Adab Sebelum Ilmu: Pembiasaan Akhlak yang Baik pada Anak Sedini Mungkin

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menurunkan sebuah tulisan yang berdasarkan pada pengamatan dan juga pengalaman  terhadap anak-anak yang sering kali penulis jumpai baik dalam keseharian atau pada saat-saat tertentu. Penulis juga merupakan pekerja paruh waktu (part timer) pada sebuah lembaga platform digital yang berbasis parenting dan psikologi anak.

Ada beberapa kasus umum yang sering dijumpai terkait attitude (sikap) anak saat berinteraksi dengan lingkungan sekitar atau saat terjadinya hubungan antar-individu. Salah satu yang menjadi perhatian, yaitu adanya sikap anak-anak yang terkesan tidak terarah baik saat di dalam rumah maupun di luar rumah. Kondisi ini diperparah manakala orang tua seolah melakukan “pembiaran” dalam artian tidak mengatur anak-anaknya dengan baik atau tidak melarang di saat mereka membuat kesalahan.

Beberapa contoh yang menunjukkan anak-anak tidak dibiasakan memiliki attitude yang baik, antara lain (Kartikowati & Zubaedi, 2020):

  1. Anak-anak tetap dibiarkan memakai alas kaki ketika memasuki rumah saat bertamu,
  2. Tidak menegur anak-anak ketika mereka membuat kegaduhan dan kerusakan saat diajak bertamu sehingga menimbulkan kejengkelan tuan rumah,
  3. Anak-anak dibiarkan menyela antrean dengan tidak teratur,
  4. Anak-anak tidak dapat duduk dengan tenang dan terbiasa menendang-nendang atau mengentak-entakkan kakinya ke kursi yang ada di depannya,
  5. Anak-anak tidak terbiasa bertanya dan meminta izin terlebih dahulu sebelum mengambil sesuatu dari seseorang, dan beberapa perilaku lainnya.

Saya sendiri memiliki pengalaman pada kejadian tidak mengenakkan tersebut ketika berlangsungnya sebuah acara perkumpulan warga. Seorang anak -entah tanpa sengaja atau tidak- dengan isengnya menumpahkan air minum ke dalam piring makanan yang sedang saya makan. Bukannya meminta maaf atas sikap anaknya, sang ibu malah menyuruh saya untuk bersabar dengan mengatakan, “tidak apa-apa kak, anggap saja seperti makan sop ya?“. Boro-boro memaklumi, yang ada saya melongo dengan jengkelnya.

Apa yang dilakukan anak-anak pada dasarnya umum terjadi. Pada beberapa kasus mungkin kita masih bisa mentolerir mereka dengan berkata, “Namanya juga anak-anak.” Namun, menjadi tidak lazim jika orang tua yang mendampingi anak-anak tersebut diam saja tanpa menegurnya. Memang kita tidak boleh melabeli anak dengan sebutan “nakal” atau sebutan buruk lainnya tetapi sangat penting bagi para orang tua untuk mengajari anak-anaknya tata krama dan akhlak yang baik.

Orang tua pasti juga menginginkan anaknya memiliki tata krama atau akhlak yang baik. Dari tata krama yang baik, terciptalah akhlak dan karakter anak yang baik juga. Untuk menumbuhkan tata krama yang baik pada anak, orang tua harus ikut andil di dalamnya karena orang tua merupakan panutan yang pertama anak lihat dan dengarkan. Sehingga anak akan mendengarkan dan mengikuti apa yang dilakukan orang tua. Mengajarkan tata krama pada anak mulailah sedini mungkin, karena di umur anak yang masih dini, anak lebih mudah diajarkan, menangkap dan mudah mengikuti apa yang dia lihat. Sebagai panutan anak sebaiknya berikan contoh yang baik dan menjelaskan bahwa tata krama itu penting dan harus ditanamkan di dalam diri si anak. Supaya apa yang diajarkan dapat tertanam kan di dalam dirinya.

Bahkan agama Islam sejak dulu sudah sedemikian sempurnanya mengatur kehidupan manusia bahkan masalah adab menjadi perhatian yang utama. Karena agama Islam pun sangat concern pada masalah adab dan akhlak yang harus diajarkan pada anak-anak sejak dini (Akhyar & Sutrawati, 2021). Adab secara bahasa artinya menerapkan akhlak mulia. Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar menyebutkan (Purnama, 2023):

وَالْأَدَبُ اسْتِعْمَالُ مَا يُحْمَدُ قَوْلًا وَفِعْلًا وَعَبَّرَ بَعْضُهُمْ عَنْهُ بِأَنَّهُ الْأَخْذُ بِمَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ

Al adab artinya menerapkan segala yang dipuji oleh orang, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Sebagian ulama juga mendefinisikan, adab adalah menerapkan akhlak-akhlak yang mulia.” (Fathul Bari 10/400)

Terkait masalah pendidikan anak, mereka terlebih dahulu harus diajarkan adab sebelum mereka diajarkan ilmu. Sejatinya, akhlak dan tingkah laku yang baik merupakan buah dari iman yang mantap dan pertumbuhan agama yang benar. Tatkala anak diarahkan berdasarkan iman dan dididik untuk mencintai Allah, takut kepada-Nya, dan merasakan pengawasan-Nya, tentu anak akan terbiasa pada akhlak yang utama lagi mulia.

Pembinaan sektor agama pada diri anak merupakan faktor terpenting yang bisa membantu keberhasilan pendidikan anak berdasarkan akhlak Islam yang terpuji. Dalam hal ini orang tua memiliki peranan dan tanggung jawab yang besar. Namun, selain menjadi teladan yang baik, semuanya juga harus dilandaskan pada sunah-sunah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.

Di negara-negara maju non-muslim saat ini, pendidikan adab pada anak-anak menjadi perhatian utama di sekolah-sekolah karena mereka melihat urgensi masalah ini. Mereka mulai menyadari kecerdasan seseorang tidak akan ada harganya apabila tidak mempunyai adab (etika). Ilmu akan menjadi berbahaya bagi dirinya dan orang lain apabila tidak dihiasi dan dibarengi dengan akhlak yang baik (Saputra, 2013).

Baca juga: Rambu-rambu Komunikasi Sosial dalam Surat Al Hujurat

Jika di negara-negara non muslim saja mereka mulai menerapkan pendidikan adab dan tata krama bagi murid-muridnya, apalagi kita sebagai umat Islam yang sudah diajarkan “kisi-kisinya” sejak 1400 tahun silam. Lalu bagaimana mengajarkan tata krama dan sopan santun kepada anak? Simak beberapa tips di bawah ini, ya!

1. Mengucapkan salam ketika bertemu dengan orang tua, saudara ataupun teman

Menyapa atau memberi salam ketika bertemu orang yang dikenal merupakan tata krama yang berlaku di lingkungan masyarakat. Selain menyapa, menghormati orang tua dan orang yang lebih tua lainnya juga harus diajarkan pada anak.

2. Mengucapkan tolong dan terima kasih ketika meminta bantuan kepada orang lain

Mengucapkan terima kasih juga sama seperti mengucapkan tolong, terkadang anak-anak masih sama-sama bingung dan tidak tahu bagaimana untuk mengatakannya. Maka dari itu, mengajarkan anak untuk selalu mengatakan tolong dan terima kasih kepada setiap orang yang menolongnya. Hal itu dilakukan untuk membiasakan diri anak untuk selalu mengucapkan tolong dan terima kasih.

3. Mendengarkan dan tidak menyela orang lain yang sedang berbicara

Ada juga tata krama ketika ingin berbicara yaitu, tidak menyela pembicaraan orang lain. Ajarkan pada anak untuk selalu mendengarkan dan menunggu orang yang berbicara sampai dia benar-benar berhenti, jika sudah barulah berkesempatan untuk berbicara. Hal itu diajarkan supaya anak mengerti bagaimana menghargai orang yang sedang berbicara.

4. Mengetuk pintu sebelum masuk ke suatu ruangan

Adab ini sangat penting ketika sedang bertamu. Sebagai tamu tidak sepantasnya untuk masuk ke rumah orang lain tanpa mengetuk dan meminta izin sebelumnya. Contohkan kepada anak mengetuk pintu sebelum masuk ke sebuah ruangan agar anak dapat menerapkannya kemudian

5. Menutup mulut saat bersin, batuk, dan menguap

Bersin dan menguap adalah reaksi tubuh yang terbilang ringan. Reaksi ini terkadang datang secara tiba-tiba dan berlangsung dalam waktu singkat. Ternyata dalam Islam, bersin dan menguap dibahas sebagai hal yang penting. Diriwayatkan dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bersin dan membenci orang yang menguap. Jika salah seorang dari kalian bersin dan mengucapkan ‘Alhamdulillah’ maka bagi muslim yang mendengarnya patut membaca ‘yarhamukallah’ (semoga Allah merahmatimu). Adapun menguap, ia termasuk perbuatan setan. Jika salah seorang dari kalian menguap, hendaknya ia menutup mulutnya sebisa mungkin. Karena jika salah seorang dari kalian menguap, setan akan menertawakannya.” (HR. Bukhari)

Maka dari itu, sebagai orang tua kita wajib mengajari anak-anak untuk menutup mulutnya ketika sedang bersin, batuk maupun menguap sedini mungkin.

6. Bertanya dan meminta izin sebelum mengambil sesuatu dari seseorang

Ajarkan untuk selalu meminta izin sebelum meminjam atau meminta sesuatu yang bukan miliknya. Agar anak ter-mindset untuk tidak mengambil sesuatu yang bukan miliknya tanpa seizin pemiliknya. Beritahu bahwa mengambil sesuatu punya orang lain itu tidak sopan dan tidak baik untuk dilakukan.

7. Berani mengakui kesalahan dengan meminta maaf kepada orang lain

Meminta maaf juga menjadi sebuah kata yang sangat berat sekali diucapkan, entah itu karena bingung atau gengsi. Padahal mengatakan maaf bukanlah sebuah kata yang membuat kita lemah, tetapi maaf itu yang membuat kita terlihat dewasa dan berhati peduli akan perasaan orang lain. Maka ajarkan pada anak untuk selalu meminta maaf saat melakukan kesalahan.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga Allah senantiasa menghiasi diri kita dengan akhlak yang baik dan kelak kita diberi kemampuan untuk dapat mendidik anak keturunan kita dengan akhlak yang baik pula, Aamiin Yaa Mujibassailiin.

Editor: Riski Francisko

Referensi:

  • Akhyar, Y., & Sutrawati, E. (2021). Implementasi Metode Pembiasaan dalam Membentuk Karakter Religius Anak. Al-Mutharahah: Jurnal Penelitian Dan Kajian Sosial Keagamaan , 18(2), 132–146. https://doi.org/10.46781/al-mutharahah.v18i2.363
  • Kartikowati, E., & Zubaedi, D. (2020). POLA PEMBELAJARAN 9 PILAR KARAKTER PADA ANAK USIA DINI DAN DIMENSI-DIMENSINYA. Prenadamedia Group.
  • Purnama, Y. (2023). 60 Adab Dalam Menuntut Ilmu. Muslim.or.Id.
  • Saputra, T. (2013). PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA 6 – 12 TAHUN. Jurnal Pendidikan Islam, Vol 2, No. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30868/ei.v2i03.28

Author

1 thought on “Adab Sebelum Ilmu: Pembiasaan Akhlak yang Baik pada Anak Sedini Mungkin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *