Menjaga Diri Agar Tak Lekas Demensia
Published Date: 11 October 2023
Harold Crouch salah seorang Indonesianis yang meneliti tentang politik dan militer di Indonesia, meninggal dunia pada 27 Agustus 2023. Publik mengenal karya tulis yang paling fenomenal buah karya beliau berjudul, The Army and Politics In Indonesia. Bukunya merupakan hasil penelitian tesis beliau di bawah asuhan seorang Indonesianis pula yaitu Herbert Feith dari Cornell University dan dilarang beredar pada masa rezim Orde Baru. Walau demikian, justru banyak diburu oleh para akademisi bahkan petinggi militer saat itu untuk menganalisa dan dijadikan bahan penelitian selanjutnya. Belakangan, buku tersebut diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan penerbit Sinar Harapan berjudul Militer dan Politik di Indonesia.
Menurut murid beliau, Marcus Mietzner (Kompas, 4/9/2023) disebutkan bahwa buku tersebut mengetengahkan tentang pandangan mengenai rezim di Indonesia yang dinilai bukan semata-mata suatu rezim militer. Harold berargumentasi bahwa, keberhasilan dan stabilitas pemerintahan Soeharto hanya bisa dijelaskan dengan mengamati penggabungan antara pendekatan kekuasaan militer dan konsep-konsep kekuasaan tradisional. Konsep itu sudah dipraktikkan sejak era pra-kolonial, dan berhasil diintegrasikan ke dalam arsitektur politik dan sosial Orde Baru. Hasil dari penggabungan itu adalah suatu sistem patrimonial di mana kekuasaan pribadi dan kekuasaan publik jadi satu. Pemikiran ini diartikulasikan oleh Harold dalam artikel di jurnal World Politics tahun 1979 yang menjadi bahan bacaan wajib untuk peneliti politik militer di seluruh dunia.
Harold wafat setelah mengidap berbagai penyakit, salah satunya adalah demensia. Namun di akhir-akhir hidupnya yang lebih banyak dihabiskan di Canberra. Harold tetap terus berkomunikasi dan menghadiri seminar-seminar di kampus. Dirinya tetap antusias mengikuti kebaruan yang ada dalam dunia akademik, Sesuai dengan peminatannya yakni ilmu politik.
Menarik mengkaji apa yang dialami oleh Harold dan penyakitnya yaitu demensia. Menurut situs alzi.or.id, Demensia adalah kondisi penurunan fungsi kognitif otak (seperti berfikir, mengingat, membuat keputusan, mengendalikan emosi, serta kemampuan komunikasi) yang terjadi secara progresif hingga mengganggu kemampuan bersosialisasi dan kehidupan sehari-hari. Demensia Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling banyak ditemui (sekitar 60-70%). Dalam situs tersebut diungkap bahwa demensia diawali dengan beberapa gejala, secara umum di antaranya adalah: gangguan daya ingat/sering lupa/pikun, gangguan daya ingat ini berlangsung bukan pada hal-hal yang telah lalu terjadi, bahkan pada sesuatu yang baru saja ia alami. Sehingga kadang Orang Dengan Demensia (ODD) sebutannya, kerap bertanya berulang-ulang pada hal yang bersifat sama.
Selain terjadinya penurunan ingatan, gejala yang dialami ialah sulit fokus, terkendala melakukan kegiatan yang familiar atau sejatinya mudah dikerjakan, adanya rasa bingung tentang waktu dan tempat, kesulitan mengkondisikan fungsi pikiran/otak dalam memahami jarak dan ruang dengan penglihatan, hingga munculnya gangguan komunikasi seperti sulit mencari padanan kata yang tepat saat berbicara.
Gejala lain yang muncul pada penderita demensia selain dari beberapa hal di atas lainnya juga kesulitan saat meletakkan barang sesuai pada tempatnya, gagal mengambil keputusan seperti di antaranya saat membayar transaksi belanja yang senantiasa tidak sesuai pada nominal seharusnya, menarik diri dari pergaulan, munculnya perubahan perilaku dan kepribadian semisal lebih sensitif atau putus asa, curiga dan mudah tersinggung.
Direktur Eksekutif Alzheimer’s Indonesia, Michael Maitimoe pada Media Indonesia (27/9/23) mengatakan demensia bisa terjadi pada siapa pun, yang umumnya terjadi di usia 65 tahun ke atas. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan pada usia produktif juga bisa terdiagnosis demensia. Michael menuturkan, ada banyak faktor risiko demensia yang dapat dikendalikkan oleh tiap-tiap individu, seperti merokok, konsumsi alkohol berlebih, kurangnya aktivitas fisik, jarangnya kontak sosial, cedera kepala, dan kondisi termasuk diabetes, gangguan pendengaran, depresi, obesitas, dan hipertensi.
Hasil penelitian terbaru di jurnal JAMA Network, 12 September 2023 (Kompas, 30/9/2023), menunjukkan duduk lama berjam-jam dapat meningkatkan risiko demensia. Bagi orang yang rutin berolahraga pun, jika ia duduk berjam-jam dalam sehari, tetap memiliki risiko demensia yang sama. Studi retrospektif yang dipimpin David A Raichlen dari Departemen Ilmu Biologi University of Southern California itu menganalisis 49.841 data Biobank penduduk berusia di atas 60 tahun di Inggris. Penelitian dilakukan sejak Februari 2013 hingga Februari 2018. Sejumlah partisipan menggunakan pelacak aktivitas di pergelangan tangan (wrist activity tracker/wrist accelorometer) sejak Februari 2013. Dengan bantuan algoritma kecerdasan buatan yang menginterpretasi data aktivitas yang terekam, para ilmuwan mengidentifikasi kegiatan partisipan riset setiap menit, apakah bergerak atau diam.
Menjadi demensia adalah hal yang sering dijumpai saat usia kian menuju senja. Sering didapati di sekitar kita, tanda-tanda dari yang telah disebutkan di atas. Hal ini juga tidak terlepas dari kebiasaan-kebiasaan hidup yang dijalani saat usia muda. Pola dan gaya hidup, turut serta memengaruhi seorang saat ia menginjak masa tuanya. Beberapa hal yang setidaknya bisa kita siasati, sebagai antisipasi agar dapat menghindari demensia khususnya alzheimer.
Pertama, sebagai seorang muslim, hendaklah menjaga kebiasaan ibadahnya dengan baik. Aktifitas ibadah yang dikerjakan secara rutin dan dipupuk sejak muda. Dapat menjadi pegangan atas ingatan. Salah satunya ialah terbiasa menjaga wudhu. Sebab wudhu selain memudahkan seseorang untuk menjaga kesadarannya. Wudhu juga menjaga seseorang untuk mudah melaksanakan ibadah seperti shalat dan membaca Al Qur’an. Ditambah lagi, bagi seorang yang terbiasa menjaga wudhu, ia akan teringat hal-hal apa saja sepanjang penjagaan atas wudhunya tersebut memungkinkan didapati penyebab batalnya wudhu tadi. Dengan wudhu pula, seorang terhindar dari sifat waswas.
Kedua, terbiasa membaca dan menghafal Al Qur’an. Seorang muslim memiliki ajaran sempurna dalam agamanya. Al Qur’an sebagai pedoman hidup, hendaknya menjadi teman sepanjang hari bagi dirinya. Jangan sampai, terlewat satu hari pun seseorang tidak membaca atau menghafal bahkan menyelami makna Al Qur’an. Sekali waktu ia meninggalkan Al Qur’an bagi mereka yang terbiasa, akan muncul di dalam dirinya kegelisahan atau ketidaklengkapan hidupnya pada hari tersebut. Maka Al Qur’an juga termasuk penjagaan.
قال عبدالملك بن عمير -تابعي
كَانَ يُقَالُ: إِنَّ أَبْقَى النَّاسِ عُقُولًا قُرَّاءُ الْقُرْآنِ
Abdul Malik bin ‘Umair (seorang tabi’in) rahimahullah berkata,
“Dikatakan oleh para ‘Alim: “Sesungguhnya manusia yang paling awet akalnya adalah para penghafal Al-Qur’an (yang membaca dan mengamalkannya, pent-).” (Musnad Ibnu Abi Syaibah, 29956)
قال الشعبي رحمه الله: من قرأ القرآن لم يخرف
Asy-Sya’bi rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang membaca menghafal al-Qur’an maka tidak akan pikun.” (Diriwayatkan oleh Mausu’ah Ibnu Abid Dunya 7/571 dan pada Al-‘Umur Wasysyaib:79)
Membiasakan diri untuk membaca Al Qur’an dapat dilatih dengan menggunakan mushaf yang berbeda dan menargetkan dalam sehari 50 ayat bagi yang merasa sibuk. 50 ayat tersebut dapat dilazimkan setiap usai shalat Subuh, dan dibaca lagi pada Subuh keesokan harinya. Model pengingat tersebut cukup efektif dalam menjaga diri dari lupa. Karena dengan tidak adanya mushaf khusus, dan bacaan senantiasa konsisten di tiap 50 ayat. Maka seseorang akan terpaku untuk ingat melanjutkan bacaannya dikemudian hari. Di tambah lagi, bukan hanya ayat ke berapa yang terakhir ia baca, tapi juga suratnya termasuk ia ingat dengan baik.
Ketiga, memupuk diri untuk membiasakan aktifitas positif yang melibatkan gerak tubuh, gerak pikiran, dan panca indera secara bersamaan. Aktifitas ini dapat dilakukan dengan berolahraga secara rutin setiap hari, atau minimal dua hari sekali dalam setiap pekan. gerakan lainnya ialah membiasakan diri dengan menjaga variasi hobi positif semisal berkebun, berjalan, berbelanja, setiap akhir pekan. hal ini perlu agar saat masa tua menjelang, kegiatan positif yang sudah terpupuk sejak lama, tetap menjadi upaya untuk memaksa tubuh bergerak saat waktu pensiun tiba.
Aktifitas lain yang tak kalah penting adalah memaksa diri untuk membaca dan menulis. Di tengah maraknya penggunaan media sosial, ramainya informasi namun hadir dengan singkat, ringkas, dan terbatas menjadikan seseorang kehilangan esensi dalam memperoleh informasi yang luas dan bernas. Misal melalui membaca buku. Terlebih dengan berakhirnya era media cetak seperti koran atau majalah. Membaca informasi-informasi ringkas tadi, tentu bukanlah disebut sebagai budaya membaca positif yang diharapkan memiliki bekas panjang dalam ingatan. Sehingga, memaksa diri untuk menyisihkan waktu membaca setiap harinya, minimal 1 jam atau 50 halaman buku. Bisa menjaga daya ingat lebih baik di usia senja.
Kebiasaan-kebiasaan membaca tadi, akan semakin baik bila dikombinasikan dengan menulis. Membaca merupakan upaya mengingat konsep dan gagasan, adapun menulis adalah meluaskannya melalui pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Maka, merupakan sebuah kebaikan bila sejak usia yang masih memiliki ingatan baik, dapat menggunakan waktu untuk menuliskan apapun setelah membaca. Terlebih hari ini, media aktualisasi tersedia dengan berbagai macam saluran.
Kegiatan-kegiatan tersebut penting untuk dibiasakan, bukan hanya untuk memupuknya sejak dini, namun bisa menjadi pengisi kekosongan waktu saat tua nantinya. Kita tentu tidak menutup diri, banyaknya demensia terjadi, justru datang saat pensiun dari pekerjaan. Selain memang usia pensiun rata-rata perusahaan yang benar-benar diujung produktifitas seseorang. Usia pensiun yang saat bekerja aktifnya tidak diisi oleh kesibukan lain sebagai persiapan tua nantinya akan berakibat pada menurunnya kemampuan fisik dari hilangnya rutinitas yang terbiasa dikerjakan.
Keempat, mengonsumsi makanan-makanan sehat dan memiliki nilai gizi seimbang. Salah satu makanan yang dapat dibiasakan dan disukai oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, ialah labu kuning. Anas bin Malik Al-Anshoriy An-Najjariy radhiyallahu anhu berkata: “Aku pernah melihat Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam mencari-cari labu di sekitar nampan. Karenanya aku senantiasa menyukai labu sejak hari itu.” (HR. Al-Bukhari no. 5429).
Labu kuning (Cucurbita Moschata) merupakan salah satu jenis buah yang kerap dikonsumsi sebagai campuran kolak, kue, sup, dan puding. Selain itu, buah ini juga bisa diolah dengan cara dikukus, ditumis, hingga dipanggang atau dibakar. Hasil penelitian yang terhimpun dalam beberapa jurnal seperti dalam Surprising Health Benefits of Pumpkin. Pietrangelo, A. Healthline (2018) disebutkan dapat menjaga kesehatan dan fungsi otak.
Baik daging maupun biji labu kuning mengandung beragam nutrisi yang penting untuk otak, seperti Kolin, Magnesium, Serat, dan Antioksidan Lutein. Berbagai kandungan nutrisi tersebut diketahui berperan penting dalam memelihara fungsi otak dan mengurangi risiko demensia atau pikun. Selain itu, Lutein yang terkandung pada labu kuning juga bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat serta konsentrasi dan kemampuan belajar.
Kelima, hal yang tak kalah penting disiapkan untuk mencegah demensia adalah. Senantiasa memperbanyak doa-doa kepada Allah Ta’ala. Di antara doa yang baik untuk dibaca berulang-ulang untuk menjaga diri dari menurunnya fungsi daya ingat adalah hadits dari Abu Al-Yusr radhiallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah ﷺ berdoa:
الَّلهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الهَدمِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ التَرَدِّي ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الغَرَقِ وَالحَرَقِ وَالهَرَمِ ، وَأَعُوذُ بِكَ أَن يَتَخَبَّطَنِي الشَّيطَانُ عِندَ المَوتِ ، وَأَعُوذُ بِكَ أَن أَمُوتَ فِي سَبِيلِكَ مُدبِرًا ، وَأَعُوذُ بِكَ أَن أَمُوتَ لَدِيغًا
رواه أحمد، رقم 3/427، وأبو داود، رقم 1552 وسكت عنه ، والنسائي، رقم 5531
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari tertimbun (longsor). Aku berlindung kepada-Mu dari jatuh (dari tempat ketinggian). Aku berlindung kepada-Mu dari tenggelam, kebakaran, dan pikun. Aku berlindung pula kepada-Mu dari gangguan setan atas akal dan agamaku saat sakratul maut tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari mati dalam keadaan meninggalkan jihad di jalan-Mu. Dan Aku berlindung kepada-Mu dari mati karena tersengat atau diserang hewan.” [HR. Ahmad, 3/427, Abu Daud, no. 1552 dan beliau tidak berkomentar, An-Nasai, no. 5531).
Serta terdapat doa-doa perlindungan lainnya yang bukan hanya diperuntukkan dalam mencegah datangnya penyakit demensia saat tua. Tetapi juga kelaparan, kemiskinan, musibah, penyakit, hingga keburukan saat ajal tiba.
Demensia merupakan penyakit yang menjadi sunatullah atas hamba. Ia datang tidak tiba-tiba. Kehadirannya disebabkan oleh apa-apa yang biasa dilakukan seseorang saat masih berada pada usia produtifnya. Kebiasaan hidup tidak sehat, seperti kurang olahraga, tidak memiliki disiplin waktu dalam aktifitas, meminum alkohol, merokok, bekerja di bawah tekanan dan tingkat tuntutan pekerjaan pada level tinggi. Merupakan akumulasi penyebab-penyebab demensia saat tua nanti.
Dengan mengubah pola hidup, menyiapkan waktu pensiun lebih baik, merencanakan kebahagiaan ketika tua, dan membangun budaya berpikir positif. Bisa mengurangi risiko demensia. Obrolan dan interaksi yang intens, diskusi secara langsung dan tidak melulu berhubungan menggunakan gawai juga dapat membantu seseorang tetap sehat jiwanya.
Mengantisipasi datangnya sejak dini, lebih baik. Sebab demensia tidak ada obatnya. Antisipasi selain investasi kesehatan, juga investasi atas ibadah. Sebab tidak sedikit mereka yang demensia, kehilangan waktu untuk tahu datangnya pengerjaan ibadah. Hal ini disebabkan, terlupanya mereka atas kewajiban itu. Sebab perlunya kita untuk mengenal dan mewaspadai demensia khususnya alzheimer. Setiap tahun di bulan September, diperingati sebagai Hari Demensia Internasional.