Sebutan Santri Bukan Cuma untuk yang Bermukim di Pesantren!

Halo Sobat Ufuk!

Tahukah kalian bahwa tiap tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai hari Santri? Yups, Hari Santri Nasional dirayakan pada tanggal 22 Oktober setiap tahunnya. Peringatan ini dirayakan oleh seluruh santri di Indonesia dengan tujuan mengingatkan kaum muslimin dan bangsa Indonesia pada perjuangan santri merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Sejarah Hari Santri Nasional 22 Oktober perlu diketahui muslim di Indonesia. Hari Santri Nasional awalnya, diusulkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tepatnya, ketika Jokowi maju capres pada Pilpres 2014 lalu. Kala itu, Jokowi berkunjung ke Pondok Pesantren (Ponpes) Babussalam, di Malang, Jawa Timur. Para santri di ponpes tersebut, menginginkan pemerintah menghadirkan Hari Santri.

Keinginan ratusan santri itu pun dikabulkan oleh Jokowi. Hingga akhirnya, tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Keputusan Presiden Jokowi itu, melalui Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri. Yaitu, pada 15 Oktober 2015 yang lalu. Keputusan tersebut, didasari tiga hal penting, pertama karena dalam perjuangan merebut serta mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia ulama. Serta, santri pondok pesantren memiliki peran yang besar (Abdi, 2023).

Sejarah Hari Santri Nasional 22 Oktober diperingati untuk mengingat, meneladani, dan melanjutkan peran ulama dan santri dalam membela dan mempertahankan NKRI. Mengutip laman Kemenag, pada Hari Santri Nasional 2023 ini tema yang diusung yaitu “Jihad Santri Jayakan Negeri”. Hari Santri Nasional digelar dalam rangka memperingati andil para santri dalam memperjuangkan serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hari Santri Nasional pertama kali diusulkan oleh masyarakat pesantren yang ingin mengingat dan mengenang para kaum santri di Indonesia.

Ulama dan santri pondok pesantren, dinilai memiliki peran dalam mengisi kemerdekaan Indonesia tersebut. Alasan kedua, Hari Santri dibutuhkan untuk mengenang dan meneladani perjuangan serta peran para ulama dan santri. Terutama, dalam membela dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Tujuan lainnya, agar generasi selanjutnya dapat meneladani serta melanjutkan perjuangan tersebut.

Apa sih Santri itu?

Tentu banyak yang sudah tahu apa arti dari santri namun kali ini penulis akan lebih dalam mengupas terkait siapakah sosok santri itu? Bagaimana seharusnya sosok seorang santri? Dan apakah anak-anak yang pernah mengikuti pesantren kilat hanya selama 3 hari juga dapat disebut santri?

Check it out!

Sebutan santri biasanya ditujukan kepada orang-orang yang menempuh pendidikan di pondok pesantren. Padahal santri memiliki arti yang lebih luas dari sekadar murid pesantren. Santri dipandang identik dengan sosok agamis yang mendalami ilmu agama Islam dan tinggal di pesantren. Di sana santri menjalani kehidupan sehari-hari yang sangat terstruktur dan didasarkan pada nilai-nilai Islam (Nashori, 2011).

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), santri merupakan orang yang mendalami agama Islam. Santri juga dapat diartikan sebagai orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh atau orang yang saleh. Santri bisa dimaknai dalam makna sempit dan luas. Dalam makna sempit, santri adalah mereka yang menuntut ilmu agama dan tinggal di pesantren. Namun, apabila dimaknai lebih luas, santri tidak selalu mereka yang tinggal di lingkungan pesantren.

Menurut M. Habib Mustopo, seperti dikutip dari buku Kebudayaan Islam di Jawa Timur: Kajian Beberapa Unsur Budaya Masa Peralihan (2001), kata “santri” berasal dari bahasa Sanskerta. Istilah “santri”, menurut pendapat itu, diambil dari salah satu kata dalam bahasa Sanskerta, yaitu sastri yang artinya “melek huruf” atau “bisa membaca” (Kasim, 2023).

Dari bahasa Arab, asal usul istilah “santri” juga bisa ditelaah. Kata “santri” terdiri dari empat huruf Arab, yakni sin, nun, ta’, dan ro’ yang masing-masing mengandung makna tersendiri dan hendaknya tercermin dalam sikap seorang santri.

Zamakhsyari Dhofier menambahkan bahwa kata santri dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Dari semua pandangan itu, kata santri lebih dipahami sebagai ‘cantrik‘ atau seseorang yang belajar agama (Islam) dan selalu setia mengikuti gurunya.

Dikutip dari Nadhiroh (2020), berdasarkan tradisi pesantren, santri terbagi menjadi 3 kategori, yaitu santri mukim, santri kalong, dan santri kilatan.

  • Santri Mukim

Santri Mukim adalah sebutan bagi pelajar agama yang menetap lama di pesantren. Biasanya Santri mukim berasal dari luar daerah atau luar kota sehingga untuk  yang paling lama tinggal di pesantren, biasanya memiliki tanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari. Santri senior memiliki tugas untuk membina dan mengajar santri yang baru datang.

  • Santri Kalong

Santri kalong adalah santri yang bertempat tinggal di sekitar pesantren dan tidak menetap dalam pesantren. Santri kalong memiliki rumah orang tua yang letaknya tidak jauh dari pesantren, sehingga mungkinkan mereka pulang ketika pembelajaran berakhir. Atau singkatnya, setiap murid yang bersekolah di sekolah berbasis Islam dapat dikatakan sebagai Santri Kalong.

  • Santri Kilatan

Santri kilatan adalah istilah untuk santri yang hanya beberapa waktu beberapa tinggal di pesantren, dalam waktu sepekan atau sebulan. Biasanya hanya untuk mempelajari ilmu agama khusus saja. Pesantren kilat ini marak hanya pada waktu tertentu seperti pada bulan Ramadhan. Selain itu, ada pula pesantren yang membuat acara kilat untuk anak-anak yang ingin merasakan kehidupan di pesantren.

Jadi dapat disimpulkan, ya, bahwa santri memiliki makna luas bukan hanya mereka yang menetap lama di sebuah asrama/pesantren, namun pelajar yang bersekolah reguler dengan basis ilmu agama juga dapat dikatakan sebagai seorang santri. Begitu pula dengan peserta pesantren kilat yang biasanya diadakan di Bulan Ramadhan, mereka juga dapat disebut sebagai santri.

4 Hal yang Pasti Dirasakan Para Santri Mukim!

Setiap santri mukim tentu memiliki banyak cerita. Mulai dari yang bahagia karena dikirimkan makanan oleh orang tua, hingga yang haru biru karena tidak dijenguk sanak saudara. Berbagai aktivitas di pondok pesantren memberikan kesan dan pengalaman tersendiri untuk para santrinya. Bagi mereka yang pernah nyantri, pengalaman di pesantren nggak bakalan bisa didapatkan di tempat lain. Apalagi peristiwa-peristiwa unik, pasti ngangenin deh! Biar tahu gimana rasanya nyantri di pesantren, berikut ulasan 4 hal yang pernah dirasakan penulis saat nyantri di pesantren!

  • Apa-Apa Harus Antre!

Namanya juga hidup beramai-ramai. Tentu segalanya harus berbagi dengan sesama santri lainnya. Bahkan untuk makan 3 kali sehari saja, para santri dibiasakan untuk sabar menunggu antrean agar bisa mendapatkan makan. Tidak hanya soal perut, urusan sumur pun — alias kamar mandi — juga harus sabar-sabar mengantre. Bahkan kalau tidak sempat mendapatkan antrean mandi, mau tidak mau harus absen mandi dulu, alias pergi sekolah tanpa mandi.

  • Hati-Hati Ghosob!

Kalau istilah hitz zaman sekarang adalah ”di-ghosting”, istilah yang lebih dikenal anak santri adalah ”di-ghosob-in”. Memangnya apa sih ghosob itu? Singkatnya, ghosob adalah tindakan mengambil sesuatu (benda atau barang) secara diam-diam atau meng-hak milik barang orang lain tanpa meminta izin pemiliknya. Pastinya tindakan ghosob ini pernah terjadi di kehidupan anak pesantren. Tentu perilaku tidak terpuji ini tidak boleh ditiru, ya! Maka jangan heran kalau anak santri suka tiba-tiba kehilangan barangnya, alias lagi di-ghosob-in. Jadi, guys, lebih galau mana nih antara ”di-ghosting” atau ”di-ghosob-in”?

  • No Signal? No Gadgets? No Worries!

Sudah menjadi aturan umum di sebuah pesantren bahwa santri dilarang keras membawa barang terlarang seperti smartphone atau gadget karena barang-barang tersebut akan mengganggu kegiatan belajar di asrama. Memangnya nggak boring, ya? Tentu tidak, guys! Justru dengan tidak adanya gadget membuat sesama santri saling akrab. Tanpa gadget santri bisa mengobrol, bersenda gurau, bermain, membuat pementasan acara, malam keakraban, dan segala hal lainnya yang jauh lebih menyenangkan daripada sekadar scroll Twitter (sekarang disebut ‘X’) ataupun tiktok. Jadi, No Gadgets No Worries!

  • Ke Sana-sini Bareng!

Karena hidup bersama, maka segala aktivitas santri selalu dilakukan bareng-bareng. Salah satunya adalah makan bareng. Kadang kalau lagi malas cuci piring, makan pun disatukan dalam satu nampan untuk dimakan secara bersama-bersama. Bukan hanya makan saja, cuci piring, cuci baju, mengerjakan tugas, salat jamaah, setoran hafalan, bahkan sampai kena hukuman pun pasti bareng-bareng! Sehingga kebersamaan setiap hari membuat santri satu sama lain akan saling mengenal dan akrab. Kesetiakawanan antar santri pun terpupuk tinggi karena keakraban satu sama lain!

Editor: Dimas Ronggo

Referensi

  • Abdi, H. (2023). Sejarah Hari Santri Nasional 22 Oktober Beserta Penjelasannya bagi Muslim. Liputan 6. https://www.liputan6.com/hot/read/5429371/sejarah-hari-santri-nasional-22-oktober-beserta-penjelasannya-bagi-muslim
  • Kasim, Y. U. (2023). Apa Arti Kata Santri? Ternyata Punya Makna yang Luas. Detik Sulsel. https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6995453/apa-arti-kata-santri-ternyata-punya-makna-yang-luas#:~:text=Sebutan santri biasanya ditujukan kepada,Islam dan tinggal di pesantren.
  • Nadhiroh, A. (2020). KELOMPOK SANTRI DALAM PENDIDIKAN KEPESANTRENAN. Universitas Negeri Semarang.
  • Nashori, F. (2011). Kekuatan Karakter Santri. Millah, 11(1), 203–219. https://doi.org/10.20885/millah.vol11.iss1.art10

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *