Disiplin Adalah Kebebasan, Ketika Konsekuensi Jangka Panjang Menjadi Tujuan Utama
Published Date: 26 August 2023
Pada salah satu cuplikan video yang viral di media sosial, seorang atlet mengungkapkan bahwa ia meraih kebebasan. ketika ia ditanya terkait bagaimana caranya meraih kebebasan, sang atlet menjawab dengan sangat sederhana bahwa dengan disiplinlah dirinya dapat meraih kebebasan. Boleh jadi benar yang dikatakan atlet tersebut, sebab dengan disiplin mengatur waktu, porsi latihan, hingga makanan yang dikonsumsi selama ini, maka konsekuensinya dirinya mendapatkan badan yang sehat dan ideal. Dengan aset badan tersebutlah, sang atlet kemudian dapat berkompetisi secara konsisten, dan kemungkinan besar berkesempatan mendapatkan hadiah dan juga penghasilan. Disiplin, yang terlihat seperti sebuah kekangan dalam hidup, pada nyatanya justru membawa kebaikan pada sang atlet itu., atau setidaknya itulah yang terbayang.
Disiplin dan kebebasan memang berada pada spektrum yang berbeda. Keduanya tampak berjauhan berada pada bandul yang berbeda, sulit membayangkan adanya kebebasan dalam sebuah disiplin. Sebab sebagai manusia, pada dasarnya kita menghendaki kebebasan dalam segala macam hal di dunia ini. Kita ingin bebas makan, tidur, bermain, atau bepergian ke berbagai tempat tanpa perlu memikirkan ini-itu lebih jauh. Manusia menginginkan kebebasan tanpa perlu ada konsekuensi yang mengikutinya. Kita dapat bebas melewati lampu merah tanpa takut ditilang polisi. Kita bebas tidak bekerja tanpa perlu konsekuensi dipecat dari tempat kerja. Pun kita menginginkan kebebasan bertindak di dunia tanpa memikirkan akan ada konsekuensi di akhirat kelak. Kebebasan tidaklah dekat dengan disiplin. Sebab disiplin mengekang kebebasan.
Apabila kita melihat pada konsekuensi jangka pendek, memang itulah yang dapat dirasakan. Namun apabila kita coba memikirkan lebih dalam pernyataan sang atlet, maka pandangan jangka panjanglah yang membuatnya punya pola pikir demikian. Sebab meski berada pada spektrum berbeda, sebenarnya dua konsep tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. Terutama ketika kita memiliki sebuah road map dalam menjalani hidup, dimana hal tersebut biasanya memiliki tahapan-tahapan dan proses pelaksanaan yang perlu dijalani secara konsisten. Tentunya untuk meraih apa yang kita inginkan maka perlu melakukannya secara berkesinambungan. Dan hal itu tidak dapat diraih tanpa adanya disiplin dari kita yang menjalani. Ya, disiplin untuk dapat meraih goal yang telah kita tetapkan.
Konsekuensi Panjang dalam Disiplin
Salah satu penulis yang menjadikan “disiplin adalah kebebasan” sebagai tema utama karyanya ialah Jocko Willink, melalui buku berjudul “Discipline Equals Freedom: Field Manual”. Dia adalah mantan Angkatan Laut Amerika Serikat selama 20 tahun yang telah memimpin beragam operasi militer, salah satunya di Irak. Willink dikenal sebagai pemimpin yang memiliki beragam gelar dalam militer. Dalam wawancara bersama Dan Schwabel dari Forbes, Willink menjelaskan tentang hubungan disiplin dan kebebasan. “Ketika disiplin dan kebebasan tampak berada pada spektrum berbeda, sebenarnya mereka terhubung. Kebebasan adalah hal yang diinginkan semua orang, untuk dapat bertidak dan hidup dengan bebas. Namun satu-satunya cara untuk mencapai kebebasan adalah melalui disiplin,” ujar Willink.
Willink juga memberi contoh dalam kehidupan. Ketika manusia menginginkan kebebasan finansial, maka mereka harus disiplin secara finansial. Jika ingin lebih banyak waktu luang, maka mereka pun harus lebih disiplin dalam menjalankan manajemen waktu yang baik. Tidak ketinggalan untuk berdisiplin dalam mengatakan “tidak” pada hal-hal yang menghabiskan waktu tanpa ada timbal baliknya. Hal-hal seperti menonton Youtube, meng-klik tautan di internet, bahkan acara yang hendak dihadiri.
“Disiplin sama dengan kebebasan berlaku pada setiap aspek kehidupan: jika kamu mau lebih banyak kebebasan, maka perbanyaklah disiplin,” tegas Willink.
Dari penjelasan Willink setidaknya kita dapat memahami bahwa kaitan disiplin dan kebebasan terkait dengan konsekuensi jangka panjang. Konsekuensi tersebut didapat setelah pelaku disiplin melewati proses panjang untuk meraih tujuannya. Entah dalam ranah finansial, kesehatan, maupun pendidikan. Hal semacam itu membutuhkan kesabaran yang tinggi dalam menjalaninya. Dan semakin tinggi kebebasan yang diinginkan maka semakin banyak juga kesabaran yang dibutuhkan dalam menjalani proses tersebut. Disiplin juga identik dengan komitmen dan konsistensi para pelakunya. Para atlet dan tentara dikenal sebagai orang-orang yang hidup dalam kedisiplinan tinggi. Mereka harus selalu ada dalam sistem yang terkadang mereka buat sendiri agar dapat meraih hasil optimal dari usahanya. Dan ketika hasil akhir telah dicapai, mereka pun tetap perlu kedisiplinan agar dapat mempertahankan pencapaian tersebut dalam waktu selama mungkin.
Disiplin dalam Diri Muslim
Kemampuan untuk disiplin memang lazim ditemukan pada orang yang hidup dengan profesi tertentu. Meraih hasil terbaik dan mempertahankannya sering jadi motivasi utama mereka sehingga mereka dapat menjalani pola hidup penuh kedisiplinan. Namun di luar profesi dunia, sebenarnya seorang muslim pun dituntut memiliki kemampuan menjalani hidup dengan berdisiplin. Tanpa disadari ataupun tidak, segala perintah ibadah yang diturunkan oleh Allah Subhannahu wa Ta’ala melalui Nabi Shalallahu alaihi wa sallam kepada umatnya, sejatinya dapat membentuk seorang muslim menjadi pribadi yang penuh disiplin. Coba lihatlah kaum muslimin yang menjalankan salat 5 waktu dengan tertib di awal waktu. Setiap harinya mereka harus bangun di pagi buta, saat kebanyakan orang masih tertidur untuk melaksanakan salat subuh, kemudian dilanjutkan dengan zikir, dan selanjutnya melaksanakan salat wajib lainnya sesuai waktu yang ditentukan. Satu kewajiban salat saja, jika dijalankan dengan baik dan benar, perlahan-lahan pasti mengubah pribadi muslim untuk hidup disiplin. Ada pula perintah puasa wajib dalam satu tahun sekali di bulan Ramadan. Pada momen tersebut seorang muslim harus disiplin dan secara sabar menahan dirinya dari segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Disadari atau tidak, pasti akan ada perubahan di akhir bulan Ramadan dalam diri seorang muslim yang menjalani puasanya dengan baik sesuai syariat.
Pelaksanaan disiplin dalam diri seorang muslim memang tidak selalui berkonsekuensi langsung di kehidupan dunia. Sebab keyakinan seorang muslim yang sesuai dengan syariat Islam, memahami bahwa masih adanya kehidupan lain di akhirat nanti. Kehidupan kedua yang hasilnya merupakan konsekuensi dari pencapaian muslim selama di dunia. Yang demikian tentu selaras dengan konsep kedisiplinan adalah kebebasan. Dimana salah satu poin untuk mencapai kebebasan tersebut ialah memahami bahwa kedisiplinan yang ada membutuhkan proses panjang dan konsisten agar dapat meraih kebebasan yang hakiki. Seorang muslim wajib memahami bahwa kebebasan yang diinginkan baru dapat dicapai di akhirat nanti. Itu pun jika muslim tersebut sudah masuk ke dalam surganya Allah kelak.
Terait konsistensi dalam perkara disiplin pun sudah diterangkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya.”
(HR. Muslim No.783)
Menurut Al Imam An-Nawawi, amalan yang sedikit namun rutin itu lebih baik dikarenakan hal itu dapat mencerminkan amalan keataan, zikir, pendekatan diri kepada Allah, niat dan keikhlasan dalam beramal bagi seorang muslim, juga membuat amalan tersebut lebih mudah diterima. An-Nawawi berujar dalam Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 3/133, Mawqi’ Al Islam, Asy Syamilah, “Amalan sedikit yang rutin dilakukan akan memberikan ganjaran yang besar dan berlipat dibandingkan dengan amalan yang sedikit namun sesekali saja dilakukan.”
Referensi:
- https://muslim.or.id/3009-amalan-lebih-baik-kontinu-walaupun-sedikit.html
- https://www.forbes.com/sites/danschawbel/2017/10/17/jocko-willink-the-relationship-between-discipline-and-freedom/?sh=44a9b01c6df8