan, perbuatan, ataupun tingkah laku.[5]
Pada saat ini seluruh dunia sudah melarang perbuatan bullying dan masing-masing negara sudah menetapkan hukuman yang tepat untuk setiap pelakunya, namun jauh sebelum itu terjadi, Islam sudah lebih dulu menetapkan pelarangan terhadap prilaku bullying didalam Q.S. Al-Hujurat; 11:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim.” (Q.S. Al-Hujurat; 11)
Larangan mengolok-olok, menghina, mengejek, dan merendahkan terutama orang yang beriman dijelaskan dalam ayat di atas. Larangan ini tampaknya menunjukkan bahwa mereka yang suka mencari kesalahan dan kekhilafan orang lain akan lupa akan kesalahan mereka sendiri. “Kesombongan itu ialah menolak kebenaran dan memandang rendah manusia,” kata Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Ayat ini dikaitkan dengan tindakan kabilah Bani Tamim ketika mereka mengunjungi Rasulullah dan memperolok-olok beberapa sahabat yang miskin dan fakir seperti ‘Ammar, Suhaib, Bilal, Khabbah, Salman al-Farisi, dan lainnya karena pakaian mereka yang sederhana.[6]
Dalam pergaulan hidup, ayat ini akan menjadi peringatan dan nasihat sopan kepada orang-orang yang beriman. Di awal ayat, orang-orang yang beriman juga diseru, “Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain.” Hal-hal seperti itu tidak boleh terjadi di kalangan orang beriman. “Mungkin mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang diolok-olok).” Ini adalah peringatan yang halus dan tepat jika seseorang menganggap dirinya sebagai orang yang beriman, mereka tidak boleh mengolok-olok, mengejek, atau menghina orang lain. Karena orang yang beriman selalu melihat kekurangan dirinya, mereka akan fokus pada kekurangan pribadi masing-masing. Sebaliknya, orang yang tidak beriman lebih banyak fokus melihat kekurangan orang lain dan mengabaikan kekurangan mereka sendiri. Ayat ini juga menyatakan bahwa bukan hanya laki-laki yang dilarang berperilaku buruk, tetapi juga wanita. Kita semua harus berperilaku dengan rendah hati, merendahkan diri, dan mengakui kekurangan kita.[7]
Solusi Anti-Bullying dalam Islam
Pada umumnya perilaku bullying melibatkan dua individu,pelaku dan korban. Dalam islam terdapat peringatan dari ayat-ayat yang memperingatkan kita agar menjauh dari prilaku bullying; Pertama, dengan cara meningkatkan taqwa kita kepada Allah Ta’ala, mengapa takwa menjadi sebuah pedoman pertama bagi kita agar terhindar dari perilaku bullying? Bullying merupakan sebuah prilaku dzalim yang tentu saja sumbernya adalah bisikan-bisikan setan, sedangkan bisikan setan tidak dapat kita hindari kecuali dengan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Ta’ala, sehingga peningkatan takwa kita akan menjadi benteng utama yang menjaga diri kita dari perilaku bullying kepada orang lain.
Hal ini selaras dengan apa yang disebutkan didalam surat Al-A’raf ayat 7, dalam surat ini disebutkan bahwa tugas utama setan adalah untuk memalingkan manusia dari sumber kebenaran, ia membisikkan bisikan negatif kepada manusia sehingga manusia tergoda untuk melakukan perbuatan negatif, oleh karenanya penting bagi kita agar terus menerus meningkatkan takwa kita kepada Allah Ta’ala hingga bisikan-bisikan setan tidak lagi dapat menghasut kita melakukan perbuatan negatif.
Kedua, mengatakan perkataan yang baik, berbicara dengan perkataan yang baik merupakan salah satu bentuk dari ketaqwaan kita kepada Allah Ta’ala. Perintah untuk mengatakan perkataan yang baik terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 263, dalam ayat ini diperintahkan kita untuk mengatakan perkataan yang baik, termasuk didalamnya menggunakan perkataan yang baik kepada orang lain ketika dalam kondisi berdiskusi dengan orang lain.
Ketiga, memanggil orang lain dengan panggilan yang baik, dalam surat Yusuf ayat 5 disebutkan bahwa menggunakan panggilan yang baik itu sejatinya sudah dicontohkan sejak zaman dulu kala, dan diperintahkan kepada kita untuk memanggil orang lain dengan panggilan yang baik, dan dilarang untuk menggunakan panggilan yang buruk kepada orang lain.
Bagaimana orang orang yang mereka menjadi korban bullying? Dalam Al-Quran surat Al-Muzammil ayat 10 diperintahkan bagi kita untuk bersabar, karena dalam kesabaran itu terdapat pertolongan. Kita diperintahkan untuk melawan atau menjaga diri jika perbuatan bullying ini mengancam nyawa, maka wajib hukumnya bagi kita untuk melawan balik sebagai bentuk menjaga diri.
Wallahu a’lamu bishowab
Editor: Dimas Ronggo
Referensi:
- Levianti, “Konformitas Dan Bullying Pada Siswa,” Jurnal Psikologi 6, no. 1 (2008): 3.
- Fitria Chakrawati, Bullying Siapa Takut (Solo: Tiga Ananda, 2015), 11.
- Fitria Rahmi Auli, “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Bullying,” Idea Noursing journal VII, no. 3 (n.d.): 9.
- Donna Cross dan Jenny Walker Sheri Bauman, Principles of Cyberbullying (New York: Taylo ang Francis Group, 2013), 23.
- M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 606.
- Tim Penyusun, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, 11th ed. (Jakarta: Departemen Agama RI, n.d.), 409.
- Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Gema Insani, 2015), 425.