Pahlawan-pahlawan di Sekitar Kita
Published Date: 15 November 2023
Setiap kali bulan November tiba, kita melulu mendengar dengung soal pahlawan dan kepahlawanan. Pada bulan ini, tepatnya tanggal 10 November, adalah hari yang diperingati sebagai Hari Pahlawan. Latar belakang 10 November sebagai Hari Pahlawan sendiri adalah Pertempuran Surabaya, sebuah pertempuran antara para pejuang Indonesia melawan tentara Inggris yang terjadi di Surabaya pada 10 November 1945. Narasi soal November dan kepahlawanan pun bertahan sampai hari ini, serupa Oktober yang berkaitan erat dengan Sumpah Pemuda atau Agustus yang sulit dilepaskan dari simbol kemerdekaan.
Tentu kita tak ragu bahwa mengingat sejarah, mengingat apa yang dilakukan para pejuang pada masa silam untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah suatu hal yang penting. Kita layak menghormati serta memberi penghargaan setinggi-tingginya kepada para pahlawan sebagaimana kita memperlakukan orang-orang yang berjasa pada umumnya. Kita juga sah dan pantas merayakannya agar kita tak tercerabut dari sejarah. Akan tetapi, pada saat yang sama, kita juga perlu untuk mengisi momentum bulan kepahlawanan dengan laku evaluatif, dengan memeriksa apa saja yang perlu diperbaiki, serta apa saja yang masih patut dipertanyakan. Merayakan Hari Pahlawan tentu bukan hanya dengan membiarkan diri larut dalam masa lalu, tapi juga dengan melakukan apa-apa yang bisa berguna untuk kemajuan di hari ini.
Salah satu yang perlu untuk dipertanyakan pada bulan kepahlawanan ini adalah: Apa sebenarnya arti pahlawan? Apakah pahlawan hanyalah orang-orang yang telah dicap secara resmi oleh negara sebagai Pahlawan Nasional? Apakah pahlawan hanyalah orang-orang yang jasadnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan? Apakah pahlawan hanyalah orang-orang yang telah mengerahkan perjuangan serta pengorbanan berskala besar? Apakah pahlawan hanyalah orang-orang yang namanya kerap dielu-elukan oleh khalayak?
Jika kita mengacu pada pengertian mainstream, jelas pahlawan cuma orang-orang yang sosoknya biasa kita lihat terpajang di dinding-dinding sekolah dan tertera di buku-buku pelajaran. Sosok-sosok yang terdengar seperti mitos atau orang suci yang tak punya cela. Lantas, apakah orang-orang selain mereka bukanlah pahlawan? Bagaimana dengan orang-orang baik, hebat, serta punya banyak jasa yang namanya jarang disebut dan dirinya jarang disorot?
Di sinilah kita perlu mendefinisikan ulang, atau setidaknya memberikan ruang lebih luas bagi pengertian “pahlawan”. Sebelum membicarakan pahlawan-pahlawan dari masa lalu, yang kebanyakan berada di luar jangkauan kita serta hanya pernah kita ketahui secara samar-samar sosok maupun kisahnya, kita perlu juga membicarakan pahlawan-pahlawan masa kini, yang ada di sekitar kita dan memberikan jasa nyata kepada kita.
Lantas, siapa sajakah sosok pahlawan-pahlawan masa kini yang ada di sekitar kita?
Tentu saja ada banyak sosok yang bisa golongkan sebagai “pahlawan”. Kita mungkin punya kriteria masing-masing atas hal itu, kriteria yang tak semegah dan seketat apa yang disyaratkan oleh pemerintah. Tak jadi soal. Kita bisa menyebut siapa pun yang menurut kita memiliki banyak jasa untuk kita dan orang-orang di sekitar kita sebagai “pahlawan”, sebagai “pahlawan kita”, sebagai pahlawan dari kalangan orang-orang biasa.
Jika kita adalah seorang pelajar, kita bisa menyebut guru-guru kita sebagai pahlawan. Meskipun ungkapan “guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa” sering digaungkan, nyatanya tak banyak dari kita yang secara sadar menganggap guru sebagai pahlawan. Kita masih sering menganggap guru sebelah mata, melabelinya sebagai sosok pengajar yang mengajarkan pengetahuan kepada kita hanya karena dibayar, sehingga kadang-kadang kita—para pelajar maupun mantan pelajar—menganggap guru tak ada bedanya dengan pemangku profesi-profesi lain yang melakukan segalanya serba transaksional. Sebagaimana orang-orang dalam profesi lain, tentu ada guru yang baik dan guru yang buruk. Kendati begitu, kita harus menilai guru dengan adil dan menempatkannya di posisi khusus. Bukan berarti kita memuliakan guru secara berlebihan atau memuja-mujanya seperti malaikat. Tidak. Menganggap guru sebagai “pahlawan” artinya kita menghargai apa yang telah diberikan oleh para guru kepada kita, menghormatinya dengan layak, dan mengamalkan serta berterimakasih atas apa-apa yang telah diajarkannya.
Kita juga bisa menyebut banyak orang lain di sekitar kita sebagai pahlawan. Misalnya, orang-orang yang secara sukarela memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan atau orang-orang yang terbiasa memberi pakan kepada hewan-hewan liar. Kita juga layak menyebut orang-orang yang peduli terhadap lingkungan dan kebersihan di sekitar kita sebagai pahlawan karena secara tidak langsung orang-orang semacam itu telah merawat dan memelihara keberlangsungan bumi. Kita juga layak menyebut para pekerja kasar, para pekerja kecil-kecilan yang perannya kerap kita remehkan, sebagai pahlawan. Misalnya para petugas kebersihan, pemadam kebakaran, serta beragam pekerja lain yang tak banyak kita perhatikan padahal punya peran besar dalam kehidupan sehari-hari kita.
Orang-orang itu pantas disebut sebagai “pahlawan” agar ketika kita mengenang Hari Pahlawan, di bayangan kita tak cuma muncul sosok para pejuang yang membawa berbagai senjata dan berteriak “Merdeka!”. Sebab arti “pahlawan” terlalu luas untuk dikerucutkan hanya pada sosok-sosok pahlawan mainstream yang biasa kita kenal. Selain itu, kesadaran diri untuk melihat potret kepahlawanan dalam lebih banyak bentuk dapat membuat kita memaknai pahlawan dan kepahlawanan dengan pemaknaan yang baru, pemaknaan yang segar dan tak terbatas pada definisi tunggal.
Dalam salah satu twit-nya di X, Zen RS menulis: “Butuh berapa pahlawan nasional lagi supaya Indonesia bisa menjadi bangsa yang besar? Bangsa yang besar mestinya adalah bangsa yang bisa menghargai orang-orang biasa dan pekerjaan-pekerjaan biasa.”
Itu pernyataan yang penting untuk kita garisbawahi. Sebab, orang-orang yang sekarang digelari “Pahlawan Nasional” pun pada mulanya adalah orang-orang biasa. Dan orang-orang biasa yang telah melakukan banyak jasa tetaplah “pahlawan” sekalipun negara belum atau tidak pernah memberikan mereka gelar pahlawan. Bagian utama dari kepahlawanan adalah apa yang telah dilakukan oleh seseorang bukan apakah seseorang telah diberi label pahlawan oleh negara.
1 thought on “Pahlawan-pahlawan di Sekitar Kita”