Potensi Electric Vehicle: Bebas Emisi dan Nyaman Dikendarai
Published Date: 2 October 2023
Perkenalan masyarakat di Indonesia dengan electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik masih terhitung baru. Meskipun begitu berkat sebaran informasi yang masif masyarakat secara umum sudah tidak gagap lagi ketika menemukan kendaraan listrik berseliweran di sekitar mereka. Penetrasi pedagang pun cukup progresif dengan memperkenalkan produk kendaraan listrik mereka hingga wilayah pinggiran kota atau tempat tinggal, sehingga memudahkan masyrakat untuk mengenal sekaligus mengadopsi model transportasi baru tersebut. Ditambah peran pemerintah dalam mendorong penjualan kendaraan listrik melalui pemberian subsidi harga bagi para konsumen sehingga dapat memiliki mobil atau motor listrik lebih murah.
Electric vehicle pun perlahan menjadi tren di tengah masyarakat. Gencarnya promosi mengenai beragam keuntungan yang didapat ketika menggunakan kendaraan listrik membuat konsumen tertarik. Harga lebih murah (setelah adanya subsidi), perawatan lebih mudah, tidak berisik, hingga minimnya dampak kerusakan pada lingkungan yang dilakukan secara terus menerus. EV pada akhirnya dihadirkan sebagai sebuah pilihan mutlak dalam peta evolusi kendaraan angkut manusia di masa mendatang. Perlahan namun pasti kita diarahkan untuk beralih dari kendaraan berbahan bakar fosil menuju kendaraan berdaya listrik.
Sebagai sebuah alat transportasi, EV berkembang menjadi sebuah perangkat memadai. Isu tentang minimnnya daya jelajah dari sebuah kendaraan listrik sudah dapat diatasi lewat pemberian perangkat baterai dengan daya lebih besar. Hal ini dapat ditemukan pada mobil listrik produksi massal model Lucid Air Dream Edition dari Amerika Serikat yang sudah mencapai jarak 665km dengan baterai 118.0 kWh. Sementara untuk kendaraan listrik lain seperti sepeda motor baru dapat digunakan dalam rentang jarak dalam kota (25-30 kilometer). Kendaraan lain berdaya penggerak listrik lainnya dapat ditemukan pada skuter listrik dan sepeda listrik.
Peralihan dari kendaraan berteknologi konvesional berbahan bakar fosil ke teknologi listrik memang menjadi sebuah rencana jangka panjang bagi para pemangku kebijakan. Setidaknya masyarakat masih dapat menggunakan dan menemukan penjualan model kendaraan (mobil dan motor) konvesional sampai tahun 2050 mendatang. Peralihan teknologi teknologi itu tidak lepas dari isu pemanasan global dengan adanya kerusakan lapisan ozon sehingga mendorong lahirnya Protokol Montreal pada 1987. Protokol tersebut berisi larangan bagi negara yang meratifikasi protokol tersebut untuk menggunakan bahan-bahan yang merusaka ozon. Protokol Montreal ditandatangani oleh 46 negara dan diratifikasi oleh 197 negara di dunia. Dapat dikatakan kesepakatan tersebut disetujui seluruh dunia.
Dalam perjalanannya banyak perubahan terjadi menyangkut kesepakatan menjaga kerusakan lapisan bumi tersebut. Sampai pada tahun 2015 dibuatlah The Paris Agreement yang ditandatangani oleh 196 negara dalam upaya mengurangi pemanasan global. Perjanjian ini mendorong pengurangan penggunaan karbondioksida supaya terjadi keseimbangan (carbon netral) pada tahun 2050. Dari sinilah kemudian muncul kebijakan dari para pemerintah negara di dunia untuk mulai mengurangi produksi kendaraan berbahan bakar fosil secara bertahap sampai nantinya benar-benar berhenti pada tahun 2050. Bahkan beberapa negara lebih progresif melarang beredarnya kendaraan berbahan bakar fosil, seperti Inggris yang mulai memberlakukan larangan mulai 2030 serta Norwegia yang akan memberlakukan aturan tersebut per tahun 2025 (Cyrillus, 2021).
Potensi Electric Vehicle
Kendaraan listrik (EV) adalah sebuah inovasi mutakhir sebagai sebuah alat transportasi. Terlepas dari unsur pemasaran di dalamnya, kendaran listrik memang menawarkan teknologi lebih baik dibandingkan kendaraan model konvensional dengan bahan bakar mesin dari minyak bumi. Kelebihan yang ditawarkan kendaran listrik disinyalir dapat membawa taraf kehidupan masyarakat di dunia menjadi lebih baik, salah satunya karena model kendaraan ini tidak memiliki gas buang yang berdampak langsung terhadap kesehatan pengguna maupun kondisi lingkungan di sekitarnya.
Baca Juga: Mengangkat Perekonomian Rakyat Melalui Pengelolaan Sampah Terpadu
Berikut beberapa kelebihan kendaran listrik dirangkum dari Jurnal A Review on Electric Vehicles: Technologies and Challenges:
- Nol Emisi: Polusi udara merupakan sumbangan terbesar dari kendaraan bermotor saat ini. Tingginya kandungan karbondioksia (CO2) maupun nitrogendioksida (NO2) dapat memperburuk kondisi udara. Konon buruknya udara di Kota Jakarta terjadi karena tingginya kuantitas kendaraan bermotor yang beroperasi di sana.
- Simplicity: Komponen perakitan kendaran listrik dikatakan jauh lebih sedikit hingga 50% dibandingkan dengan kendaraan konvensional. Ketiadaan mesin berbahan bakar fosil membuat proses pembuatan kendaraan jauh lebih sederhana.
- Biaya: Biaya yang dibutuhkan untuk merawat kendaraan listrik jauh lebih murah dibandingkan kendaraan bermotor. Meski demikian hal tersebut harus ditebus di awal pembelian karena harga mobil listrik saat ini relatif mahal bagi konsumen di Indonesia. Sementara harga motor listrik relatif lebih murah meski menyisakan keraguan mengenai daya tahan di masa mendatang.
- Efisiensi: Tingkat efisiensi kendaran listrik relatif tinggi. Mengambil contoh dari mobil listrik Tesla Model 3, dalam sekali pengisian daya baterai 50kWh terkena biaya maksimal Rp123.300,-. Dengan jarak tempuh maksimal sekitar 400 km maka tarif charge per km hanya sekitar Rp308,25,-.
- Nyaman: Kendaraan listrik jauh lebih nyaman digunakan karena pengguna tidak perlu terganggu dengan bisingnya suara mesin. Selain itu, getaran di dalam kabin pun dapat diredam ketika menggunakan kendaraan listrik.
Beragam kelebihan tersebut memang terlihat menarik. Akan tetapi kita perlu menyadari bahwa kendaraan listrik adalah teknologi baru yang baru menapaki jalan membentuk ekosistem utuh. Di Indonesia, memiliki kendaraan listrik (terutama mobil) akan menjadi tantangan tersendiri karena tempat pengisian baterai yang belum merata. Baru kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, maupun Surabaya yang relatif mudah ditemukan pengisian baterai kendaraan listrik. Pengguna perlu merancang jarak dan rute perjalanan jika ingin kendaraan listriknya nanti tidak kesulitan mencari sumber daya pengisian. Tapi hal itu tidak jadi masalah bila penggunaannya masih dalam lingkup dalam kota sebab pengisian dapat dilakukan di rumah.
Dampak lingkungan dari kendaraan listrik juga diperkirakan sama besarnya dengan pembuangan karbon di udara dari kendaraan konvensional. Baterai dari kendaraan listrik akan memiliki lifespan sampai akhirnya tidak dapat digunakan lagi. Baterai tersebut akan menjadi limbah yang perlu pengolahan khusus agar tidak berdampak langsung terhadap lingkungan. Kegiatan penambangan bahan untuk komposisi baterai pun diperkirakan memiliki efek lingkungan tersendiri.
Satu lagi, harga baterai kendaran listrik juga sangat mahal. Estimasi biaya yang perlu dikeluarkan ketika hendak mengganti baterai sekitar US$5.000 sampai US$20.000 atau sekitar Rp70 jutaan sampai Rp300 jutaan tergantung kapasitas baterainya.
Posisi Indonesia terhadap Electric Vehicle
Indonesia menjadi salah satu pangsa pasar menarik dalam industri kendaraan listrik di dunia. Hal tersebut dapat kita lihat dengan semakin menjamurnya penjualan motor listrik di pelosok pinggiran kota. Para ibu rumah tangga maupun anak sekolah kini dengan mudah berkendara menggunakan motor listrik. Begitu juga dengan kurir maupun pengemudi ojek online yang sudah mulai beralih ke kendaraan listrik. Pada target pasar lebih tinggi, variasi mobil listrik sudah mulai diperkenalkan di Indonesia. Beberapa di antaranya sudah sering kita lihat berlalu lalang di jalanan perkotaan, baik dalam konsep kendaran listrik seutuhnya atau hybrid. Apalagi Pemerintah Indonesia juga berkomitmen untuk memberikan subsidi kendaraan listrik kepada masyarakat.
Hal lainnya ialah, Indonesia memiliki salah satu keuntungan dalam arah pengembangan kendaraan listrik global. Negara ini diperkirakan memiliki cadangan nikel terbesar di seluruh dunia. Nikel sendiri merupakan salah satu bahan baku utama dalam pembuatan baterai kendaran listrik. Keberadaan aset alam tersebut juga menumbuhkan optimisme tentang investasi di Indonesia dalam upaya membangun industri otomotif baru terkait dengan teknologi kendaran listrik.
Menarik menantikan perkembangan penggunaan kendaraan listrik di Indonesia. Akan sangat menarik membayangkan negara ini menjadi salah satu pemain penting dalam percaturan industri otomotif di masa mendatang. Di sisi lain, peluang tersebut hanya dapat dikonversi menjadi keberhasilan apabila pemerintah dan masyarakat berkolaborasi demi kebaikan bersama.
Referensi:
- Harinowo, Cyrillus & Ika Maya Sari Khaidir. 2021. Towards the Age of Electronic Vehicles. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta